BERDOA, MEMUJI DAN MENYEMBAH
DENGAN BERBAHASA ROH
“Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka
mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti
yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya."
- Kisah Para Rasul 2:4
Penggunaan bahasa roh di dalam doa, pujian dan
penyembahan adalah yang kerap ditekankan oleh Gembala
Sidang, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dan menjadi hal
yang normatif diterapkan di setiap ibadah di dalam
keluarga besar GBI Jl. Jend Gatot Subroto, Jakarta. Hal
ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, tetapi sudah
menjadi ciri khas dari setiap Gereja yang dipenuhi Roh
Kudus sejak lama, bahkan sejak Gereja pertama kali
berdiri sebagaimana tercatat di kitab Kisah Para Rasul.
Berkata-kata atau berbahasa roh (atau dalam Yunani
disebut ‘glossolalia’ atau ‘glossais lalo’) adalah tanda
yang Tuhan berikan sebagai tanda awal yang menyertai
baptisan Roh Kudus. Bahasa roh jugalah yang dipergunakan
oleh para rasul sebagai tanda konfirmasi bahwa Roh Kudus
ada pada diri seorang percaya.
"Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang
menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat,
bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa
lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah." (Kisah
Para Rasul 10:45-46a)
"Ketika mereka mendengar hal itu, mereka membei diri
mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika
Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh
Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata
dalam bahasa roh dan bernubuat." (Kisah Para Rasul
19:5-6)
Kendatipun demikian, masih banyak orang yang
mempertanyakan keabsahan penggunaan bahasa roh dalam
ibadah. Ini bisa jadi timbul karena ketidakmengertian
atau dipengaruhi suatu pemahaman yang sayangnya
menyatakan bahwa berbahasa roh adalah sesat atau Gereja
ini salah mengajarkan penggunaan bahasa roh kepada
jemaat. Benarkah demikian? Jawabannya tegas: tidak!
Gereja ini adalah gereja yang takut akan Tuhan dan
karenanya selalu memberikan pengajaran yang Alkitabiah,
yang dicerahkan pemahamannya oleh Roh Kudus.
Argumentasi yang kerap digunakan untuk menentang
penggunaan bahasa roh dalam ibadah adalah dengan
mengangkat ayat 1 Korintus 14:5-6, 13-17 yang sepertinya
mewajibkan setiap bahasa roh harus diterjemahkan dan
jika tidak maka tidak boleh beribadah dengan bahasa roh.
Argumen ini diangkat karena melihat kenyataan bahwa di
dalam ibadah apapun dalam Gereja ini ketika bahasa roh
dikumandangkan, maka sepertinya tidak ada penerjemahan.
Benarkah argumen ini? Mari kita lihat dan pelajari.
1. Bahasa Roh Adalah Karunia Roh Kudus Bagi Orang
Percaya
1 Korintus 12:4-10 jelas menyatakan bahwa bahasa roh
adalah karunia Roh Kudus. Seperti halnya karunia Roh
Kudus yang lain, itu diberikan hanya kepada orang
percaya, yaitu yang menjadikan Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat pribadi satu-satunya dalam
hidupnya. Keunikan dari bahasa roh adalah bahwa selain
karunia Roh Kudus, itu juga adalah tanda awal yang
menyertai baptisan Roh Kudus, seperti dipaparkan
beberapa kali oleh rasul Lukas di dalam kitab Kisah Para
Rasul. Sama dengan karunia Roh Kudus lainnya, bahasa roh
pun memiliki tujuan atau fungsi ketika di karuniakan Roh
Kudus kepada orang percaya, selain tanda awal baptisan
Roh Kudus.
2. Bahasa Roh Yang Disertai Penerjemahan Adalah Untuk
Membangun Jemaat
Konteks yang diangkat oleh 1 Korintus 14 yang sering
digunakan sebagai keberatan untuk menggunakan bahasa roh
dalam ibadah, sebenarnya tidaklah tepat. Jika bahasa roh
digunakan untuk menyampaikan pesan kepada jemaat, atau
untuk mendoakan seseorang, maka bahasa roh tersebut
memang harus diterjemahkan, agar jemaat atau orang
tersebut dapat menangkap pesan yang disampaikan.
Beberapa orang mungkin berkata bahwa penerjemahan
seperti diatas tidak pernah terjadi di gereja kita.
Faktanya adalah justru terjadi setiap saat.
Perhatikanlah ketika para Hamba Tuhan/ Pelayan Jemaat
sebelum mendoakan seseorang, mereka akan berbahasa roh
terlebih dahulu barulah mendoakan seseorang dalam bahasa
yang mereka mengerti. Pernahkah kita bertanya: bagaimana
mereka bisa lancar berdoa dan yang didoakan tepat?
Sebenarnya yang terjadi adalah bahwa bahasa roh tadi
telah "diterjemahkan" ke dalam bahasa yang dimengerti,
selain itu tentu sang Hamba Tuhan tersebut berbahasa roh
untuk menguatkan imannya sendiri (1 Korintus 14:4).
3. Bahasa Roh Untuk Berdoa dan Berbicara Kepada Tuhan
Rasul Paulus mengajarkan bahwa siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh artinya sedang berkata-kata kepada
Allah (1 Korintus 14:2). Dengan menunjukkan keteladannya,
Paulus mengutarakan bahwa ia lebih banyak berdoa kepada
Tuhan dengan bahasa roh (1 Korintus 14:18). Bahkan
Paulus pun memuji dan menyembah Tuhan dengan bahasa roh!
Perhatikanlah 1 Korintus 14:15 yang tertulis "... aku
akan menyanyi dan memuji dengan rohku ...". 1 Korintus
14 sedang membahas roh kita yang menyembah dalam bahasa
roh. Dari pembahasan ini jelas bahwa mutlak boleh berdoa
dengan bahasa roh, baik doa itu dilakukan secara pribadi
maupun secara korporasi (bersama-sama).
Patut juga dicatat bahwa dari pengertian 1 Korintus 14
sendiri pun tidak ada larangan untuk menggunakan bahasa
roh, sehingga dengan demikian menggunakan pasal ini
untuk melarang penggunaan bahasa roh atau menyatakan
penggunaan bahasa roh dalam ibadah adalah sesat,
merupakan pendapat yang salah.
"Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk
memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah
melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh." (Kisah
Para Rasul 14:39)
Kita harus banyak berdoa, memuji dan menyembah dalam roh;
menggunakan bahasa roh. Kita harus melakukannya terlebih
karena kita percaya bahwa inilah zaman akhir. Berdoa
dalam Roh Kudus; yaitu dengan berbahasa roh, akan
membuat kita kuat menghadapi kefasikan akhir zaman.
Yudas memperingatkan akan hal ini:
"Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu: "Menjelang
akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan
hidup menuruti hawa kefasikan mereka. Mereka adalah
pemecah belah yang dikuasai hanya oleh
keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh
Kudus. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih,
bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang
paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah
dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan
rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal."
(Yudas 18-21)
Suatu pernyataan yang tegas ditulis dalam Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan: "Sepanjang sejarah gereja,
pada saat bahasa roh disangkal atau diabaikan, maka
kebenaran dan pengalaman Pentakosta diputarbalikkan atau
diabaikan sama sekali." Jangan mengabaikan apa yang
telah diungkapkan oleh Firman Tuhan: berdoalah, memuji
dan menyembahlah dengan bahasa roh. (CS)