ROH KUDUS DAN ESKATOLOGI
“Masih banyak hal yang harus
Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari
diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang
didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yohanes
16 : 12-13)
Di dalam Perjanjian Lama kita mengenal kategori
nabi-nabi kecil dan nabi-nabi besar. Ini adalah
penggolongan berdasarkan kacamata iman Kristen karena
orang Kristen percaya bahwa nabi-nabi “besar”. Disebut
‘besar’ bukan hanya karena panjang tulisannya, tetapi
juga karena nilai pentingnya nubuatan-nubuatan yang
mereka sampaikan menjelang kedatangan Tuhan Yesus
pertama kali.
Hal ini bisa kita kontraskan dengan pemahaman orang
Yahudi yang membagi tulisan nabi-nabi - bukan dengan
dikotomi “besar atau kecil” tetapi dibagi menjadi nabi
“awal” dan nabi “akhir”. “Awal” berarti sebelum
keruntuhan kerajaan Yehuda dan keruntuhan Bait Allah.
“Akhir” berarti sesudah keruntuhan Yehuda dan masa
pembuangan. Di sini kita melihat perbedaan cara pandang
antara orang Yahudi dan orang Kristen. Orang Yahudi
secara jasmani menganggap pemulihan kerajaan bagi Israel
dan Yehuda adalah sentral di dalam sejarah. Bahkan
murid-murid Tuhan Yesus pun masih mengharapkan hal
tersebut.
Dalam Kisah Para Rasul 1:7 sebelum Tuhan Yesus terangkat,
mereka masih menanyakan hal itu kepada Tuhan Yesus
“Tuhan, kapankah Engkau akan memulihkan kerajaan bagi
Israel?” Bagi orang Kristen kedatangan Tuhan Yesus lah
yang merupakan tulang punggung sejarah.
• Kedatangan-Nya yang pertama membelah sejarah menjadi
“Sebelum Kristus dan Sesudah Kristus“,
• Dan kedatangan-Nya yang kedua kali akan menyelesaikan
sejarah.
Sama seperti Roh Kudus mengilhami nabi-nabi Perjanjian
Lama untuk menulis tentang kedatangan Tuhan Yesus untuk
yang pertama kali demikianlah Roh Kudus mengurapi
penulis-penulis Perjanjian Baru mengenai kedatangan
Tuhan Yesus yang kedua kali.
Sebelum Pencurahan Roh Kudus
Tuhan Yesus mengajarkan di dalam khotbahnya tentang
akhir zaman di dalam Matius 24–25, bahwa hari maupun
saatnya tidak diketahui oleh siapapun (Matius 24:43).
Tuhan Yesus pun berkata bahwa Ia sendiri tidak
mengetahui tentang hari dan saat kedatangan-Nya (Matius
24:36). Di dalam Kisah Para Rasul 1:7 Ia menyuruh
murid-murid-Nya agar jangan terlalu memperhatikan
mengenai pemulihan kerajaan bagi Israel tetapi mereka
harus dipenuhkan oleh Roh Kudus untuk menjadi saksi-Nya
sampai ke ujung bumi. Namun di dalam 1 Tesalonika 5:1-4
Rasul Paulus dengan tegas berkata bahwa kepada mereka
tidak perlu lagi dituliskan pengajaran mengenai hari
Tuhan. Jika kita membandingkan 1 Tesalonika 5:1-11
dengan Perumpamaan-perumpamaan yang Tuhan Yesus
sampaikan di dalam Matius 24-25, kita hampir dapat 100
persen menyimpulkan bahwa Paulus memiliki akses kepada
catatan tulisan Matius tadi karena ada beberapa
persamaan yang sangat jelas.
• Apakah kita mengetahui hari dan saat (Kronos)
kedatangan Tuhan Yesus?
Tuhan Yesus menjawab “Tidak”; dan Rasul Paulus dengan
tegas berkata dalam 1 Tesalonika 5:2 bahwa hari Tuhan
datang seperti pencuri pada waktu malam.
Di dalam Matius 25:1-11, kita melihat perumpamaan
mengenai 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh, muncul
pola yang sama bahwa mempelai datang pada waktu tengah
malam. Kata “malam” di dalam firman Tuhan berbicara
mengenai masa kekacauan, di mana waktu si Musuh bekerja.
Di hari penciptaan pertama Tuhan memisahkan terang dan
gelap, pagi dan petang. Dari hal tersebut kita melihat
bahwa kedatangan Tuhan akan terjadi di dalam suatu
periode kekacauan di dalam sejarah manusia.
• Respon orang percaya sementara menantikan kedatangan
Tuhan.
Di dalam Matius 24 dan 25 kita melihat beberapa respon
yang muncul di dalam beberapa perumpamaan. Kemabukan
makan minum dan pesta pora. Di dalam perumpamaan tentang
hamba yang setia dan hamba yang jahat (Matius 24:45-51)
dan juga nasehat untuk berjaga-jaga (Mat 24:37-38)
kedatangan Anak Manusia seperti hari-hari zaman Nuh di
mana manusia sibuk dalam urusan makan minum dan kawin
mengawinkan. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di
Tesalonika untuk tidak tidur dan tidak mabuk pada waktu
malam.
• Pemisahan antara orang yang tertinggal untuk dihukum
dan terangkat untuk diselamatkan (Rapture).
Di dalam Matius 24:40-42 Tuhan Yesus menjelaskan akan
proses ini. Menjelang penderitaan yang besar yang akan
datang, Tuhan akan memilih beberapa orang untuk
diluputkan sementara ada beberapa orang yang akan
mengalami penderitaan tersebut. Di dalam 1 Tesalonika
5:3 kita melihat Paulus mengutip hampir 100 persen
kata-kata Tuhan Yesus di dalam Matius 24.
• Ketatalayanan atas semua yang dipercayakan Tuhan
kepada kita.
Di dalam perumpamaan tentang hamba yang baik dan hamba
yang jahat, perumpamaan mengenai talenta di dalam Matius
25:14-29, ditekankan tanggung jawab hamba-hamba Tuhan
atas talenta dan kepercayaan yang diterima dari tuannya.
Kegagalan di dalam menjalankan tugas ini bukan hanya
dinilai sebagai satu wan prestasi tetapi dinilai sebagai
penghianatan dan kejahatan terhadap tuannya. Itulah
sebabnya Paulus juga menasehati semua orang percaya
untuk giat bekerja menjelang kedatangan Tuhan.
• Kasih sebagai perwujudan iman dan pengharapan kepada
Tuhan Yesus Kristus.
Matius 24:45 yaitu perumpamaan tentang hamba yang jahat
dan perumpamaan mengenai domba dan kambing berbicara
mengenai bagaimana kita memperlakukan sesama kita di
dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus. Di dalam Matius
24:12 Yesus berkata kasih kebanyakan orang akan menjadi
dingin. Itulah sebabnya Paulus terus menasehatkan di
dalam 1 Tesalonika 5:12-15 untuk tetap berbuat baik
bahkan kepada orang yang melakukan kejahatan kepada kita.
Tanpa kekuatan dari Roh Kudus mustahil orang bisa tetap
mengasihi sesamanya sampai kepada kesudahan.
• Peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya di
akhir zaman.
Di dalam Matius 25, ada 2 perumpamaan yaitu mengenai 5
anak dara yang bijaksana dan 5 yang bodoh, dan
perumpamaan mengenai talenta. Keduanya berbicara
mengenai peranan Roh Kudus. Perumpamaan mengenai 10 anak
dara berbicara mengenai gereja-gereja Tuhan yang tetap
menjunjung tinggi peranan Roh Kudus menjelang kedatangan
Tuhan Yesus sedangkan perumpamaan mengenai talenta
berbicara mengenai karunia-karunia Roh Kudus dalam
kehidupan orang percaya yang membuat kehidupannya
semakin berbuah bagi Kerajaan Allah.
Dari pembahasan di atas terlihat hubungan yang sangat
jelas antara doktrin eskatologi dengan karya Roh Kudus.
Gereja-gereja yang kurang menjunjung peranan Roh Kudus
di dalam kehidupan, baik secara pribadi maupun berjemaat
pada akhirnya akan meninggalkan pengharapan tentang
kedatangan Tuhan Yesus/ Hari Tuhan atau memodifikasinya
menjadi sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak terlalu
diharapkan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pengertian
bahwa setiap orang percaya harus menghasilkan buah di
dalam kehidupannya (melipat gandakan talentanya) sebagai
bagian dari tanggung jawabnya di hadapan Tuhan. Pada
akhirnya sikap semacam ini dapat mempengaruhi moralitas
jemaat sehingga banyak bentuk kejahatan yang ditolerir (makan,
minum, kemabukan, pesta pora dan kawin mengawinkan).
Marilah kita sebagai Gereja dan sebagai pribadi selalu
menjunjung tinggi peranan Roh Kudus untuk menerangi
hal-hal yang akan datang, memberdayakan kita tetap
bersemangat melayani Dia menjelang hari kedatangan-Nya
dan mempersembahkan hidup kita, tanpa cacat dan cela
pada hari Kristus menampakkan diri-Nya. Amin. (AB)