Shalom..., Selamat Datang di GBI House Of Grace ~ Rayon 3

Renungan

BERPEGANG PADA TALI DI TENGAH BADAI

      Para petani di Wilayah Midwest Amerika punya cara untuk menghadapi badai yaitu dengan mengikat tali di pintu belakang rumah sampai ke lumbung, untuk memastikan bahwa apabila mereka pergi ke lumbung, mereka bisa kembali ke rumah dengan selamat. Badai yang datang itu sangat berbahaya karena berlangsungnya begitu cepat dan hebat, bahkan ketika pada puncaknya seorang petani tidak bisa melihat tangannya sendiri. Banyak orang yang mati kedinginan, tersesat karena mereka berputar-putar padahal mereka sudah berada di belakang rumah mereka. Jika mereka kehilangan pegangan tali itu mereka tidak mungkin lagi bisa menemukan jalan ke rumah, bahkan ada yang meninggal hanya tinggal beberapa meter dari tempat yang aman yaitu rumah mereka. Itu sebabnya para meteorologis menasehatkan jika mereka keluar rumah, mereka perlu mengikat ujung tali yang panjang di rumah mereka dan memegang ujung lainnya dengan kuat agar tidak tersesat oleh badai es yang menyerang.

Secara rohani, banyak dari kita yang sudah kehilangan arah dalam badai yang merajalela di sekitar kita. Badai itu dimulai ketika kita mulai mengatakan “ya“ terhadap banyak hal. Begitu banyak tuntutan di dalam pekerjaan, keluarga, tugas kuliah termasuk juga kegiatan-kegiatan pelayanan di gereja yang begitu padat membuat kehidupan kita terasa penuh dan meluap. Kita menjadi kelebihan tugas, terburu-buru, tegang bahkan akhirnya ada juga yang menjadi kecanduan kerja dan kekurangan waktu lalu produktivitas kita yang berlebihan itu menjadi hal yang negatif. Cara kita mengisi hari-hari kita itu seperti orang yang kecanduan, bukan oleh rokok atau alkohol melainkan oleh tugas, pekerjaan dan kegiatan. Kita kehilangan kepekaan akan Roh Kudus dan ritme kehidupan kita sehari-hari, sebulan, setahun telah ditelan badai kehidupan kita .

Ritme kehidupan yang ditelan badai kehidupan membuat kita tidak lagi dalam pimpinan Roh Kudus. Tuhan Yesus telah berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 7:21). Saat ini Tuhan Yesus sedang menawarkan kita “tali“ untuk menjaga kita agar jangan sampai tersesat. Tali itu akan terus-menerus membawa kita kembali kepada Dia, tempat yang tenang, teduh, penuh dengan sukacita dan damai sejahtera. Tali ini merupakan alat untuk kita hidup di dalam kekudusan atau kesucian. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.“ (Matius 5:8)

Tali ini bisa ditemukan dalam bentuk dua disiplin rohani yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Ibadah Harian dan Sabat. Kedua disiplin rohani ini merupakan pernyataan yang kuat tentang Tuhan, diri kita, relasi kita dengan Dia, dan nilai-nilai kita. Dengan melakukan Ibadah Harian dan Sabat itu bukan berarti menambah kegiatan kita yang sudah sibuk, melainkan untuk mengatur ulang seluruh hidup kita ke arah yang baru, yaitu mengarah kepada Tuhan. Saat ini semua orang yang percaya kepada Tuhan percaya bahwa kehidupan di dunia akan berakhir itulah sebabnya banyak orang yang saat ini mengarahkan hidupnya kepada Tuhan.


UNSUR-UNSUR UTAMA DI DALAM IBADAH HARIAN
Istilah Ibadah Harian ini berbeda dari yang sering kita sebut dengan “Saat Teduh” atau Devosi. Saat teduh itu penekanannya cenderung untuk “diisi pada hari itu” atau “memohon bagi kebutuhan saya.” Inti dari Ibadah Harian adalah bukan menghadap Tuhan untuk mendapatkan sesuatu tetapi untuk “bersama” dengan Tuhan. Ibadah Harian merupakan suatu tindakan mempersembahkan dari ciptaan kepada penciptanya, doa pujian sebagai ucapan syukur dan iman kepada Tuhan. Seperti yang dilakukan oleh Daud: “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.“ (Mazmur 119:164), juga seperti yang dilakukan oleh Daniel: “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11)

Ada empat unsur yang dapat dilakukan secara bersama-sama maupun seorang diri, yaitu:
1. Berhenti Sejenak
Ini adalah inti dari Ibadah Harian, memang ini tidak mudah tetapi harus kita usahakan karena kalau kita ingin dipimpin oleh Roh Kudus maka kita harus percaya bahwa Tuhanlah yang mengatur hidup kita bukan kita. Dengan kita menyisihkan waktu bersama Tuhan maka kita tidak terburu-buru sehingga Firman Tuhan yang kita baca atau doakan diberi waktu untuk masuk ke dalam roh kita.

2. Berfokus Hanya Pada Tuhan
Firman Tuhan menyatakan: “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia.” (Mazmur 37:7) dan “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (Mazmur 46:10). Di bagian ini kita bisa ambil waktu sekitar lima menit untuk menenangkan diri sejenak dengan duduk tenang sambil menarik nafas dan melepaskannya secara perlahan-lahan, lepaskan segala ketegangan, distraksi lalu mulai minta agar Roh Kudus memenuhi kita. Jika kita sadar akan dosa yang baru saja kita lakukan atau Roh Kudus mengingatkan akan dosa yang belum kita akui, maka kita harus cepat-cepat bertobat supaya persekutuan kita dengan Tuhan tidak terhalang oleh adanya dosa yang belum diselesaikan.

3. Berdiam Di Dalam Hadirat-Nya
Ada dua hal yang penting di dalam bagian ini yaitu disiplin rohani “Berdiam dan Solitude.” Berdiam ini merupakan menenangkan diri dari suara yang datang dari luar maupun dari dalam untuk berfokus kepada Tuhan. Solitude adalah menyendiri dan memisahkan diri dari orang lain dan segala sesuatu untuk berfokus hanya kepada Tuhan. Seperti yang dialami oleh Elia setelah ia melarikan diri dari ancaman Izebel, Tuhan tidak menyatakan diri-Nya dalam gempa bumi atau api dalam semak belukar seperti ketika menampakkan diri kepada Musa melainkan Ia menyatakan diri-Nya kepada Elia dalam “bunyi angin sepoi-sepoi basa” (1 Raja-Raja 19:12). Berdiam dan Solitude mungkin merupakan disiplin rohani yang paling menantang karena jarang dilakukan oleh orang Kristen masa kini di mana kita hidup di dalam dunia yang serba bising dan penuh distraksi. Keheningan setelah badai bagi Elia dan kita membuat kita bisa mengalami kehadiran Tuhan.

4. Firman Tuhan
Alkitab adalah Firman Tuhan, Ibadah Harian harus diisi oleh Firman Tuhan karena Firman Tuhan itu pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Kita bisa merenungkan satu ayat atau satu pasal dari Firman Tuhan atau kita bisa merenungkan Mazmur karena Mazmur adalah fondasi dari hampir semua buku mengenai Ibadah Harian. Tuhan Yesus banyak mengutip Mazmur, dan doa dari si pemazmur meliputi pengalaman hidupnya melalui rasa takut, percaya, sampai pujian. Dengan duduk tenang dalam keheningan sambil merenungkan Firman Tuhan, bisa juga sambil mendengarkan instrumental rohani yang lembut lalu kita bisa mulai memperhatikan apa yang Tuhan sedang lakukan di dalam batin kita. Kita sedang memasuki musim yang baru, tujuan dari Ibadah Harian adalah mengingat Tuhan dan bersekutu dengan Dia di sepanjang hari-hari kita dan yang paling penting adalah ijinkan Tuhan menuntun langkah kita karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, tetapi Tuhan tahu.


MENJAGA SABAT
Perintah yang paling panjang dan paling spesifik dalam Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:1-17) adalah perintah keempat yaitu “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.” Istilah Sabat berasal dari kata Ibrani yang berarti “berhenti bekerja.” Tuhan bekerja, kita juga bekerja. Tuhan beristirahat maka kita pun beristirahat.
- Kejadian 1:31, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.”
- Kejadian 2:2, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.” Dalam bahasa Ibrani kata berhenti dalam Kejadian 2:2 itu menggunakan kata “Menuhah” yang artinya damai sejahtera, keselarasan, kebahagiaan, tidak ada pergumulan. Di hari yang keenam Tuhan menciptakan segalanya “baik” untuk menjadi berkat bagi kita dan hal terakhir yang Ia ciptakan adalah manusia. Di hari yang keenam Tuhan menciptakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk diberkati.


SABAT ADALAH HARI YANG ISTIMEWA
Mengapa Tuhan meminta kita untuk menjaga Sabat? Menguduskan hari Sabat? Mari kita perhatikan lebih lanjut di Kejadian 2:3, “Lalu Tuhan memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.” Di hari yang ketujuh Tuhan mengakhiri pekerjaan-Nya dengan menciptakan berkat “Menuhah.” Setiap hari memiliki hari yang diberkati oleh Tuhan, tapi Sabat adalah hari yang dikuduskan, sebuah hari khusus, dipisahkan bagi kita. Itu adalah perjanjian pertemuan pribadi dengan janji Tuhan yang supernatural.

Tuhan Yesus berkata,“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Markus 2:27-28). Firman Tuhan meminta kita untuk menguduskan hari Sabat karena itu untuk melayani kita, itu sebabnya mengapa Yesus mengaku diri-Nya sebagai “Tuhan atas hari Sabat.” Ia adalah pribadi yang menghubungkan setiap manusia kepada Sabat ini, menuhah itu. Sabat adalah hari di mana damai sejahtera, kuasa, dan mujizat diberikan oleh Tuhan yang melayani manusia karena manusia tidak pernah dimaksudkan untuk melayani hari Sabat.

Itu sebabnya hari Sabat merupakan hari yang istimewa di mana kita akan menerima “berkat khusus” dari Tuhan. Karena merupakan hari yang istimewa maka di hari Sabat kita harus isi dengan banyak membaca, mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan. Merenungkan kasih Tuhan tetap merupakan fokus utama pada Sabat yang kita lakukan. Gembala Sidang / Pembina telah berulang-ulang mengingatkan bahwa kita sedang memasuki tahun Double Sabbath / Sabat Ganda, maka kita harus lebih banyak berada di dalam hadirat Tuhan dan jangan mengandalkan kekuatan sendiri tapi mengandalkan Tuhan.

Mari kita belajar membaca Firman Tuhan, dan untuk menemukan kebenaran-Nya dari Alkitab kita harus belajar bukan hanya dari sudut pandang orang Amerika atau Eropa abad 21 tapi juga dari sudut pandang waktu dan budaya di mana firman itu ditulis, khususnya dunia Yahudi dari Yerusalem abad pertama dan keadaan sekeliling Israel, karena dengan mempelajari konsep berpikir Yahudi maka akan memperkaya pengetahuan kita tentang Firman Tuhan. Tuhan sedang meminta kita untuk berpegang pada tali yang Dia sendiri sediakan di dalam menghadapi badai kehidupan. Tuhan sedang berusaha membimbing kita agar kembali kepada keintiman dengan Dia, karena badai itu bisa berupa kekerasan yang umum terjadi saat ini yaitu kecanduan kerja, ketergesaan, tekanan hidup dan ketika kita melakukan kekerasan pada diri sendiri maka kita tidak bisa mengasihi orang lain di dalam dan melalui kasih Kristus.

Puji Tuhan, Tuhan Yesus Kristus mengajarkan kepada kita untuk melakukan Ibadah Harian dan Menjaga Sabat yang akan menarik kita untuk menyelaraskan ritme kehidupan kita dengan ritmenya Tuhan sehingga hati kita pun akan dipenuhi oleh kasih-Nya. Dengan hati yang dipenuhi dengan kasih Tuhan maka kita pun akan mudah untuk saling mengampuni dan saling mengasihi, demikianlah kita akan selalu berpegang kepada tali kehidupan yang membuat kita bisa bertahan menghadapi badai sehingga memiliki kehidupan kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, amin. (FM)

 

 

BACK..