BERPEGANG PADA TALI DI TENGAH BADAI
Para petani di Wilayah Midwest Amerika punya cara untuk
menghadapi badai yaitu dengan mengikat tali di pintu
belakang rumah sampai ke lumbung, untuk memastikan bahwa
apabila mereka pergi ke lumbung, mereka bisa kembali ke
rumah dengan selamat. Badai yang datang itu sangat
berbahaya karena berlangsungnya begitu cepat dan hebat,
bahkan ketika pada puncaknya seorang petani tidak bisa
melihat tangannya sendiri. Banyak orang yang mati
kedinginan, tersesat karena mereka berputar-putar
padahal mereka sudah berada di belakang rumah mereka.
Jika mereka kehilangan pegangan tali itu mereka tidak
mungkin lagi bisa menemukan jalan ke rumah, bahkan ada
yang meninggal hanya tinggal beberapa meter dari tempat
yang aman yaitu rumah mereka. Itu sebabnya para
meteorologis menasehatkan jika mereka keluar rumah,
mereka perlu mengikat ujung tali yang panjang di rumah
mereka dan memegang ujung lainnya dengan kuat agar tidak
tersesat oleh badai es yang menyerang.
Secara rohani, banyak dari kita yang sudah kehilangan
arah dalam badai yang merajalela di sekitar kita. Badai
itu dimulai ketika kita mulai mengatakan “ya“ terhadap
banyak hal. Begitu banyak tuntutan di dalam pekerjaan,
keluarga, tugas kuliah termasuk juga kegiatan-kegiatan
pelayanan di gereja yang begitu padat membuat kehidupan
kita terasa penuh dan meluap. Kita menjadi kelebihan
tugas, terburu-buru, tegang bahkan akhirnya ada juga
yang menjadi kecanduan kerja dan kekurangan waktu lalu
produktivitas kita yang berlebihan itu menjadi hal yang
negatif. Cara kita mengisi hari-hari kita itu seperti
orang yang kecanduan, bukan oleh rokok atau alkohol
melainkan oleh tugas, pekerjaan dan kegiatan. Kita
kehilangan kepekaan akan Roh Kudus dan ritme kehidupan
kita sehari-hari, sebulan, setahun telah ditelan badai
kehidupan kita .
Ritme kehidupan yang ditelan badai kehidupan membuat
kita tidak lagi dalam pimpinan Roh Kudus. Tuhan Yesus
telah berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga.” (Matius 7:21). Saat ini Tuhan Yesus sedang
menawarkan kita “tali“ untuk menjaga kita agar jangan
sampai tersesat. Tali itu akan terus-menerus membawa
kita kembali kepada Dia, tempat yang tenang, teduh,
penuh dengan sukacita dan damai sejahtera. Tali ini
merupakan alat untuk kita hidup di dalam kekudusan atau
kesucian. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang
suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.“ (Matius
5:8)
Tali ini bisa ditemukan dalam bentuk dua disiplin rohani
yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Ibadah
Harian dan Sabat. Kedua disiplin rohani ini merupakan
pernyataan yang kuat tentang Tuhan, diri kita, relasi
kita dengan Dia, dan nilai-nilai kita. Dengan melakukan
Ibadah Harian dan Sabat itu bukan berarti menambah
kegiatan kita yang sudah sibuk, melainkan untuk mengatur
ulang seluruh hidup kita ke arah yang baru, yaitu
mengarah kepada Tuhan. Saat ini semua orang yang percaya
kepada Tuhan percaya bahwa kehidupan di dunia akan
berakhir itulah sebabnya banyak orang yang saat ini
mengarahkan hidupnya kepada Tuhan.
UNSUR-UNSUR UTAMA DI DALAM IBADAH HARIAN
Istilah Ibadah Harian ini berbeda dari yang sering kita
sebut dengan “Saat Teduh” atau Devosi. Saat teduh itu
penekanannya cenderung untuk “diisi pada hari itu” atau
“memohon bagi kebutuhan saya.” Inti dari Ibadah Harian
adalah bukan menghadap Tuhan untuk mendapatkan sesuatu
tetapi untuk “bersama” dengan Tuhan. Ibadah Harian
merupakan suatu tindakan mempersembahkan dari ciptaan
kepada penciptanya, doa pujian sebagai ucapan syukur dan
iman kepada Tuhan. Seperti yang dilakukan oleh Daud:
“Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena
hukum-hukum-Mu yang adil.“ (Mazmur 119:164), juga
seperti yang dilakukan oleh Daniel: “Demi didengar
Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah
ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap
yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia
berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang
biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11)
Ada empat unsur yang dapat dilakukan secara bersama-sama
maupun seorang diri, yaitu:
1. Berhenti Sejenak
Ini adalah inti dari Ibadah Harian, memang ini tidak
mudah tetapi harus kita usahakan karena kalau kita ingin
dipimpin oleh Roh Kudus maka kita harus percaya bahwa
Tuhanlah yang mengatur hidup kita bukan kita. Dengan
kita menyisihkan waktu bersama Tuhan maka kita tidak
terburu-buru sehingga Firman Tuhan yang kita baca atau
doakan diberi waktu untuk masuk ke dalam roh kita.
2. Berfokus Hanya Pada Tuhan
Firman Tuhan menyatakan: “Berdiam dirilah di hadapan
TUHAN dan nantikanlah Dia.” (Mazmur 37:7) dan “Diamlah
dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (Mazmur 46:10). Di
bagian ini kita bisa ambil waktu sekitar lima menit
untuk menenangkan diri sejenak dengan duduk tenang
sambil menarik nafas dan melepaskannya secara
perlahan-lahan, lepaskan segala ketegangan, distraksi
lalu mulai minta agar Roh Kudus memenuhi kita. Jika kita
sadar akan dosa yang baru saja kita lakukan atau Roh
Kudus mengingatkan akan dosa yang belum kita akui, maka
kita harus cepat-cepat bertobat supaya persekutuan kita
dengan Tuhan tidak terhalang oleh adanya dosa yang belum
diselesaikan.
3. Berdiam Di Dalam Hadirat-Nya
Ada dua hal yang penting di dalam bagian ini yaitu
disiplin rohani “Berdiam dan Solitude.” Berdiam ini
merupakan menenangkan diri dari suara yang datang dari
luar maupun dari dalam untuk berfokus kepada Tuhan.
Solitude adalah menyendiri dan memisahkan diri dari
orang lain dan segala sesuatu untuk berfokus hanya
kepada Tuhan. Seperti yang dialami oleh Elia setelah ia
melarikan diri dari ancaman Izebel, Tuhan tidak
menyatakan diri-Nya dalam gempa bumi atau api dalam
semak belukar seperti ketika menampakkan diri kepada
Musa melainkan Ia menyatakan diri-Nya kepada Elia dalam
“bunyi angin sepoi-sepoi basa” (1 Raja-Raja 19:12).
Berdiam dan Solitude mungkin merupakan disiplin rohani
yang paling menantang karena jarang dilakukan oleh orang
Kristen masa kini di mana kita hidup di dalam dunia yang
serba bising dan penuh distraksi. Keheningan setelah
badai bagi Elia dan kita membuat kita bisa mengalami
kehadiran Tuhan.
4. Firman Tuhan
Alkitab adalah Firman Tuhan, Ibadah Harian harus diisi
oleh Firman Tuhan karena Firman Tuhan itu pelita bagi
kaki kita dan terang bagi jalan kita. Kita bisa
merenungkan satu ayat atau satu pasal dari Firman Tuhan
atau kita bisa merenungkan Mazmur karena Mazmur adalah
fondasi dari hampir semua buku mengenai Ibadah Harian.
Tuhan Yesus banyak mengutip Mazmur, dan doa dari si
pemazmur meliputi pengalaman hidupnya melalui rasa takut,
percaya, sampai pujian. Dengan duduk tenang dalam
keheningan sambil merenungkan Firman Tuhan, bisa juga
sambil mendengarkan instrumental rohani yang lembut lalu
kita bisa mulai memperhatikan apa yang Tuhan sedang
lakukan di dalam batin kita. Kita sedang memasuki musim
yang baru, tujuan dari Ibadah Harian adalah mengingat
Tuhan dan bersekutu dengan Dia di sepanjang hari-hari
kita dan yang paling penting adalah ijinkan Tuhan
menuntun langkah kita karena kita tidak tahu apa yang
akan terjadi di depan, tetapi Tuhan tahu.
MENJAGA SABAT
Perintah yang paling panjang dan paling spesifik dalam
Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:1-17) adalah
perintah keempat yaitu “Ingatlah dan kuduskanlah hari
Sabat.” Istilah Sabat berasal dari kata Ibrani yang
berarti “berhenti bekerja.” Tuhan bekerja, kita juga
bekerja. Tuhan beristirahat maka kita pun beristirahat.
- Kejadian 1:31, “Maka Allah melihat segala yang
dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari keenam.”
- Kejadian 2:2, “Maka Allah melihat segala yang
dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari keenam. Ketika Allah pada hari
ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya
itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala
pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.” Dalam bahasa
Ibrani kata berhenti dalam Kejadian 2:2 itu menggunakan
kata “Menuhah” yang artinya damai sejahtera, keselarasan,
kebahagiaan, tidak ada pergumulan. Di hari yang keenam
Tuhan menciptakan segalanya “baik” untuk menjadi berkat
bagi kita dan hal terakhir yang Ia ciptakan adalah
manusia. Di hari yang keenam Tuhan menciptakan segala
sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk diberkati.
SABAT ADALAH HARI YANG ISTIMEWA
Mengapa Tuhan meminta kita untuk menjaga Sabat?
Menguduskan hari Sabat? Mari kita perhatikan lebih
lanjut di Kejadian 2:3, “Lalu Tuhan memberkati hari
ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah
Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah
dibuat-Nya itu.” Di hari yang ketujuh Tuhan mengakhiri
pekerjaan-Nya dengan menciptakan berkat “Menuhah.”
Setiap hari memiliki hari yang diberkati oleh Tuhan,
tapi Sabat adalah hari yang dikuduskan, sebuah hari
khusus, dipisahkan bagi kita. Itu adalah perjanjian
pertemuan pribadi dengan janji Tuhan yang supernatural.
Tuhan Yesus berkata,“Hari Sabat diadakan untuk manusia
dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia
adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Markus 2:27-28).
Firman Tuhan meminta kita untuk menguduskan hari Sabat
karena itu untuk melayani kita, itu sebabnya mengapa
Yesus mengaku diri-Nya sebagai “Tuhan atas hari Sabat.”
Ia adalah pribadi yang menghubungkan setiap manusia
kepada Sabat ini, menuhah itu. Sabat adalah hari di mana
damai sejahtera, kuasa, dan mujizat diberikan oleh Tuhan
yang melayani manusia karena manusia tidak pernah
dimaksudkan untuk melayani hari Sabat.
Itu sebabnya hari Sabat merupakan hari yang istimewa di
mana kita akan menerima “berkat khusus” dari Tuhan.
Karena merupakan hari yang istimewa maka di hari Sabat
kita harus isi dengan banyak membaca, mempelajari dan
merenungkan Firman Tuhan. Merenungkan kasih Tuhan tetap
merupakan fokus utama pada Sabat yang kita lakukan.
Gembala Sidang / Pembina telah berulang-ulang
mengingatkan bahwa kita sedang memasuki tahun Double
Sabbath / Sabat Ganda, maka kita harus lebih banyak
berada di dalam hadirat Tuhan dan jangan mengandalkan
kekuatan sendiri tapi mengandalkan Tuhan.
Mari kita belajar membaca Firman Tuhan, dan untuk
menemukan kebenaran-Nya dari Alkitab kita harus belajar
bukan hanya dari sudut pandang orang Amerika atau Eropa
abad 21 tapi juga dari sudut pandang waktu dan budaya di
mana firman itu ditulis, khususnya dunia Yahudi dari
Yerusalem abad pertama dan keadaan sekeliling Israel,
karena dengan mempelajari konsep berpikir Yahudi maka
akan memperkaya pengetahuan kita tentang Firman Tuhan.
Tuhan sedang meminta kita untuk berpegang pada tali yang
Dia sendiri sediakan di dalam menghadapi badai kehidupan.
Tuhan sedang berusaha membimbing kita agar kembali
kepada keintiman dengan Dia, karena badai itu bisa
berupa kekerasan yang umum terjadi saat ini yaitu
kecanduan kerja, ketergesaan, tekanan hidup dan ketika
kita melakukan kekerasan pada diri sendiri maka kita
tidak bisa mengasihi orang lain di dalam dan melalui
kasih Kristus.
Puji Tuhan, Tuhan Yesus Kristus mengajarkan kepada kita
untuk melakukan Ibadah Harian dan Menjaga Sabat yang
akan menarik kita untuk menyelaraskan ritme kehidupan
kita dengan ritmenya Tuhan sehingga hati kita pun akan
dipenuhi oleh kasih-Nya. Dengan hati yang dipenuhi
dengan kasih Tuhan maka kita pun akan mudah untuk saling
mengampuni dan saling mengasihi, demikianlah kita akan
selalu berpegang kepada tali kehidupan yang membuat kita
bisa bertahan menghadapi badai sehingga memiliki
kehidupan kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. Kiranya
Tuhan memberkati kita semua, amin. (FM)