10 HARI PERTOBATAN
Peristiwa tahun baru pada umumnya,
dilewati dengan segala kemeriahan seperti berpesta,
berbelanja di tempat-tempat yang menawarkan diskon akhir
tahun atau beberapa orang menikmatinya dengan berlibur
di luar kota atau luar negeri.
Sekitar bulan September setiap tahunnya, orang Yahudi
memperingati pergantian tahun dalam penanggalan mereka
yang disebut Rosh Hasanah. Mari kita simak kebiasaan
khusus yang dilakukan bangsa Yahudi, dalam masa
peringatan Rosh Hasanah, sebagai bentuk pemaknaan mereka
terhadap pergantian tahun; kebiasaan apa saja yang
mereka lakukan dalam menyambut Rosh Hasanah, yang dapat
memperbarui paradigma kita dalam menyambut tahun baru,
dengan kacamata kekristenan.
Sepuluh hari pertama dari Rosh Hasanah menuju perayaan
Yom Kippur (hari Penebusan Dosa, memperingati keluputan
bangsa Israel atas murka Allah karena membuat patung
lembu emas di saat eksodus dari Tanah Mesir (Keluaran
32)) , dilewati bangsa Yahudi sebagai 10-days of
repentance atau 10 Hari Pertobatan.
Menurut tradisi mereka, pada saat Rosh Hasanah
terbukalah tiga kitab, yaitu Kitab Kehidupan yang
tertulis nama-nama orang yang sepenuhnya benar/kudus,
Kitab Kematian yang tertulis nama-nama orang yang
sepenuhnya jahat/fasik dan bagi mereka yang hidup di
antara kebenaran dan kejahatan, nasib mereka
ditangguhkan hingga Yom Kippur tiba . Sepuluh hari masa
antara Rosh Hasanah dan Yom Kippur tersebut dipakai
sebagai kesempatan bagi orang Yahudi untuk bertobat dan
berharap agar nama mereka dapat tertulis dalam Kitab
Kehidupan.
Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan dalam 10 Hari
Pertobatan ini oleh orang Yahudi, yang akan kita
pelajari, dan meninjaunya dari sudut pandang Insan
Pentakosta.
1. PERTOBATAN
Pertobatan meliputi perubahan paradigma, penyesalan dan
keputusan untuk berubah, yang diwujudkan dengan usaha
untuk memperbaiki diri dari kesalahan yang telah
dilakukan. Hal ini sejalan dengan pengajaran dalam iman
Kristen, di mana kita diminta untuk berubah sesuai
pembaruan budi kita, agar mengerti kehendak Allah, yang
baik dan yang sempurna, agar hidup kita menjadi
persembahan yang hidup, kudus dan berkenan. (Roma
12:1-2)
Tahun baru merupakan momen yang tepat untuk melakukan
introspeksi diri, terhadap segala kelalaian dan
kesalahan, baik terhadap Allah maupun kepada sesama.
Tujuannya bukanlah untuk menimbulkan intimidasi dalam
diri, tetapi pengakuan dosa kepada Tuhan, agar Ia
mengampuni dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (1
Yohanes 1:9)
Komitmen untuk hidup benar pun selaras dengan semangat
kekudusan Insan Pentakosta, di mana kita dipanggil untuk
hidup dalam Roh, dan meninggalkan kedagingan. (Galatia
5:24-25)
Pertobatan di tahun ini akan menimbulkan dampak kepada
hidup kita di tahun yang akan datang.
2. BERDOA
Berdoa merupakan kegiatan yang mewarnai masa 10 Hari
Pertobatan. Berdoa menurut pandangan rabi Yahudi,
dianggap dapat membatalkan segala hukuman . Pertobatan
yang benar diutarakan melalui doa, sebagai wujud
penyerahan diri kepada Allah dan kesadaran bahwa manusia
tidak dapat bertobat tanpa kekuatan dari Allah. Orang
Yahudi mengingat bahwa seruan kepada Tuhan adalah
penting selagi Ia mau ditemui. (Yesaya 56:6)
Doa dalam pertobatan muncul juga di dalam Alkitab
seperti misalnya:
• Seruan pertobatan Bangsa Israel yang dipimpin Elia di
Gunung Karmel (1 Raja-raja 18:20-37)
• Pertobatan pada masa Yosia (2 Raja-raja 22)
• Dan juga Nehemia (Nehemia 9)
Pengakuan dosa dan doa pun sangat berhubungan erat dalam
kekristenan. Rasul Yakobus mengajarkan bahwa kita perlu
saling mengaku dosa kita dan saling mendoakan agar kita
dapat sembuh dan pulih dari akibat dosa tersebut. (Yakobus
5:16)
Bahkan dalam ayat itu, Yakobus menekankan bahwa doa
orang benar (di dalam Kristus), bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya, termasuk dalam
membatalkan hukuman akibat dosa (misal: sakit penyakit).
Bagi orang Kristen, doa lebih sebagai bentuk komunikasi
antara manusia dengan Allah, termasuk dalam hal
pertobatan. Pertobatan yang sejati diawali dengan
membangun kembali hubungan dengan Allah, yang mampu
memberikan kekuatan dalam melewati masa pertobatan,
melalui doa yang dipimpin oleh Roh Kudus.
3. BERBAGI
Hal ketiga yang perlu dilakukan Bangsa Yahudi dalam 10
Hari Pertobatan adalah berbagi kepada orang yang
memerlukan, atau dalam bahasa Ibrani disebut sebagai
tzedakah atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal
sebagai bersedekah. Mereka mengumpulkan uang melalui
nampan persembahan yang ada di sinagoga-sinagoga yang
kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
Semangat berbagi ini pun juga diajarkan Tuhan Yesus
dalam Matius 25:31-46, di mana Yesus menyamakan antara
melayani orang-orang yang dianggap hina sebagai bentuk
pelayanan kepada-Nya. Jika kita memperhatikan mereka
yang kelaparan, yang sakit, yang dalam penjara, dan
tidak memiliki tempat tinggal, maka itu sama dengan kita
sedang melayani Yesus.
Penjelasan seperti ini dipaparkan Yesus sebagai salah
satu bagian dalam pengajaran-Nya tentang penghakiman
terakhir. Oleh karena itu, hal bersedekah dan berbagi
kepada orang yang membutuhkan, merupakan hal yang
penting dalam kekristenan. Melakukan sedekah dalam masa
pertobatan, dapat meningkatkan belas kasihan dan rasa
syukur atas pengampunan yang telah Tuhan beri.
Secara garis besar, ketiga hal yang dapat dilakukan
dalam masa peringatan Rosh Hasanah tersebut adalah baik.
Namun, perlu diingat bahwa motivasi kita sebagai orang
Kristen melakukan hal tersebut bukanlah untuk
mendapatkan keselamatan, sehingga nama kita tertulis di
dalam Kitab Kehidupan. Alkitab mengajarkan bahwa
keselamatan merupakan anugerah Tuhan melalui pengorbanan
Yesus di kayu salib, dan bukan hasil usaha manusia. (Efesus
2:8-9)
Sikap pertobatan yang dilakukan di masa pergantian tahun,
dapat dimaknai sebagai respon atas kasih karunia Allah
yang telah diberikan kepada kita sebagai orang percaya.
Kita memiliki panggilan untuk mengerjakan keselamatan
tersebut dengan takut dan gentar (Filipi 2:12), salah
satunya dengan hidup dalam pertobatan yang dapat
dirasakan melalui buah yang dihasilkan. (Matius 3:8;
Lukas 3:8)
Melalui uraian di atas, kita diajak untuk memiliki
kebiasaan dan paradigma baru dalam menyambut pergantian
tahun. Alih-alih berfokus pada pesta pora dan kemeriahan
tahun baru, semangat instropeksi dan refleksi diri di
penghujung tahun dapat mendorong kehidupan orang percaya
yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan kasih dan rahmat Tuhan yang
selalu baru setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun
bagi kita orang percaya. (Ratapan 3:22-23) Amin. (TY)
______________________________
Referensi
Hammer, Reuven. “The 10 Days of Repentance | My Jewish
Learning.” Accessed August 30, 2022. https://www.myjewishlearning.com/article/the-ten-days-of-repentance/.
“The Ten Days of Repentance - High Holidays.” Accessed
August 30, 2022. https://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/4826/jewish/10-Days-of-Repentance.htm.
“What Is Yom Kippur? - The Day of Atonement - High
Holidays.” Accessed September 15, 2022. https://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/177886/jewish/What-Is-Yom-Kippur.htm.
Zeidan, Adam. “Yom Kippur | Holiday, Purpose, Meaning, &
Facts | Britannica.” Accessed September 15, 2022.
https://www.britannica.com/topic/Yom-Kippur.