YERUSALEM, LOS ANGELES, SENTUL CITY
“Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi!
Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin
oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi
ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada
barangsiapa yang mengasihi Dia?”
Yakobus 2:5
Hati Allah ialah untuk menjangkau seluruh umat manusia
di dalam klaster budaya dimana manusia itu hidup. Sama
seperti ikan yang tidak bisa hidup di luar dari air,
demikian pula manusia memerlukan konteks budaya untuk
mendukung kehidupannya, baik secara fisik, identitas
korporat maupun ekspresi jiwanya. Firman Tuhan sangat
jelas mengatakan bahwa Israel dipilih bukan karena
mereka bangsa yang paling besar atau paling hebat,
sebaliknya mereka adalah bangsa yang paling tegar
tengkuk (Ulangan 9:6-13). Inilah yang kita sebut prinsip
“mission in action”.
Sebetulnya seseorang atau suatu bangsa yang dipilih
Tuhan bukanlah suatu pernyataan tentang kehebatan orang
atau bangsa tersebut. Hal itu justru merupakan
pernyataan misi bahwa orang atau bangsa tersebut
dituntut lebih untuk bisa menyampaikan kasih Allah
sampai kepada semua klaster Budaya. Bangsa Israel
dipilih untuk menjadi penerima hukum-hukum Allah supaya
dengan melihat interaksi mereka dengan Allah, semua
bangsa di muka bumi akan melihat dan mengenal Allah yang
benar.
Firman Tuhan mencatat kegagalan bangsa Israel di dalam
melaksanakan misi tersebut. Mereka cenderung lupa akan
tugas dan tanggung jawab mereka bahkan melupakan Tuhan
yang memberikan panggilan kepada mereka yang disertai
dengan berkat-berkat-Nya. Untung Allah tidak pernah
melupakan panggilan-Nya. Ia tetap memakai bangsa Isarel
karena masih ada ‘orang-orang tersisa’ yang setia kepada
Tuhan.
Oleh karena ‘orang-orang tersisa’ yang setia kepada
rencana Tuhan seperti Maria dan Yusuf yang dipakai di
dalam suatu tugas mulia untuk melahirkan Mesias secara
fisik. Rencana penebusan Allah akhirnya digenapi. Tuhan
Yesus menyelesaikan rencana penebusan yang digariskan
oleh Bapa dengan kematian dan kebangkitan-Nya.
Selanjutnya Ia memberikan perintah kepada murid-murid
untuk menunggu di Yerusalem sampai mereka dipenuhi
dengan janji Bapa, yaitu Roh Kudus yang akan memberikan
mereka kuasa dari tempat yang maha tinggi.
1. Loteng Atas Yerusalem
Tempat ini memainkan peranan yang cukup signifikan dalam
minggu-minggu terakhir dalam pelayanan Tuhan Yesus di
muka bumi ini. Di tempat inilah Tuhan Yesus melakukan
perjamuan malam terakhir dan menginstitusikannya. Di
tempat ini jugalah Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. Di
dalam Markus 14:13; Lukas 22:10 Yesus menyuruh dua orang
murid-Nya untuk berjumpa dengan seorang laki-laki yang
membawa kendi berisi air dan menyuruh mengikuti orang
tersebut.
Kemungkinan besar orang tersebut adalah anggota sekte
Eseni, karena pada zaman itu tidak ada laki-laki membawa
kendi berisi air di muka umum, kecuali kaum Eseni karena
mereka hampir semuanya tidak menikah. Secara tradisi
tempat ini dimiliki oleh kaum Eseni. Kaum Eseni
mendedikasikan diri mereka untuk suatu pengharapan
apokaliptik, yaitu menantikan kedatangan Mesias.
Kemungkinan besar Yohanes Pembaptis berasal dari
kelompok mereka.
Jadi dari loteng atas kita dapat melihat urutan-urutan
peristiwa seperti mengharapkan kedatangan Sang Mesias,
unity diantara murid-murid Tuhan Yesus, dan dengan latar
belakang ini mereka memilih tempat itu sebagai wahana
untuk menantikan pencurahan janji Bapa.
Secara sosiologis Yerusalem pada abad pertama adalah
salah satu dari kota-kota besar di dalam kekaisaran
Romawi. Diperkirakan pada waktu itu Yerusalem memiliki
penduduk lebih dari 100.000 jiwa. Mengapa Allah dalam
kedaulatannya memilih Yeruselam dan Loteng Atas sebagai
tempat pencurahan Roh kudus pertama kali yang menandakan
dimulainya era baru dalam Peranjian Baru? Jawabannya
adalah selain kedaulatan Tuhan, faktor-faktor sosiologis
memainkan peranannya seperti berkumpulnya bangsa-bangsa
dan orang-orang Yahudi perantauan pada hari Raya Paskah
dan Pentakosta. Tersedianya murid-murid awal Tuhan Yesus
yang akan menjadi fasilitator, berkumpulnya orang-orang
banyak dimana mereka akan menjalankan kehidupan korporat
sebagai gereja mula-mula selama kurang lebih dua tahun (Kisah
2-8).
Tidak ada sesuatu yang secara rohani “istimewa” tentang
loteng atas tersebut setelah pencurahan Roh Kudus
pertama kali. Pencurahan Roh Kudus terjadi di
tempat-tempat lain, dan setelah terjadi penganiayaan
terhadap gereja mula-mula jemaat di Yerusalem tersebar
kecuali para Rasul, jadi mengapakah Allah memilih
Yerusalem dan Loteng Atas sebagai tempat pertama
pencurahan Roh Kudus ke atas segala makhluk? Jawabannya
dapat dilihat dari berbagai faktor, salah satunya adalah
kedekatan Raja Daud yang kuburnya berada di dekat loteng
atas. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa Raja Daud lahir
dan meninggal pada hari pentakosta, juga apa yang
terjadi di dalam kehidupan Tuhan Yesus terutama di dalam
minggu terakhir-Nya di muka bumi selain juga faktor
sosiologis yang membuat logistik lahirnya gereja
mula-mula dapat diakomodasi di Yerusalem.
2. Azusa Street, Los Angeles California
Awal abad ke-20 adalah masa yang amat menarik di dalam
sejarah dunia. Pada periode itulah Amerika Serikat
menjadi negara yang membentang diantara dua samudera
yaitu Samudera Atlantik dengan kota-kota di pantai timur
Amerika dan California di pantai barat. Gold Rush yang
dimulai tahun 1849 membuat orang-orang meninggalkan
pantai timur dan berbondong-bondong menuju California
dan pada saat yang sama imigrasi besar-besaran ke
Amerika mulai mencapai puncaknya bukan hanya dari
negara-negara Eropa tetapi juga Amerika latin dan Asia.
Los Angeles pada tahun 1906 adalah “Melting Pot” dari
hampir semua bangsa yang ada di dunia. Sejarah mencatat
bahwa kebangunan rohani Azusa Street yang dipimpin oleh
William Seymour mayoritas diikuti oleh orang-orang non
kulit putih, karena William Seymour adalah seorang
berkulit hitam secara alami pengikut terbesar pengikut
William Seymour adalah African – American. Golongan
kedua adalah kaum berbahasa Spanyol Hispanik dan diikuti
oleh orang-orang Tionghoa dari provinsi Guang Dong yang
datang ke Amerika untuk mencari emas tetapi ternyata
mereka tidak mendapatkan emas namun bekerja untuk
menggali jalur kereta api yang menghubungkan California
dengan daerah barat. Jika sekarang kita pergi di
persimpangan jalan Bonnie Brae dan Azusa kita masih
melihat rumah Pendeta William Seymour yang sekarang
dipelihara sebagai tempat peringatan kejadian kebangunan
rohani Azusa Street. Gudang tempat William Seymour
berkhotbah sudah tidak ada lagi, sekarang menjadi pusat
kebudayaan Jepang di Los Angeles. Kebangunan Rohani
Azusa Street pun dicatat hanya terjadi selama tiga tahun,
tetapi dampaknya menyebar ke seluruh dunia dan mencapai
Indonesia pda tahun 1923 di Cepu Jawa Timur. Meskipun
kebangunan rohani Azusa Street hanya terjadi selama 3
tahun (1906-1909), namun dampaknya menyebar ke seluruh
dunia; Eropa, Afrika dan terutama Asia.
3. Sentul City, Bogor – Jawa Barat
Pada waktu Tuhan menyuruh hamba-Nya untuk mendirikan
kompleks SICC sebetulnya kebutuhan yang dirasakan pada
saat itu hanyalah untuk menampung kegiatan doa pengerja
bulanan yang sudah mencapai jumlah antara 7.000 – 8.000
orang /bulannya. Di dalam proses pembangunan jemaat GBI
Gatot Subroto diproses oleh Tuhan untuk naik di dalam
level unity dan Tuhan mulai menyatakan tujuannya untuk
tempat ini yang akan menjadi “Healing Center” dan
“Miracle Center”. Tempat yang akan membawa dampak bagi
transformasi Indonesia dan bangsa-bangsa. Tempat ini
juga telah didedikasikan untuk menyambut hadirat
kemuliaan Tuhan. Sepanjang perjalanan sejarah gedung ini
makin jelas terlihat bahwa Tuhan telah menyiapkan
kompleks ini untuk menjadi loteng atas abad ke-21 dengan
memperhitungkan faktor-faktor sosiologis sebagai berikut:
• Kemudahan untuk mengakses Indonesia bagi bangsa-bangsa
di sekitarnya terutama bagi bangsa-bangsa di Benua Asia.
• Kesaksian Transformasi Indonesia yang meskipun masih
jauh dari sempurna tapi dapat menginspirasi
bangsa-bangsa lain untuk menyongsong karya Roh Kudus di
negeri mereka juga.
• Biaya hidup yang masih dikatakan murah untuk ukuran
benua Asia sehingga memudahkan bagi bangsa-bangsa yang
ingin berkunjung untuk mendapatkan ‘api’ Roh Allah.
Tuhan sanggup memakai apa yang awalnya terlihat biasa
menjadi sesuatu yang luar biasa. Ketika kerinduan hati
Tuhan akan dinyatakan, yang diperlukan adalah
orang-orang yang memiliki hati seperti murid-murid pada
gereja mula-mula, mereka yang bersedia dipakai Tuhan
untuk mewujudkan rencana-Nya. Adanya benang merah antara
rencana Tuhan dengan faktor-faktor pendukung dari pihak
manusia dan bangsa, jika hal itu bertemu, akan
menghasilkan suatu revival yang dahsyat. (AL)