BERJAGA - JAGALAH
"Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu
akan hari maupun akan saatnya.”
Matius 25:13
Di dalam injil Matius 25:1-13 kita dapat membaca tentang
Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan mengenai apa
yang akan terjadi ketika Yesus datang kembali. Yesus
menggunakan sebuah ilustrasi dari tradisi perkawinan
orang Yahudi.
Pada masa itu, ada tiga tahap dalam proses perkawinan
dalam tradisi orang Yahudi.
1. Perjodohan, yaitu perjanjian ikatan resmi yang
dilakukan oleh ayah dari pihak pria dan wanita
2. Pertunangan, yaitu upacara di mana diadakan ikatan
janji dari kedua belah pihak
3. Perkawinan, di mana kira-kira satu tahun kemudian
saat mempelai pria datang kepada mempelai pria untuk
melakukan pesta perjamuan kawin.
Dalam perumpamaan ini, dua tahap pertama sudah dilakukan,
dan waktunya sudah hampir tiba untuk melakukan tahap
terakhir. Namun seringkali saat yang pasti kapan
mempelai pria datang tidak diketahui sebelumnya. Ia bisa
datang kapan saja. Hal inilah yang kemudian menjadi
fokus dalam perumpamaan tersebut.
Tuhan Yesus menyebutkan adanya sepuluh gadis yang
diberikan tugas untuk menyambut mempelai pria ketika ia
datang untuk hadir dan bertemu dengan mempelai wanita
dalam pesta perjamuan kawin. Sepuluh gadis ini
kemungkinan besar berkaitan erat dengan sepuluh pelita
yang dinyalakan dalam tradisi prosesi perkawinan orang
Yahudi.
Lima diantara gadis tersebut mempersiapkan tugas mereka
dengan sungguh-sungguh. Mereka membawa pelita dan juga
minyak dalam buli-buli sebagai cadangan. Walaupun
masa-masa untuk melakukan perjamuan kawin sudah tiba,
tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan tepatnya
mempelai pria akan datang. Bisa saja mempelai pria
datang tengah malam sehingga mereka memerlukan cahaya
untuk menerangi jalan mereka. Tuhan Yesus menyebut
gadis-gadis yang mempersiapkan tugas mereka dengan
sungguh-sungguh sebagai gadis-gadis yang bijaksana.
Namun lima gadis yang lainnya tidak mempersiapkan tugas
mereka dengan sungguh-sungguh, mereka menganggap enteng
tugas tersebut. Mereka tidak mempersiapkan apa yang
mungkin mereka butuhkan untuk melakukan tugas tersebut.
Dan tiba-tiba ada suara-suara yang mengumandangkan bahwa
mempelai pria dalam perjalanan menuju rumah mempelai
wanita. Pada saat itulah kelima gadis yang oleh Yesus
disebut gadis-gadis yang bodoh, sadar bahwa pelita
mereka hampir padam dan mereka tidak memiliki cadangan
minyak. Barulah mereka berusaha untuk mendapatkan minyak.
Tetapi sudah terlambat.
Ketika mereka sedang pergi untuk membeli minyak,
mempelai pria tiba di rumah mempelai wanita. Mereka yang
sudah siap, yaitu gadis-gadis bijaksana, ikut masuk ke
dalam rumah untuk mengikuti perjamuan kawin. Dan pintu
rumah pun ditutup.
Setelah itu barulah kelima gadis lainnya tiba dan
berusaha untuk masuk. Tetapi pintu sudah ditutup.
Mereka berseru-seru “Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!”
Tetapi tuan itu menjawab: “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya aku tidak mengenal kamu”.
Yesus menutup perumpamaan tersebut dengan sebuah
peringatan:
“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan
hari maupun akan saatnya.” Matius25:11-13
Jika kita teliti perumpamaan tersebut, berjaga-jaga yang
dimaksud dalam perumpamaan ini bukan berarti gadis-gadis
tersebut harus terus menerus terbangun dan tidak boleh
tertidur. Dalam kisah tersebut kesepuluh gadis tersebut
semuanya tertidur ketika mereka menunggu mempelai pria
datang (ay 5).
MAKNA BERJAGA-JAGA
1. Menyadari Siapakah Tuhan itu dan Bagaimana Seharusnya
Sikap Kita di Hadapan Dia
Dalam perumpamaan tersebut mempelai pria melambangkan
Tuhan Yesus yang akan datang kembali sedangkan sepuluh
gadis itu melambangkan orang percaya yang menantikan
kedatangan-Nya.
Tuhan Yesus adalah Tuhan yang penuh kasih dan sudah
membuktikan kasih-Nya itu lewat kerelaan-Nya untuk
menebus dosa kita lewat kematian-Nya di kayu salib.
Ketika kita percaya kepada-Nya kita akan diselamatkan.
Namun kita juga harus menyadari, bahwa Ia juga Tuhan
yang Mahakuasa, Pencipta seluruh alam semesta yang
memiliki otoritas yang tertinggi. Tuhan layak untuk
dihormati dan apa yang Dia perintahkan layak untuk
ditaati. Hal ini kita perlihatkan melalui sikap kita
kepada Dia. Jika kita memang mengatakan bahwa kita
menghormati dan taat kepada Dia maka kita tidak akan
menganggap enteng dan meremehkan Firman-Nya.
Dengan mempersiapkan pelita dan juga minyak sebagai
cadangan, gadis-gadis yang bijaksana memperlihatkan
bahwa mereka menghormati mempelai pria yang akan datang.
Hal yang sama berlaku bagi kita orang percaya. Jika kita
sungguh-sungguh mengerti siapakah Tuhan sebenar-Nya,
maka kita akan dengan sungguh-sungguh menghormati Dia
dengan cara sungguh-sungguh memperhatikan Firman-Nya.
Yesus mengatakan bahwa Dia pasti akan datang kembali dan
tidak seorangpun mengetahui dengan pasti kapan Ia akan
datang. Bagaimanakah sikap kita dalam menanggapi hal
tersebut? Apakah kita menanggapi dengan cara
sungguh-sungguh mempersiapkan hidup kita? Atau secara
tidak sadar kita sudah meremehkan Dia dengan tidak
menganggap serius perkataan-Nya.
Hal ini dapat terjadi pada saat kita bersikap pesimis
terhadap janji kedatangan-Nya. Rasul Petrus
memperingatkan kita ketika ia menulis:
“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada
hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek
dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup
menuruti hawa nafsunya.
Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya
itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal,
segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia
diciptakan."” 2 Petrus 2:3-4
Jangan sampai kita lupa bahwa Tuhan Yesus memiliki
otoritas untuk menutup pintu sehingga walaupun orang
berusaha sekuat apapun, tidak ada sesuatupun yang dapat
dilakukan untuk membuka pintu tersebut. Semua sudah
terlambat. Hal ini terjadi karena seperti lima gadis
bodoh tersebut, mereka meremehkan Sang Mempelai Pria,
Tuhan Yesus Kristus.
2. Menyadari dengan Sungguh-sungguh akan Tanggung jawab
yang Diberikan Kepada Kita
Sebagai orang percaya kita sudah menerima keselamatan
lewat kasih karunia. Sekarang kita bukan lagi seteru,
sebaliknya sekarang kita adalah sekutu Allah. Kita sudah
dibebaskan dari perhambaan dosa, namun sekarang kita
menjadi hamba dari Tuhan Yesus Kristus.
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu
peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu
sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah
lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan
tubuhmu!” 1 Korintus 6:19-20
Sebagai hamba, tugas kita adalah melakukan apa yang
menjadi kehendak dan perintah-Nya. Hal ini digambarkan
dalam perumpamaan ini lewat tugas yang harus dilakukan
oleh kesepuluh gadis tersebut. Mereka sudah diberikan
sebuah tugas, oleh karena itu mereka harus melakukannya
dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan tersebut
diperlihatkan dengan mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan agar tugas tersebut bisa dilaksanakan dengan
baik.
Gadis-gadis bijaksana memperlihatkan keseriusan mereka
terhadap tanggung jawab mereka dengan mempersiapkan
buli-buli berisi minyak sebagai cadangan, sementara itu
gadis-gadis yang bodoh sepertinya sudah melakukan
tugasnya. Mereka juga membawa pelita, tetapi mereka
tidak mempersiapkan minyak cadangan. Hal ini
kelihatan-Nya sepele, tetapi ternyata memiliki
konsekuensi yang serius, karena pada akhirnya mereka
tidak dapat ikut dalam pesta perjamuan kawin.
Dalam ayat-ayat berikutnya (Matius 25:14-30), Tuhan
Yesus juga memberikan sebuah perumpamaan mengenai
kedatangan-Nya yang kedua kali. Perumpamaan tersebut
adalah mengenai hamba yang dipercayakan untuk
melipatgandakan talenta mereka. Kepada hamba-hamba yang
melipatgandakan talenta, yaitu mereka yang memandang
serius tanggung jawab yang diberikan kepada mereka, tuan
itu berkata:
“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan
setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang
besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Matius 25:21,23
Kepada hamba-hamba yang bertanggung jawab melakukan
tugas mereka, Tuhan berkata bahwa mereka akan ikut masuk
dalam kebahagiaan Tuhan.
Namun hamba yang diberikan satu talenta tidak
melipatgandakannya, dengan mengubur talenta tersebut,
hamba tersebut pada dasarnya menyepelekan tugas yang
diberikan kepada-Nya. Bagi hamba tersebut pintu tertutup;
bahkan tuan itu berkata:
“Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam
kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat
ratap dan kertak gigi.” Matius 25:30
3. Memastikan Bahwa Kita Dikenal Oleh Tuhan
Ketika lima gadis yang bodoh itu kembali dari membeli
minyak, mereka mendapati bahwa pintu sudah tertutup.
Mereka berteriak memohon agar mempelai pria membukakan
pintu. Namun ada jawaban dari dalam yang berkata:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal
kamu.” Matius 25:12
Apakah artinya ketika mempelai pria itu berkata ‘Aku
tidak mengenal kamu’? Tuhan Yesus pernah mengatakan hal
yang serupa mengenai hal ini.
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka
dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Matius
7:21-23
Tentunya hal ini bukan berarti Tuhan Yesus tidak tahu
siapa mereka, namun Yesus tidak mengenali mereka sebagai
murid-Nya. Tuhan tidak mengakui mereka sebagai
pengikut-Nya. Walaupun secara lahiriah mereka melakukan
hal-hal yang kelihatannya rohani, namun mereka adalah
orang asing secara rohani. Selama tiga tahun lebih Yudas
Iskariot mengikuti Yesus, belajar dari Yesus, melayani
bersama Yesus bahkan hidup bersama-sama Yesus. Tetapi
sebenarnya ia didorong oleh kepentingannya sendiri. (Yohanes
12:6)
Orang yang dikenal Allah adalah mereka yang
sungguh-sungguh menyerahkan segala aspek kehidupan-Nya,
baik pikiran, perasaan dan keinginannya kepada pikiran,
perasaan dan keinginan Allah.
“Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh
Allah.” 1 Korintus 8:3
Kembali kepada kelima gadis bodoh dalam perumpamaan
tersebut. Tuhan sedang berkata kepada mereka bahwa Ia
tidak melihat dalam hidup mereka ada indikasi yang
memperlihatkan bahwa mereka berjaga-jaga, yaitu:
1. Menghormati Dia dan tidak meremehkan Dia,
2. Bertanggung jawab dan setia melakukan kehendak-Nya
3. Memperlihatkan bahwa mereka mengasihi Dia dan
meninggalkan kejahatan dalam hidupnya.
Jadilah seperti gadis-gadis bijaksana, yang berjaga-jaga
senantiasa. Amin. (PT)