APAKAH ORANG YANG BELUM DIBAPTIS ROH KUDUS BISA DIPAKAI OLEH TUHAN ?
Pertanyaan perihal apakah orang yang belum dibaptis Roh
Kudus bisa dipakai oleh Tuhan, selalu menjadi satu hal
yang sangat menarik untuk dibahas. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, marilah kita melihat sedikit dari
sejarah gereja dari zaman post-apostolik ke zaman
kontemporer. Siapa tidak tahu tentang:
• Agustinus, seorang teolog besar di abad ke-4 Masehi,
yang terkenal dengan kisah pertobatannya dan
pemikirannya yang dalam.
• Martin Luther, seorang reformator gereja yang
menggoncang keadaan gereja yang kelam pada masanya.
• John Wesley, seorang teolog di abad ke-18 yang menjadi
pelopor Gereja Methodist dan terkenal dengan Gerakan
Kesucian-nya (Holiness Movement).
• Bunda Teresa, seorang biarawati Katolik Roma yang
menggoncang dunia karena pelayanannya terhadap kaum papa
yang terpinggirkan karena penyakit kusta, AIDS, dan TBC,
dan bahkan dunia mengakui pelayanannya dengan
menyematkan hadiah Nobel Perdamaian di tahun 1979.
• Billy Graham, seorang penginjil dari Amerika Serikat
yang saat mengadakan KKR dapat menghimpun jutaan orang.
Bahkan beliau didapuk/didaulat sebagai salah satu
pemimpin Kristen paling berpengaruh di abad ke-20 ini.
Tidak pernah tercatat di dalam sejarah bahwa para
raksasa iman (spiritual giants) pada masanya itu
mengalami pembaptisan Roh Kudus dengan tanda awal
berbahasa Roh. Dan mereka pun bisa dipakai Tuhan dengan
sangat luar biasa. Meskipun begitu, sejujurnya, kita
tidak benar-benar tahu dengan jelas apakah para raksasa
iman di atas pernah mengalami pengalaman Baptisan Roh
Kudus. Maka timbullah pertanyaan selanjutnya;
• Mengapa seseorang perlu dibaptis dengan Roh Kudus?
• Jika seseorang yang belum dibaptis Roh Kudus, atau
mungkin pernah mengalami pembaptisan Roh Kudus, namun
tidak secara nyata menunjukkannya seperti para tokoh di
atas pun bisa dipakai Tuhan dengan dahsyat?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita lihat
sekilas perihal pengajaran tentang Baptisan Roh Kudus
yang adalah ciri khas Teologi Pentakosta dan merupakan
bagian sentral dari seluruh pengajaran doktrin
Pentakosta.
Baptisan Roh Kudus adalah bagian penting dari 5 Pilar
Teologi Pentakosta, atau yang sering kita dengar dengan
istilah The Five-fold Gospel. Sebagai catatan, 5 Pilar
Teologi Pentakosta yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Jesus as Savior (Keselamatan)
2. Jesus as Sanctifier (Kekudusan)
3. Jesus as Spirit Baptizer (Baptisan Roh Kudus)
4. Jesus as Healer (Kesembuhan)
5. Jesus as The Soon Coming King (Kedatangan Tuhan Yesus
Kedua Kali)
Sinode Gereja Bethel Indonesia, yang beraliran
Pentakosta, di mana gereja kita bernaung pun mengakuinya
di dalam Pengakuan Iman Sinode GBI, bahwa:
“Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua
orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan
Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa Roh
sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.”
Teologi Pentakosta Klasik menekankan bahwa pengalaman
dibaptis dengan Roh Kudus adalah hal yang terpisah dari
karya keselamatan Kristus; dan tujuannya adalah untuk
penyelesaian Amanat Agung.
Kisah Para Rasul 1:8 mencatat:
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.”
Kata “kuasa” pada ayat di atas berasal dari bahasa
Yunani dunamis, di mana oleh Gingrich Greek NT Lexicon
diterjemahkan juga sebagai dinamit, sesuatu yang
memiliki daya ledak tinggi. Dengan kata lain, kuasa ini
adalah kuasa yang sangat besar; di mana dengan kuasa ini,
Amanat Agung Tuhan Yesus pasti terselesaikan.
Sangatlah menarik untuk disimak bahwa sesaat sebelum
Tuhan Yesus terangkat ke sorga, Ia berpesan agar para
murid tidak meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka
tinggal di sana sambil menantikan janji Bapa, yaitu
bahwa para murid “akan dibaptis dengan Roh Kudus”. (Kisah
Para Rasul 1:4,5)
Poin penting untuk kita garis bawahi di sini adalah
bahwa baptisan Roh Kudus adalah janji Bapa yang berlaku
untuk semua orang percaya. Selanjutnya di Kisah Para
Rasul pasal ke-2 adalah peristiwa turunnya Roh Kudus ke
atas para rasul, yang lebih kita kenal dengan peristiwa
Pentakosta, di mana para rasul “mulai berkata-kata
dengan bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” (Kisah Para
Rasul 2:4)
Dari sini dapat kita lihat bahwa janji Bapa tentang
Baptisan Roh Kudus selalu disertai dengan pengalaman
karunia berbahasa Roh.
Dari peristiwa di atas, kita melihat dengan jelas bahwa
ada perbedaan antara menerima Roh Kudus (keberdiaman/indwelling)
dengan dipenuhi Roh Kudus atau dibaptis dengan Roh Kudus
(kepenuhan/infilling).
Setiap orang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, maka Roh Kudus berdiam di dalam dirinya.
Bapa “memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”
yaitu anugerah keselamatan. (II Korintus 1:22)
Rasul Paulus menjelaskan di dalam I Korintus 6:19,
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu
peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu
sendiri?”
Keberdiaman Roh Kudus di dalam hidup orang percaya
memampukan seseorang untuk memiliki hidup yang
menghasilkan buah Roh. (Galatia 5:22-23)
Alkitab mencatat dampak-dampak daripada Baptisan Roh
Kudus secara internal, antara lain:
1. Mengubah kehidupan doa kita. (Roma 8:26-27)
2. Membangun iman kita. (I Korintus 14:4a)
3. Menyempurnakan pujian dan penyembahan kita. (I
Korintus 14:15)
4. Meningkatkan kepekaan rohani kita. (I Korintus 14:2)
Robert P. Menzies, seorang hamba Tuhan, penulis, dan
juga adalah Direktur dari The Asian Center for
Pentecostal Theology, memaparkan di dalam salah satu
bukunya yang berjudul “Speaking In Tongues” bahwa:
“berbahasa Roh bukanlah salah satu tanda dari seseorang
yang dewasa di dalam kekristenan”.
Kedewasaan Kristen sendiri dapat diukur dari suatu hidup
yang menghasilkan buah Roh, di mana hal ini adalah juga
bagian dari proses pengudusan/Sanctification. (Galatia
5:22-23)
Namun, seseorang yang telah dibaptis dengan Roh Kudus,
selaras dengan pengertian dalam Teologi Pentakosta
Klasik; akan memiliki kuasa untuk menyelesaikan Amanat
Agung sesuai yang tertulis di dalam Kisah Para Rasul 1
dan 2. Dalam hal ini, kita melihat bahwa Baptisan Roh
Kudus berfungsi secara eksternal.
Perlu dimengerti bahwa di satu sisi adalah mungkin bagi
seseorang untuk mengalami kuasa Roh Kudus tanpa
berbahasa Roh, namun hal ini bukanlah pengalaman Alkitab
yang utuh; sebagaimana yang tertulis di Kisah Para Rasul
1 dan 2.
Dari penjelasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa
meskipun seseorang yang belum dibaptis Roh Kudus bisa
dipakai Tuhan dengan dahsyat, namun pengalaman Baptisan
Roh Kudus membuat orang percaya dapat melayani Tubuh
Kristus dengan lebih maksimal.
Jikalau Alkitab menuliskan adanya pengalaman kepenuhan
Roh Kudus dengan tanda awal berkata-kata dengan bahasa
Roh, mengapakah kita tidak merindukannya? (WP)