APAKAH PENCURAHAN ROH KUDUS HANYA SEKALI SAJA?
Percakapan mengenai pencurahan Roh Kudus telah menjadi
salah satu topik yang tidak ada habisnya untuk dibahas,
dan salah satu pokok diskusi yang muncul adalah mengapa
ada istilah Pentakosta Ketiga? Bukankah peristiwa
Pentakosta merupakan sebuah peristiwa final, unik dan
spesifik yang tidak mungkin terulang kembali, sebab
peristiwa itu hanya terjadi satu kali saja? Mari kita
telusuri apa yang Alkitab katakan mengenai hal tersebut.
Perspektif Aliran Pentakosta terhadap Pencurahan Roh
Kudus dalam Kitab Kisah Para Rasul
Sebelum kita masuk dalam pembahasan yang lebih
terperinci dan mendalam, kita perlu memahami perspektif
aliran Pentakosta dalam membaca kitab Kisah Para Rasul.
Hal ini sangat penting, sebab dalam memahami pandangan
teologis aliran Pentakosta dengan menggunakan bingkai
teologi atau “kacamata” aliran non-Pentakosta, tentu
dapat membuat kita melihatnya secara samar, buram dan
tidak mendapat gambaran yang utuh dan jelas. Demikian
juga sebaliknya.
Pentakosta memahami peristiwa pencurahan Roh Kudus bukan
sebagai sebuah peristiwa final yang tidak mungkin
berulang lagi, melainkan sebagai penggenapan awal dari
Janji Bapa , yakni pencurahan Roh Kudus sebagaimana juga
telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, yang masih akan
terus berlangsung sampai kedatangan Tuhan Yesus yang
kedua kali. Pemahaman Pentakosta akan hal ini tentu
didasari dengan landasan teologi yang kuat sebagaimana
dijelaskan berikut di bawah ini.
Penggenapan Berulang dari Pencurahan Roh Kudus
Meskipun tidak semua, namun ada nubuatan tertentu di
dalam Alkitab di mana penggenapan dari nubuatan tersebut
terjadi beberapa kali. Artinya, ketika nubuatan tersebut
terjadi dalam suatu kurun waktu (pertama kali digenapi)
bukan berarti nubutan tersebut sudah tidak akan ada
penggenapannya lagi (final), justru penggenapan yang
selanjutnya dari nubutan tersebut lebih besar daripada
penggenapan yang awal. Penggenapan awal dari sebuah
nubuat justru sebagai model atau contoh yang menunjukkan
betapa luar biasanya penggenapan itu nantinya.
Penggenapan awal menjadi seperti miniatur dari
penggenapan yang terkemudian. Inilah yang kita kenal
dengan multiple fulfillment of prophecy .
Peristiwa pencurahan Roh Kudus yang dahsyat terjadi di
kamar loteng atas, Yerusalem terjadi dengan sangat
dramatis, sehingga menarik perhatian banyak orang yang
saat itu sedang berziarah ke Yerusalem untuk merayakan
hari raya Yahudi. Namun demikian, apakah ini merupakan
penggenapan akhir dari nubuatan Yoel? Mengingat masih
ada beberapa aspek yang belum terpenuhi dari nubuatan
Yoel dalam peristiwa Pentakosta, antara lain:
a. Roh Kudus belum dicurahkan atas “semua manusia”,
melainkan hanya dalam kelompok yang terbatas dan dalam
cakupan area yang terbatas.
b. Tanda-tanda heran di langit dan bumi (darah, api dan
gumpalan asap) yang tidak nampak dalam peristiwa
Pentakosta.
c. “Hari Tuhan” belum datang, hari di mana Tuhan Yesus
akan datang, duduk di Takhta-Nya sebagai Hakim yang Adil.
Memahami bahwa belum seluruhnya dari nubuatan Yoel
digenapi, serta pemahaman yang baru yang disingkapkan
oleh Roh Kudus, kita dapat menyimpulkan bahwa
penggenapan akhir dari nubutan Yoel tidak berhenti hanya
sampai pada peristiwa Pentakosta di kamar loteng atas di
Yerusalem , tetapi juga terjadi di awal abad ke-20
(Azusa Street Revival – Pentakosta Kedua), dan sedang
terjadi dalam era kita sekarang ini, yakni Pentakosta
Ketiga, dalam cakupan area yang mendunia, sampai Tuhan
Yesus datang kali yang kedua. Hal ini akan terkait
dengan tanda-tanda secara fisik yang terlihat secara
dramatis dan mengarah kepada kedatangan Kristus yang
kedua kali.
Janji Pencurahan Roh Kudus untuk Orang Percaya Zaman Ini
Paska pencurahan Roh Kudus di kamar loteng atas, Petrus
dalam khotbahnya menyampaikan:
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi
dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh
Kudus.
Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan
bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan
dipanggil oleh Tuhan Allah kita."
Kisah Para Rasul 2:38-39
Albert Barnes mengatakan bahwa pernyataan dalam ayat
tersebut di atas tidak terbatas hanya kepada orang-orang
Yahudi, melainkan berlaku juga bagi generasi “yang masih
jauh” yakni generasi di masa kini, termasuk orang-orang
non-Yahudi (gentiles), jika mereka bertobat, percaya
kepada Tuhan Yesus dan lahir baru. Janji ini bukan
sekedar janji keselamatan saja (Yoel 2:31-32), melainkan
juga janji tentang pencurahan Roh Kudus yang diberikan
kepada orang yang sudah lahir baru. (Yoel 2:28)
Terminologi Pentakosta Kedua sebagai Preseden Pentakosta
Ketiga
Istilah “Pentakosta Ketiga” tentunya bukan istilah yang
dibuat-buat oleh Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
sebagai hamba Tuhan yang menerima tuntunan dan visi ini,
melainkan berdasarkan preseden penggunaan terminologi
Pentakosta Kedua yang sudah dikenal sejak awal abad
ke-20. Beberapa catatan dokumentasi penting yang
mencatat contohnya:
a. Australasian Record, volume 39 nomor 19 yang terbit
di Sydney pada hari Senin, 13 Mei 1935 memuat sebuah
artikel berjudul: The Second Pentecost Will Be Even
Greater Than the First.
b. D. Wesley Myland dalam bukunya“The Latter Rain
Covenant”(1910; reprint, Springfield, MO: Temple Press,
1973, p.34) menulis: “the first Pentecost started the
church, the Body of Christ, and this, the second
Pentecost, unites and perfects the church unto the
coming of our Lord”
c. Frank Bartleman. "How Pentecost Came to Los Angeles,"
in Witness to Pentecost: The Life of Frank Bartleman,
ed. Donald Dayton (New York, 1985), mengatakan:“At a
vacant AME mission at 312 Azusa Street, countless
pentecostals received the baptism of the Holy Spirit
evidenced by speaking in other tongues - a "second
Pentecost” replicating the first recorded in Acts 2.”
d. Dalam buku “Passover, Pentecost & Parousia: Studies
in Celebration of the Life and Ministry of R. Hollis
Gause” di mana yang menjadi editor adalah para Profesor
aliran Pentakosta antara lain: S. J. Land, R.D. Moore
dan J. C. Thomas dari Pentecostal Theological Seminary,
tertulis: “Azusa Street Revival maintains within the
diversity of Pentecostalism. Azusa Street is depicted as
the most influential location for the second Pentecost'
or 'latter rain' outpouring of the Holy Spirit baptism.”
Dengan adanya preseden terminologi Pentakosta Kedua ini,
maka jika seseorang menolak Pentakosta Ketiga atas dasar
bahwa Pentakosta tidak berulang, itu artinya dia juga
menolak Pentakosta Kedua, yang sama dengan menolak
Gerakan Pentakosta secara keseluruhan. Perlu untuk
diketahui bahwa peristiwa-peristiwa yang layak disebut
sebagai Pentakosta Kedua dan Pentakosta Ketiga adalah
yang memiliki kualifikasi yang sama dengan Pentakosta (Pertama)
yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:1-11, yakni:
a. Masif, ekspansif dan multi-etnis.
b. Glossolalia & Manifestasi Kuasa Roh Kudus
c. Korelasi dengan gerakan misi dan penyelesaian Amanat
Agung
Jadi sekalipun banyak peristiwa pencurahan Roh Kudus
yang dicatat dalam sejarah gereja, tidak semuanya
memenuhi kualifikasi tersebut di atas, hanya Azusa
Street Revival, dan tentunya akan kita lihat di era
Pentakosta Ketiga yang kita alami sekarang ini
sebagaimana dinyatakan oleh Roh Kudus melalui William J.
Seymour, tokoh kegerakan Azusa Street Revival pada tahun
1909 yang juga dikonfirmasi oleh banyak hamba Tuhan masa
kini. (DL)