API ROH KUDUS DARI PENTAKOSTA KETIGA SEDANG TURUN
Hari-hari ini kita sedang memasuki era Pentakosta
Ketiga. Pencurahan api Roh Kudus dari Pentakosta Ketiga
yang dahsyat sudah dimulai.
• Apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan
penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir?
• Apa yang harus kita lakukan untuk membangkitkan
Generasi Yeremia yaitu generasi anak-anak muda yang
dipenuhi dengan Roh Kudus, cinta mati-matian kepada
Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa dan akan
bergerak memenangkan jiwa?
• Apa yang harus kita lakukan untuk menyelesaikan Amanat
Agung?
Salah satu yang harus kita lakukan adalah berdoa, memuji
dan menyembah Tuhan dalam unity siang dan malam.
Seperti yang terjadi pada waktu Pentakosta yang pertama
di kamar loteng Yerusalem, maka sebelum Roh Kudus
dicurahkan, mereka semua bertekun dengan sehati dalam
doa bersama-sama. Artinya mereka berdoa, memuji dan
menyembah Tuhan dalam unity siang dan malam. Ini adalah
prinsip Restorasi Pondok Daud. Ini adalah prinsip Menara
Doa.
Selama 10 hari mereka melakukan itu. Dan pada hari raya
Pentakosta, terdengarlah seperti tiupan angin keras dan
tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang hinggap
kepada mereka masing-masing. Mereka dipenuhi dengan Roh
Kudus dengan tanda awal mereka berbahasa roh. Setelah
itu mereka dipakai Tuhan untuk menyelesaikan Amanat
Agung. Haleluya!
Demikian pula pada waktu Pentakosta yang Kedua yang
terjadi di Azusa Street pada tahun 1906. William Seymour
dan teman-temannya mempersiapkan pencurahan Roh Kudus
melalui doa, pujian dan penyembahan bersama-sama dalam
unity siang dan malam.
Koran Apostolic Faith, Volume 1 No.1 tahun 1906 yang
meliput tentang Azusa, mengatakan bahwa cikal bakal
Azusa dimulai dengan Menara Doa (Prayer Tower) dan
mempelajari Firman Tuhan.
Saya baru pulang dari Amerika Serikat untuk menghadiri
acara Pentecost Again Celebration di Azusa Street Prayer
Tower (APT) di Gedung Arani Theatre. Seperti kita
ketahui APT adalah tempat berdoa atau menara doa dari
Pentakosta yang Ketiga untuk Amerika dan dunia. Letaknya
di sebuah gedung yang paling dekat dengan tempat yang
digunakan oleh William Seymour tahun 1906, di mana
terjadi Pentakosta yang kedua. Jaraknya hanya sekitar
15-20 meter.
Pentecost Again Celebration diadakan pada hari Sabtu, 16
Juli 2022. Sehari sebelumnya, yaitu pada hari Jumat,
saya bersama rombongan kecil datang ke APT untuk berdoa.
Ini pertama kalinya saya berdoa di tempat itu. Pagi hari
nya sebelum berangkat, Tuhan menyuruh saya untuk
membacakan 2 Tawarikh 7:12-16 di APT. Sebelum membacakan
ayat itu, ketika kita masuk ke tempat itu, kami semua
dilawat Tuhan secara luar biasa. Saya hampir tidak kuat
berdiri dan berpegangan pada tembok. Saya belum pernah
merasakan lawatan Tuhan seperti itu meskipun di
Yerusalem. Setelah itu, saya mulai membaca 2 Tawarikh
7:12-16.
“Kemudian TUHAN menampakkan diri kepada Salomo pada
malam hari dan berfirman kepadanya: "Telah Kudengar
doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah
persembahan. Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak
ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan
habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit
sampar di antara umat-Ku, dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku
disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku,
lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku
akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka,
serta memulihkan negeri mereka. Sekarang mata-Ku terbuka
dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat
ini. Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini,
supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya,
maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.”
Saudara, inilah Third Pentecost Azusa Street Prayer
Tower, Rumah Persembahan.
Saya ingat, hal seperti ini juga terjadi saat
pentahbisan Menara Doa SICC Lantai 12, di mana pada
waktu itu Pak Kim Seng, salah seorang pendoa syafaat di
tempat kita, mendapat penglihatan tentang telinga yang
besar dan ayat yang Tuhan berikan adalah 2 Tawarikh
7:15-16.
“Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh
perhatian kepada doa dari tempat ini. Sekarang telah
Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal
di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku
akan ada di situ sepanjang masa.”
Saudara, Tuhan sudah berikan untuk yang lebih besar lagi,
yaitu Third Pentecost Azusa Street Prayer Tower, suatu
Menara Doa untuk Amerika dan dunia.
Pada acara Pentecost Again Celebration, kami bertiga
yaitu saya, Tim Hill sebagai Ketua Umum Church of God,
dan Billy Wilson sebagai Co-chair Global Empowered21
sekaligus Presiden Oral Robert University dan
Pentecostal World Fellowship; mengurapi APT. Dan setelah
itu kami bertiga saling mengurapi. Tindakan profetik ini
perlu dilakukan, karena APT ini harus mendapatkan suatu
naungan yaitu gereja; dalam hal ini Sinode Church of
God. Tetapi kalau hanya Church of God saja, ini tidak
cukup luas, karena harus menjangkau dari
denominasi-denominasi yang lain. Karena itu ada
Empowered21 di mana yang akan menemukan jaringan yang
akan menyatukan seluruh denominasi yang ada dan itu
penting kita lakukan. Dan ini sudah kita lakukan,
Haleluya!
APA YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM API TUHAN TURUN?
Pada zaman Elia, orang Israel bertobat karena mereka
melihat api Tuhan turun setelah Elia berdoa. Sebelum
berdoa, ada 3 hal yang dilakukan oleh Elia:
1. Elia membuat mezbah yang disusun dari 12 batu yang
melambangkan 12 suku Israel.
Ini berbicara tentang unity sesuai dengan Yohanes 17
yang merupakan doa Tuhan Yesus. Dikatakan unity adalah
faktor utama untuk terjadinya penuaian jiwa.
2. Elia mempersembahkan lembu yang dipotong-potong yang
diletakkan di atas kayu bakar, di atas mezbah itu.
Ini berbicara tentang mempersembahkan korban. Sesuai
Roma 12:1 dikatakan bahwa:
“persembahkanlah tubuhmu sebagai korban persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.”
3. Elia menyuruh mengambil 4 buyung yang diisi air
sampai penuh.
Kemudian disiramkan ke atas korban persembahan tadi dan
diulangi sebanyak 3 kali. Jadi artinya sebanyak 12
buyung air. Air berbicara tentang sesuatu yang mahal
harganya. Mungkin lebih mahal dari emas karena saat itu
bangsa Israel sedang mengalami musim kering selama 3 ½
tahun. Ini berarti Tuhan mengajarkan kepada kita harus
mempersembahkan sesuatu yang mahal harganya bagi kita.
Itu bisa berupa uang, waktu, hobi, harga diri,
pengampunan dan lain-lain.
Setelah melakukan 3 hal tadi, Elia berdoa dan berkata
kepadaTuhan:
"Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari
ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di
tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan
bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini.
Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini
mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan
Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali."
Apa yang terjadi setelah Elia berdoa? Lalu turunlah api
TUHAN membakar habis korban bakaran, kayu api, batu dan
tanah itu, bahkan air yang dalam parit habis dijilatnya.
Setelah seluruh rakyat melihat hal itu, sujudlah mereka
serta berkata: “TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah
Allah!”
Jadi kalau kita mau melihat api Roh Kudus dari
Pentakosta Ketiga yang dahsyat dicurahkan, maka kita
harus berdoa seperti Elia berdoa. Di mana kita harus
berdoa dengan unity, gereja-gereja harus unity. Kita
harus mempersembahkan tubuh ini sebagai korban
persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada
Tuhan. Kita juga harus mempersembahkan persembahan yang
mahal kepada Tuhan, apakah itu uang, waktu, hobi, harga
diri, pengampunan dan lain-lain.
KEBANGUNAN ROHANI, PENUAIAN JIWA DIMULAI DENGAN
PEMURNIAN
“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan
jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu
cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian
yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman
TUHAN semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari
kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri,
apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang
pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan
duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan
perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka
seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi
orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar
kepada TUHAN. Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan
menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu
kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.”
Maleakhi 3:1-4
Supaya terjadi kebangunan rohani, maka Tuhan sendiri,
yang pada ayat ini disebut sebagai Malaikat Perjanjian
akan datang. Siapakah yang dapat tahan akan hari
kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri,
apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang
pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Tuhan
akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan
perak. Tuhan akan menyucikan orang-orang Lewi, yang
dapat diartikan gereja Tuhan, supaya mereka menjadi
orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar
kepada Tuhan. Persembahan mereka akan menyenangkan hati
Tuhan seperti yang dulu pernah terjadi.
Kalau kita ingat, awal dari gereja kita GBI Jl. Jend
Gatot Subroto ini pada awal tahun 90-an, pada saat itu
terjadi kebangunan rohani yang dahsyat. Praise dan
worship di Karsa Pemuda membuat banyak orang bertobat,
mereka menjadi murid dan dipakai Tuhan secara luar biasa.
Tetapi dengan berjalannya waktu, keadaan yang seperti
itu mulai memudar. Hari-hari ini kita di era Pentakosta
Ketiga, Tuhan mencurahkan api yang memurnikan gereja-Nya
supaya hidup mereka benar di hadapan Tuhan. Doa, pujian
dan penyembahan mereka akan menyenangkan hati Tuhan
seperti yang terjadi pada waktu itu.
Kebangunan rohani, Penuaian jiwa; itu dimulai dengan
pemurnian! Memang ini menyakitkan, tetapi hasilnya akan
luar biasa. Api Roh Kudus Pentakosta Ketiga sedang turun
untuk memurnikan kita, gereja-Nya.
Ketika Paulus dalam perjalanan ke Roma sebagai orang
hukuman, kapal yang ia tumpangi dihantam badai yang
menyebabkan kapal itu rusak, tetapi 276 penumpangnya
selamat karena Paulus. Mereka semua berenang ke pantai
dan ternyata itu pulau Malta. Penduduk pulau itu sangat
ramah. Mereka menyalakan api besar dan mengajak semua
orang ke situ karena mulai hujan dan hawanya dingin.
Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan
meletakkannya ke atas api, maka keluarlah ular beludak
karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya.
Ketika orang melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus,
mereka berkata seorang kepada yang lain: “Orang ini
pasti seorang pembunuh, karena meskipun dia luput dari
laut, dia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.”
Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan dia
sama sekali tidak menderita sesuatu. Mereka menyangka,
bahwa ia akan bengkak, mati rebah seketika itu juga.
Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat bahwa
tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya
mereka berpendapat bahwa Paulus seorang dewa. Setelah
itu terjadi kebangunan rohani. Dimulai dengan ayah dari
Gubernur (bernama Publisius) yang sakit demam dan
disentri disembuhkan, kemudian orang-orang yang sakit di
pulau itu (Kisah Para Rasul 28:1-9).
Apa yang hendak Tuhan katakan kepada kita melalui kisah
ini? Bahwa dengan adanya api yang besar, ular keluar
menampakkan diri. Ular mencoba menggigit tetapi justru
dikebaskan oleh Paulus ke dalam api sehingga ularnya
mati. Ular tadi mencoba menggigit Paulus supaya Paulus
mati, tetapi yang terjadi sebaliknya justru Paulus hidup
dan ular mati. Dan orang-orang justru menganggap Paulus
adalah dewa.
Api yang besar ini berbicara tentang api Roh Kudus yang
besar dari Pentakosta Ketiga sedang turun, ini akan
membuat ular/Iblis akan menampakkan diri karena tidak
tahan dengan panasnya api. Artinya pekerjaannya akan
ditelanjangi dan iblis masih mencoba untuk menggigit
atau merusak pekerjaan Tuhan, tetapi tidak akan berhasil
selama gereja berkarakter seperti Tuhan Yesus. Bahkan
pekerjaan Iblis yang merusak akan dihancurkan. Haleluya!
Selama ini mungkin kita bertanya-tanya apa sebenarnya
yang menghambat perkembangan dari pekerjaan Tuhan?
Tetapi setelah api Roh Kudus yang besar dari Pentakosta
Ketiga sedang turun semuanya akan menjadi jelas.
Pekerjaan Iblis akan ditelanjangi dan kita akan tahu
dengan jelas apa sebenarnya penyebab dari penghambat
pekerjaan Tuhan selama ini.
JANGAN MAIN-MAIN DENGAN TUHAN
Selain hal-hal di atas, Tuhan juga mengingatkan kita
untuk melakukan seperti yang dituliskan oleh Daud dalam
Mazmur 18:21-27,
"TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia
membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku, sebab
aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak berlaku fasik
terhadap Allahku. Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan,
dan ketetapan-Nya tidaklah kujauhkan dari padaku; aku
berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri
terhadap kesalahan. Karena itu TUHAN membalas kepadaku
sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian
tanganku di depan mata-Nya. Terhadap orang yang setia
Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela
Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci
Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok
Engkau berlaku belat-belit.”
Saya mau berpesan kepada Saudara: Jangan main-main
dengan Tuhan. Kalau sampai kita dibelat belit Tuhan
karena kita berlaku bengkok, saya tidak bisa
membayangkan apa yang akan terjadi. Karena itu, mari,
saya akan mengajak Saudara berkata bersama saya: "Tuhan,
aku mau berlaku setia! Tuhan, aku mau berlaku tidak
bercela! Tuhan, aku mau berlaku suci kepada Tuhan!"
Ingat Tuhan Yesus datang segera. Maranatha!