BAHAYA PENGETAHUAN TANPA HUBUNGAN
“Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang
kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan
kepada kamu oleh rasul-rasul
Tuhan kita, Yesus Kristus. Sebab mereka telah mengatakan
kepada kamu: “Menjelang akhir zaman akan tampil-tampil
pengejek-pengejek yang akan hidup menuruti hawa nafsu
kefasikan mereka.” Mereka adalah pemecah belah yang
dikuasai
hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup
tanpa Roh Kudus. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku
yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar
imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.”
(Yudas 18-20)
Salah satu bahaya yang dihadapi gereja mula-mula adalah
gnostisisme yang menyebar dengan sangat luas di abad
pertama. Gnostisisme adalah paham yang mengajarkan bahwa
Allah yang sebenarnya berada di dalam suatu dunia yang
sama sekali terpisah dengan dunia materi dan tidak dapat
dimengerti oleh nalar manusia biasa. Saudara kembar dari
Gnostisisme adalah paham Dualisme yang berkata bahwa
segala sesuatu terdiri dari dua sisi (terang dan gelap,
panas dan dingin, baik dan jahat, jasmani dan rohani).
Sampai pada tahap ini kelihatannya ajaran ini setuju
dengan pengajaran Firman Tuhan, memang ada dua dunia
yaitu satu yang kelihatan dan satu yang tidak kelihatan.
Yang tidak kelihatan disebut alam rohani dan yang
kelihatan disebut alam jasmani. Alam rohani lebih nyata,
lebih kekal, dan lebih berkuasa dari alam jasmani.
Sampai di titik inipun Gnostisisme dan Dualisme masih
dapat sejalan dengan ajaran firman Tuhan.
Namun pada poin yang ketiga di sinilah titik
perbedaannya.
Gnostisisme sama sekali menyangkali bahwa Allah yang
berdiam di alam rohani mau mengambil inisiatif untuk
menjembatani jurang pemisah itu dan masuk ke dalam alam
jasmani. Di dalam pengalaman-pengalaman leluhur iman
bangsa Israel (Musa dan para nabi berjumpa dengan
kemuliaan Tuhan) dan terutama ketika Yesus Kristus yang
adalah Allah sendiri di dalam rupa manusia menjembatani
keterpisahan kedua dunia itu (1 Yohanes 4:1-3).
Guru-guru Gnostisisme dengan beraninya berkata bahwa
hanya merekalah yang mengetahui rahasia alam ataupun
rahasia Ilahi yang dapat membuka kunci (portal) yang
menyatukan kedua dunia tersebut. Gnostisisme bertumbuh
subur di dunia Greko Romawi sedangkan di dunia Yahudi
ajaran yang sama nyata di dalam bentuk ajaran Kabbalah.
Menarik sekali jika kita perhatikan bahwa di dalam
belahan bumi timur Daoisme memiliki semangat yang sama
yaitu mereka mengerti “Logos” (Dao/Firman) adalah
penguasa alam semesta yang mengatur segalanya. Jika Anda
mengerti “Dao/Logos/Firman” maka Anda dapat
memanfaatkannya untuk kepentingan-kepentingan Anda
selama Anda sadar bahwa keseimbangan di dalam Dualisme
tadi tetap terpelihara. Filosofi inilah yang laku dijual
di dunia hiburan populer yang dikenal dalam serial
Starwars sebagai “The Force”.
Di dalam kitab Kisah Para Rasul 8:18-19 kita melihat
seorang yang bernama Simon, di dalam Alkitab berbahasa
Inggris seringkali dia disebut Simon Magus, Ia sangat
kagum melihat demonstrasi kuasa Roh Kudus yang terjadi
ketika Petrus menumpangkan tangannya kepada orang banyak.
Ia menawarkan sejumlah uang kepada Petrus supaya ia
diajari rahasia untuk mendapatkan kuasa Roh Kudus
tersebut. Di dalam kitab Kisah Para Rasul 19:13 kita
melihat seorang tukang jampi Yahudi bernama Skewa yang
memiliki 7 anak laki-laki yang berusaha meniru apa yang
dilakukan Paulus ketika mengusir setan diantara orang
banyak. Ia menyangka bahwa kuasa terletak di dalam
rumusan/formula yang tepat. Jika kita telaah lebih
lanjut sebetulnya sifat semacam ini sudah terdapat di
dalam pola kejatuhan manusia.
Adam dan Hawa ditawarkan oleh iblis kesempatan untuk
mandiri dari Allah dengan cara menipu mereka dengan
menjanjikan bahwa merekalah yang diberikan kuasa untuk
menentukan mana yang baik dan mana yang jahat. Coba
direnungkan apa yang ditawarkan oleh iblis pada saat itu,
di dalam keadaan manusia yang paling mendasar di Taman
Eden. Dapatkah Anda menentukan mana yang baik dan mana
yang jahat? Jika Anda berkata mencuri itu jahat di taman
Eden, apa yang dapat Anda curi? Siapa yang dapat Anda
curi? Pertanyaan yang lebih penting lagi: buat apa Anda
mencuri? Jika Anda berkata membunuh itu jahat selain
Adam dan Hawa siapakah yang dapat di bunuh? Buat apa
mereka membunuh? Jika dikatakan berzinah itu jahat;
dengan siapa Adam dan Hawa dapat berzinah? Tantangan
iblis kepada manusia bukanlah di dalam bidang perbuatan
tetapi di dalam pengertian bahwa benar-salah, baik-jahat,
terang-gelap, positif-negatif dapat mereka tentukan
sendiri; mereka dapat mengetahui rahasianya, terlepas
dari hubungan mereka dengan Allah. Di taman Eden hanya
ada satu hal yang dapat dikatakan jahat yaitu manusia
sebagai makhluk ciptaan memilih untuk memberontak kepada
Allah, tidak merasa membutuhkan-Nya, dan menolak untuk
menggenapi tujuan dan rencana Allah, malahan membuat
tujuannya sendiri.
Di dalam konteks masyarakat modern yang pluralis di mana
kita hidup sekarang, kita akan banyak bertemu dengan
banyak faham dan ajaran lain di luar kekristenan.
Sebagai anggota masyarakat yang aktif terlibat dalam
kehidupan komunitas kita, kita tidak dapat selalu
memaksakan faham kristiani di dalam segala aspek
kehidupan. Kita harus dapat mengakui dan menghargai
hal-hal yang benar yang terdapat dalam ajaran agama dan
filosofi lain. Banyak orang berkata “agama X juga
mengajarkan untuk saling mengasihi…..” “agama Y juga
mengajarkan untuk manusia hidup saleh”. Kalaupun kita
setuju dengan apa yang mereka katakan (meskipun belum
tentu 100% setuju), tetapi pertanyaan yang lebih
mendalam dari mana kita mendapat kekuatan untuk
melakukan hal-hal yang di atas?
Di dalam Yohanes 15:1-5 Yesus berkata bahwa
murid-murid-Nya memang sudah dibersihkan oleh karena
Firman yang telah mereka terima, tetapi mereka tidak
dapat menghasilkan buah jika mereka tidak tinggal di
dalam-Nya. Tuhan Yesus menekankan persekutuan di atas
pengetahuan.
Tuhan Yesus memuji jemaat di Efesus karena mereka
membenci pengajaran pengikut-pengikut Nikolaus (Wahyu
2:6). Salah satu pengajaran Nikolaus adalah Gnostisisme.
Di dalam bahasa Yunani Nikolaus terdiri dari 2 suku kata;
Nikon artinya menang/pemenang dan Laos artinya Rakyat.
Memang kita tidak dapat menyimpulkan apa-apa dari arti
nama tersebut, kelihatannya Nikolaus adalah seseorang
yang melalui pengajarannya dapat ”menaklukkan dan
memimpin orang banyak”; menjauhi persekutuan dengan
Tuhan dan seolah-olah memperoleh kemenangan karena
mengetahui rahasia perkara-perkara rohani dan duniawi.
Sebagai orang Kristen haruslah kita ingat bahwa kuasa
dan otoritas lahir sebagai hasil persekutuan, keintiman
dan ketaatan kepada Tuhan bukan hanya sekedar
pengetahuan dan pengertian mengenai prinsip yang
mengatur tentang kenyataan. Jika kita berusaha
memisahkan kedua hal itu mungkin secara tidak langsung
kita sudah berubah menjadi pengikut Nikolaus. (AB)