ALLAH YANG ROMANTIK DAN SIMBOLIK
“Sion berkata: “TUHAN telah
meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.”
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga
ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun
dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.
Lihat, Aku telah melukiskan (bahasa inggris: engraved/mengukir)
engkau di telapak tangan-Ku;
tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.”
(Yesaya 49:14-16)
Ahli-ahli Alkitab telah hampir secara universal
menyetujui bahwa separuh dari bobot tulisan Perjanjian
Lama berisi jenis sastra puisi yang memuat ‘emosi’ yang
ada di dalam hati Tuhan; terutama kepada bangsa Israel.
Di sini kita melihat satu aspek dari kepribadian Allah
yang romantik dan simbolik.
1. Romantik
Karena Ia menginginkan suatu hubungan yang ‘hidup’
dengan umat-Nya. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan
dengan Tuhan adalah dasar yang memampukan kita untuk
menjalani dan menikmati hubungan sosial lainnya. Dia-lah
Bapa pencipta seluruh keberadaan kita yaitu: tubuh, jiwa
dan roh. Dia-lah suami dan kekasih jiwa kita. Dia-lah
tuan yang berkuasa atas nasib dan hidup kita. Dia-lah
sahabat yang senantiasa mendampingi kita. Bahkan Tuhan
rela mengenakan analogi dari peran-peran yang ada di
dalam masyarakat. Ia adalah hakim, Ia adalah pahlawan,
Ia adalah gembala, Ia adalah penjaga kebun anggur, Ia
adalah penjunan, Ia adalah tukang pemurni logam dan
penatu. Hampir semua profesi yang ada di dalam
masyarakat Tuhan rela untuk di identifikasikan dengan
diri-Nya karena Ia adalah Allah yang memiliki gairah
yang berkobar-kobar (passion and zeal) di dalam mengejar
hubungannya dengan kita.
2. Simbolik
Karena Tuhan ingin mengkomunikasikan kebenaran-kebenaran
rohani dengan menggunakan alat bantu yang dapat diingat
dan dimengerti oleh masyarakat yang sederhana sekalipun.
Hampir semua ahli Alkitab dapat melihat konsistensi dari
semua perlambangan yang ada, sebagai contoh:
a. Emas
Lambang kekudusan dan kemuliaan hakekat Allah. Hal ini
dimungkinkan karena dua sifat yang ada di dalam emas
yaitu memancarkan terang (luminosity) dan sifat emas
yang tahan terhadap asam.
b. Perak
Lambang penebusan dan pertukaran. Di dalam masalah nilai,
dia memiliki tempat kedua di bawah emas karena meskipun
perak juga memancarkan terang tetapi perak tidak
memiliki konsistensi seperti emas ketika dihadapkan
dengan ujian konsistensi kimia saat diuji dengan asam.
c. Warna Ungu
Lambang kerajaan dan sifat-sifat luhur seorang raja. Hal
ini dikarenakan bahan untuk menghasilkan warna ungu
dihasilkan dari sejenis kerang (mureks) yang didapatkan
di pesisir Laut Tengah dan harganya sangat mahal. Jika
seseorang memakai kain ungu berarti dia adalah orang
yang sangat kaya dan kemungkinan besar adalah seorang
bangsawan.
Angka-angka juga menunjukkan suatu pola yang konsisten
berdasarkan gematria (numerologi Alkitab) hal ini
dikarenakan bahwa pada zaman dahulu bahasa-bahasa di
Timur Tengah belum memiliki simbol terpisah untuk angka.
Huruf juga dipakai untuk mewakili sebuah bilangan (contoh
yang sekarang masih kita kenal adalah angka romawi).
Banyak orang menganggap bahwa gaya bahasa dan simbolisme
tersebut dapat menjurus ke arah takhayul dan sinkritisme.
Memang hal ini bisa terjadi manakala seseorang lebih
mementingkan simbol tersebut daripada isi yang dikandung
di dalamnya. Namun simbol dan analogi dapat menjadi
petunjuk yang baik untuk mengerti kehendak dan isi hati
Tuhan jika kita bisa melihat pesan yang terkandung di
dalamnya. Haruslah diingat bahwa simbol dan gambar
tidaklah mempengaruhi nasib seseorang, tetapi simbol dan
gambar membantu kita untuk mengerti maksud Tuhan untuk
saat dan keadaan tertentu.
Sebagai contoh Imamat 19:26-28, “Janganlah kamu makan
sesuatu yang darahnya masih ada. Janganlah kamu
melakukan telaah atau ramalan. Janganlah kamu mencukur
tepi rambut kepalamu berkeliling dan janganlah engkau
merusakkan tepi janggutmu. Janganlah kamu menggoresi
tubuhmu karena orang mati dan janganlah merajah
tanda-tanda pada kulitmu; Akulah TUHAN.” Ada tiga hal
yang bertautan disitu yang berhubungan dengan moral,
spiritual dan estetika sekaligus.
• “Janganlah kamu makan sesuatu yang masih ada darahnya...”
Hal ini berhubungan dengan kesucian moral, karena darah
binatang tersebut dipinjam oleh Tuhan sebagai perlambang
penutupan dosa bangsa Israel.
• “Janganlah kamu melakukan tenung, telaah atau ramalan…”
Hal ini berurusan dengan kemurnian spiritual bangsa
Israel. Alam rohani memang ada dan selain dihuni oleh
roh Allah, ada roh-roh lain juga yang dapat mempengaruhi
roh manusia.
• “Janganlah engkau mencukur tepi rambur kepalamu
berkeliling dan janganlah engkau merusakkan tepi
janggutmu…”
Di sini perintah ini berubah menjadi sesuatu yang
bersifat estetikal. Dimanakah hubungan antara darah
binatang, persekutuan dengan roh-roh, dan model rambut
seseorang?
Di ayat 28, “Janganlah kamu menggoresi tubuhmu karena
orang mati dan janganlah merajah tanda-tanda pada
kulitmu; Akulah TUHAN.” Tuhan melarang orang Israel
menato badannya karena pada zaman dahulu proses mencacah/menggoresi
tubuh pasti melibatkan penumpahan darah. Dalam ayat
pembukaan di atas kita melihat bahwa secara figuratif
Tuhan “mengukir” (mencacah/menato) puri-puri Yerusalem
di dalam telapak tangannya. Ternyata dapat terlihat
suatu pola bahwa mengukirkan nama, gambar seseorang atas
tubuh kita adalah suatu tindakan bakti yang amat ekstrim
(extreme devotion) yang menuntut komitmen seumur hidup.
Praktek tato modern adalah suatu contoh kasus. Bolehkah
orang Kristen memakai tato? Ada satu fenomena menarik
yang berkembang belakangan ini yaitu salon kecantikan
yang menawarkan jasa tato removal. Juga munculnya tren
tato sementara yang bisa dihilangkan dengan mudah.
Apakah yang ditunjukkan oleh hal ini? Ternyata setelah
beberapa tahun berlalu banyak orang menyesali tato yang
telah dikenakan secara permanen di atas tubuhnya.
Di ayat pembukaan di atas dikatakan bahwa Tuhan “menato”
tembok-tembok Yerusalem di atas telapak tangan-Nya. Hal
ini bersifat simbolik dan profetik. Tuhan telah
menggenapi hal itu bagi Israel secara khusus dan bagi
kita secara umum dengan menanggung bilur-bilur untuk
menebus dosa kita di atas tubuh kita pada saat
penderitaan dan kematian-Nya, yang terjadi di dalam
lingkungan tembok-tembok Yerusalem.
Sakramen Sebagai Penggenapan Dari Simbol-Simbol
Di dalam Perjanjian Lama kehidupan bangsa Israel, Tuhan
melembagakan banyak hal yang menjadi simbol-simbol
bermakna di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
mereka. Tuhan Yesus di dalam Perjanjian Baru secara
khusus mengambil dua hal dan melembagakannya bagi kita,
dan hal itu disebut sakramen.
• Baptisan Air
Baptisan air adalah lambang kehidupan yang baru.
Bukanlah air yang menyebabkan seseorang dilahirkan
kembali, diampuni dosanya, dan menjadi anggota keluarga
Allah. Tetapi sakramen ini jika dilakukan dengan taat,
iman dan didasarkan atas hubungan yang hidup dengan
Tuhan akan memberikan kekuatan untuk menjalani kehidupan
baru sebagai orang Kristen.
• Perjamuan Kudus
Roti dan anggur yang melambangkan tubuh dan darah
Kristus yang diberikan bagi kita untuk pengampunan dosa.
Sebenarnya, pengampunan dosa dapat terjadi kapan saja di
mana saja pada saat seseorang meminta ampun dan bertobat
sungguh-sungguh dan kembali kepada Tuhan Yesus.
Simbol, angka dan lambang dapat menjadi alat bantu
visual yang membantu untuk menjelaskan suatu kebenaran
rohani. Berkat-Nya terdapat di dalam iman dan hubungan
dari orang yang mengambil bagian di dalamnya.
Di dalam hubungan suami istri, sang suami dapat kapan
saja mengajak istrinya makan malam di restoran mewah dan
memberikan hadiah; namun pada hari-hari istimewa seperti
ulang tahun, anniversary, natal dan tahun baru adalah
momen spesial untuk memberikan hadiah yang memiliki
makna berbeda daripada hari-hari biasa. Allah yang kita
sembah bukan hanya Allah yang baik saja tetapi Allah
yang romantik dan simbolik. (AB)