APAKAH ALKITAB MASIH DAPAT DIPERCAYA?
Alkitab adalah penuntun sempurna, yang diberikan oleh
Tuhan bagi kita, orang percaya. Namun ada banyak
serangan ditujukan untuk menggugat keabsahan Alkitab,
baik dari luar maupun dari dalam (ke-Kristen-an). Ada
yang mengaku sebagai tokoh Kristen atau teolog yang
meragukan keabsahan Alkitab sebagai Firman yang
diberikan Tuhan kepada umat manusia. Sungguh ironis,
bila seorang pengkhotbah atau pengajar menyampaikan
bahwa Alkitab mengandung kesalahan dan tidak dapat
dipercaya secara utuh (100%).
Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita benar-benar
percaya bahwa Alkitab tetap dapat dipercaya:
1. Alkitab adalah Buku yang Merepresentasikan
Pengarangnya
Semua buku dalam Alkitab dikarang oleh Allah (GOD is the
Author) melalui manusia sebagai penulisnya. Manusia yang
dipilih oleh Tuhan sebagai penulis memperoleh apa yang
dikenal dengan ‘Inspirasi’. Semua tulisan diilhami (diinspirasi)
oleh Allah sendiri. (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21;
Yohanes 1:1)
Kata 'diilhami' berasal dari kata ‘theopneustos’ yang
berarti ‘God-breathed’ atau ‘dihembusi nafas Tuhan.’
Intinya Alkitab adalah seperti ‘nafas-Nya Tuhan.’
Sifat-sifat Allah nampak dalam tulisan-tulisan di dalam
Alkitab. Semakin seseorang mempelajari dan merenungkan
Alkitab, semakin ia akan mengenal siapa Allah itu. Salah
satu karakter Tuhan adalah sempurna. Tuhan yang sempurna
pastilah menulis buku yang sempurna. 'Sempurna' menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “utuh dan lengkap
segalanya (tidak bercacat dan bercela), selesai dengan
sebaik-baiknya; teratur dengan sangat baiknya, baik
sekali; terbaik”. Alkitab mengajarkan kesempurnaan
total, tidak menyisakan ruang untuk kesempurnaan yang
sebagian.
Pertanyaannya bukan hanya “Apakah Alkitab memiliki atau
mengandung kesalahan?” tetapi “Apakah Tuhan membuat
kesalahan?”
• Jika Alkitab mengandung kesalahan, berarti Tuhan tidak
sempurna.
• Jika Alkitab mengandung informasi yang salah, maka
Tuhan tidak sempurna dalam kebenaran-Nya, tetapi
sebaliknya adalah pendusta.
• Jika Alkitab mengandung kontradiksi, maka Tuhan adalah
pribadi yang tidak yakin atau sedang bingung.
Dengan kata lain, jika Alkitab tidak benar, maka Tuhan
bukanlah Tuhan. Karena Allah adalah Pribadi yang tidak
berbohong, maka kata-kata-Nya pun adalah kebenaran dan
bukan kebohongan. (Ibrani 6:18; Titus 1:2)
2. Alkitab adalah Pedoman Bagi Umat Pilihan Tuhan
Allah sebagai Pencipta alam semesta dan segala yang ada
di dalamnya, memberikan buku penuntun (manual book) bagi
manusia untuk mengusahakan dan memelihara/mengelola. (Kejadian
2:15)
Saat Tuhan menciptakan alam semesta dan isinya, selalu
diakhiri dengan kata ‘baik’. Untuk mengelola sesuatu
yang ‘baik’, pastilah Tuhan memberikan penuntun atau
pedoman untuk ditaati. Tidak mungkin Tuhan yang
menciptakan hasil karya yang megah (majestic) membiarkan
manusia mengelola tanpa pedoman dan arahan yang jelas.
Bukan hanya untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden
dan planet bumi, Tuhan juga memanggil manusia untuk
berkuasa. (Kejadian 1:26)
Panggilan ini pastilah dibarengi dengan penuntun atau
arahan, supaya manusia dapat menggenapinya. Penuntun
yang dimaksud tersebut adalah Firman Tuhan.
3. Alkitab Menyatakan Kebenaran
Karena Allah dapat dipercaya, maka Alkitab yang berisi
Firman-Nya pun dapat dipercaya. Alkitab yang kita baca,
pelajari, dan renungkan adalah kata-kata Allah sendiri.
Dan karena Allah adalah Allah yang dapat dipercaya, maka
kata-kata-Nya pun adalah kata-kata yang dapat dipercaya.
Tidak mungkin pribadi yang dapat dipercaya menyampaikan
kata-kata yang tidak dapat dipercaya. (Matius 11:22;
Ibrani 6:18; 2 Petrus 1:21; Kisah Para Rasul 13:34)
Sebagai contoh, bila pada sebuah surat kabar ada kolom
kecil yang berisi kebohongan (hoax), maka akan berakibat
kepada seluruh isi surat kabar tersebut. Nama penerbit
surat kabar tersebut bisa tercemar atau kehilangan
kredibilitas. Walaupun mungkin hanya hal-hal sepele yang
tidak terlalu penting, tetap saja akan merusak nama
perusahaan surat kabar tersebut. Seluruh hasil terbitan
dari perusahaan tersebut kemudian dipertanyakan, dan
perusahaan tersebut akan kehilangan kepercayaan pembaca
(kredibilitasnya).
Alkitab adalah kebenaran, bukan hanya sebagian benar
atau hanya hal-hal penting yang benar, Alkitab adalah
kebenaran yang sempurna. Waktu berbicara mengenai surga,
Alkitab berbicara kebenaran. Waktu berbicara mengenai
dunia, Alkitab berbicara kebenaran. Waktu berbicara
mengenai penghukuman, Alkitab berbicara kebenaran. (Yohanes
3:12)
Jika Alkitab salah tentang neraka, tidak dapat
dipastikan bahwa Alkitab akan menyatakan hal yang benar
mengenai surga atau tentang hal lainnya. Jika Alkitab
tidak bisa memberikan detail yang benar tentang
penciptaan, maka kemungkinan tidak dapat memberikan
detail tentang keselamatan.
4. Alkitab Bersifat Kekal
Kebenaran Alkitab tetap berlaku; baik dahulu maupun
sekarang, untuk masa depan, bahkan sampai selama-lamanya.
Apa yang difirmankan dalam Alkitab dapat diaplikasikan
dahulu, sekarang bahkan sampai selama-lamanya. Walaupun
sudah ditulis ribuan tahun yang lalu, Alkitab bukan buku
yang out of date, tetapi selalu updated. Hal ini sesuai
dengan kepribadian Tuhan sang Pengarang-Nya, yang selalu
hadir; bukan hanya di masa lalu, tapi juga untuk masa
sekarang dan masa depan. (Matius 5:17-18; Mazmur 119:89;
Wahyu 4:8); “who was, who is and who is to come — past,
present and future.”
Di zaman ini, ada beberapa pendapat yang menyatakan
bahwa Alkitab sudah tidak updated, dengan menggunakan
alasan bahwa konteks zaman dulu dan sekarang berbeda.
Mari kita memegang prinsip bahwa konteks memang berubah,
tapi apa yang sudah tertulis dalam Alkitab (text) tidak
dapat diubahkan. Apa yang tertulis dalam Alkitab berlaku
dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya.
Salah satu contoh apa yang sedang menjadi topik yang
ramai diperdebatkan adalah LGBT, salah satu alasan yang
digunakan oleh para pendukung LGBT adalah konteks zaman
dulu dan sekarang sudah berbeda, pengetahuan dan
teknologi sudah mengalami perubahan yang besar. Setuju
dengan konteks dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tapi Tuhan sendiri sudah menyampaikan dengan
gamblang (vulgar) mengenai LGBT ini. (Roma 1:27; 1
Korintus 6:9)
5. Alkitab Bersifat Utuh
Alkitab bersifat utuh, karena Alkitab tidak ditulis
untuk dibaca sebagian, tapi Alkitab perlu dibaca,
dipelajari, direnungkan seutuhnya (seluruhnya). Ada
sebuah istilah: “Jadilah orang Kristen yang Alkitabiah,
bukan orang Kristen yang ayatiah.” Kalimat tersebut
mengandung arti, jangan hanya mengutip beberapa kata,
bahkan beberapa kalimat ataupun beberapa ayat untuk
membangun sebuah pemahaman yang lebih besar dan lebih
penting dari Alkitab itu sendiri.
Setiap bagian dari Alkitab bukanlah hal yang perlu
dipertentangkan/diadu (contradict), tapi untuk
dimengerti secara keseluruhan. Alkitab adalah buku yang
sangat kaya, satu ayat dapat dijelaskan dengan baik oleh
ayat lain. Setiap bagian dapat diperjelas oleh bagian
lain dalam Alkitab. Bagian demi bagian dalam Alkitab
bukanlah kumpulan kalimat yang saling bertentangan,
walaupun kadang ditemukan perbedaan — tapi bila kita
sungguh-sungguh memeriksa dan mempelajari dengan baik
akan menemukan sebuah kebenaran yang belum tergali.
Pesan-pesan dalam Alkitab harus diambil secara
keseluruhan, hal-hal tersebut bukanlah campuran
pernyataan yang bebas kita pilih. Banyak orang menyukai
ayat yang mengatakan Tuhan mengasihi mereka, tetapi
mereka tidak menyukai ayat yang mengatakan Tuhan akan
menghakimi orang berdosa. Ya, Tuhan mengasihi manusia,
tapi ada konsekuensi yang harus dipikul manusia bila ia
melakukan kesalahan atau dosa.
6. Alkitab Sanggup Mengoreksi Hidup Kita
Ketika sosok yang sempurna memberi kritik dan saran, itu
bukan hanya sekedar kritik dan saran, tapi teguran dan
koreksi yang mampu mengubahkan hidup kita. Seperti
pembahasan di atas, Firman Allah adalah sosok yang
sempurna, lengkap dan tidak lekang oleh waktu, oleh
karena itu hanya Allah lewat Firman-Nya yang dapat
mengoreksi hidup kita.
Firman Tuhan berlaku seperti cermin, ketika orang
mendengar, membaca, mempelajari, merenungkan Firman
Tuhan — seakan-akan Tuhan menyodorkan cermin kepada
orang tersebut, sehingga orang tersebut dapat melihat
dirinya sendiri. (Yakobus 1:23)
Setelah melihat hidupnya lewat cermin Firman Tuhan,
pilihan ada di tangan orang tersebut — ia mau bertobat
atau tidak?
7. Perkembangan Alkitab Adalah Hasil dari Tuntunan Roh
Kudus
Alkitab juga mengalami dinamika dalam perkembangannya,
terkait dengan proses:
• perkembangan bahasa penerima (di luar bahasa asli),
• perkembangan penelitian dari teks awal,
• perkembangan dalam ilmu penafsiran (exegese),
• perkembangan dalam ilmu penerjemahan (science of
translating);
Roh Kudus yang menginspirasi para penulis Alkitab adalah
Roh Kudus yang sama yang mengawal sekaligus memimpin
perkembangan Alkitab dari masa ke masa.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kita terus
merenungkan serta mempelajari Firman Tuhan sambil tetap
berdoa supaya Roh Kudus ‘sang inspirator’ akan selalu
menuntun kita dalam pembacaan, perenungan dan
pembelajaran Firman. Roh Kudus yang menginspirasi
penulis akan membantu kita memberikan penerangan (iluminasi)
dalam pembacaan, perenungan dan pembelajaran akan Firman
Tuhan.
Percaya akan keabsahan Alkitab tidak berarti bahwa kita
harus berhenti menggunakan pikiran, akal atau
pengetahuan yang kita miliki atau menerima apa yang
dikatakan Alkitab secara buta. Kita diperintahkan untuk
belajar dan mengajar Firman, dan mereka yang menyelidiki
Firman dipuji memiliki kehidupan yang lebih baik. (2
Timotius 2:2,15,24; Kisah Para Rasul 17:11)
Bila kita menemukan bagian-bagian yang sulit untuk
dimengerti atau bahkan terkesan bertentangan satu ayat
dengan ayat lainnya, bukan berarti ini adalah suatu hal
yang salah — tapi kerinduan untuk terus belajar dan
menyelidiki akan menuntun kita menemukan kebenaran yang
masih terselubung selama ini. Dengan kerendahan hati,
kita mendekati Firman Tuhan/Kitab Suci dengan rasa
hormat, penuh doa, berdoa lebih sungguh-sungguh, belajar
lebih giat dan mengakui keterbatasan manusia untuk
mengenali Firman yang berasal dari Allah yang tidak
terbatas.
Kita mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan bukan
supaya kita menguasai Firman Tuhan, namun sebaliknya
agar Firman Tuhan menguasai kita. (NS)