BERTEKUN DALAM PENDERITAAN
“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik
kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun
ketekunanmu.
Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak
dari pada yang pertama.” Wahyu 2:19
Tuhan menegur jemaat di Tiatira karena pemimpin
jemaatnya membiarkan seorang nabiah Izebel (sebuah nama
yang sinonim dengan penyembahan berhala dan penganiayaan)
mengajar dan menyesatkan jemaat dengan pengajarannya,
yang mengajarkan bahwa perzinahan dan perbuatan amoral
tidak akan mempengaruhi keselamatan. Perbuatan amoral
tentu saja merupakan kekejian di mata Tuhan, karena
Tuhan menghendaki kehidupan yang kudus dari umat-Nya,
sehingga segala bentuk perzinahan rohani maupun fisik
merupakan bentuk penyelewengan terhadap diri-Nya.
Tuhan menyamakan penyesatan pengajaran itu sebagai
perzinahan secara rohani, karena apa yang diajarkan oleh
nabiah Izebel itu pada akhirnya membuat banyak jemaat di
Tiatira melakukan perzinahan secara fisik, perbuatan
amoral, dan mereka telah mengganti ibadah kepada Allah
dengan penyembahan berhala.
Sebagian besar jemaat di Tiatira dan bahkan pemimpinnya
sendiri mengikuti ajaran nabiah Izebel itu, tetapi
setelah kita lihat ternyata tidak semua jemaat di
Tiatira mengikuti ajaran itu, masih ada sebagian jemaat
yang tetap bertekun mempertahankan imannya untuk hidup
dalam kebenaran. Kita pasti dapat merasakan apa yang
jemaat Tiatira alami pada saat itu. Ketika mereka
memutuskan untuk hidup dalam kebenaran tetapi di saat
bersamaan mereka berada di dalam lingkungan jemaat yang
hidupnya amoral dan kompromi dengan dosa, jiwa mereka
pasti akan menderita. Mereka dimusuhi dan dikucilkan di
dalam jemaat karena tidak mengikuti cara hidup sebagian
besar jemaat di Tiatira yang kompromi dengan dosa.
Tetapi itulah sebenarnya yang menjadi bukti kesungguhan
pengabdian mereka kepada Kristus ketika mereka rela
menderita karena tetap berpegang teguh kepada kebenaran.
Lot juga pernah merasakan hal yang sama ketika dia hidup
di kota Sodom, di mana semua penduduknya hidup dalam
dosa amoral.
“ tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang
terus-menerus menderita oleh cara
hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya
mengikuti hawa nafsu mereka
saja, -
sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka
dan setiap hari melihat dan mendengar
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga
jiwanya yang benar itu tersiksa.”
2 Petrus 2:7-8
Orang percaya akan banyak menghadapi tantangan dan
aniaya ketika mempertahankan hidup kudusnya, seperti
yang dikatakan oleh Tuhan Yesus:
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah
pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan,
dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah
pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan,
dan sedikit orang yang mendapatinya.”
Matius 7:13-14
“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya
kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia,”
Filipi 1:29
Untuk hidup dalam kebenaran dan masuk kehidupan kekal di
Sorga, semua orang percaya akan melewati jalan kehidupan
yang sesak dan sempit, kehidupan yang penuh tantangan
dan aniaya, tetapi sayangnya hanya sedikit orang yang
memilih untuk masuk ke jalan kehidupan yang sesak dan
sempit itu. Banyak orang percaya tidak siap untuk
menderita karena kebenaran, dan juga tidak mau memikul
salib dan menyangkal dirinya bagi Kristus sehingga
mereka tidak memiliki kehidupan yang layak bagi Kristus.
Rasul Petrus menasihati orang-orang Yahudi Kristen yang
hidup di perantauan pada waktu mereka sedang mengalami
aniaya hebat karena menjadi pengikut Kristus. Mengalami
penderitaan karena mempertahankan prinsip-prinsip
kebenaran justru menunjukkan pengabdian sejati kepada
Kristus. Tetap setia kepada kebenaran sekalipun
menderita akan memurnikan iman orang percaya yang kelak
akan mendapatkan kemuliaan pada saat kedatangan-Nya.
Yang terjadi pada waktu itu justru kepercayaan mereka
kepada Kristus semakin mundur sebagai akibat
penganiayaan yang terus-menerus dari segala pihak.
• Hamba-hamba yang telah memeluk agama Kristen, kerap
kali dianiaya oleh tuannya yang masih kafir. (1 Petrus
2:18)
• Istri-istri kadang diperlakukan dengan kejam oleh
suaminya. (1 Petrus 3:1)
Sikap orang kafir terhadap orang Kristen pada waktu itu
semakin bermusuhan, dan terjadilah penganiayaan yang
sekalipun tidak terang-terangan tetapi membuat hidup
orang-orang percaya menderita.
(1 Petrus 4:12-13)
Tidak mengherankan jika iman orang percaya mulai lemah
pada masa itu, mereka merasa sangat kecewa dan
mengakibatkan hidup kekristenan mereka mulai mundur.
Orang percaya tidak lagi bersemangat berjuang melawan
dosa seperti pada mulanya. Oleh sebab itu Rasul Petrus
menasihati mereka untuk tetap bertekun dalam iman dan
kekudusan;
“Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita
sebagai pembunuh
atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.
Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka
janganlah ia malu,
melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama
Kristus itu.“
(1 Petrus 4:15-16)
Dengan tegas dan terus terang Rasul Petrus
berulang-ulang menyatakan kekayaan pengharapan iman
orang Kristen. Dalam dunia ini kita menderita, tetapi
kita mempunyai “pengharapan yang hidup” yang tersimpan
dalam warisan yang kekal bagi kita. Sebab itu hendaklah
semua orang percaya berusaha sekuat tenaga bertekun
untuk hidup dalam kekudusan, mempertahankan
prinsip-prinsip kebenaran sekalipun mengalami
penderitaan dan penganiayaan (1 Petrus 1:3-5,15)
Petrus berharap orang-orang percaya yang hidup diantara
orang kafir memiliki cara hidup:
1. Berkelakuan baik (1 Petrus 2:12)
2. Hamba-hamba harus hormat dan setia kepada tuannya,
sekalipun tuannya bengis (1 Petrus 2:18)
3. Istri-istri hendaknya tunduk kepada suaminya, supaya
suami-suami yang tidak percaya itu takluk kepada Kristus
oleh karena perangai yang baik dari istri-istrinya (1
Petrus 3:1)
4. Semua orang percaya hendaklah saling mengasihi,
sehati, dan sabar menanggung segala aniaya oleh karena
Kristus (1 Petrus 3:8 - 4:19).
Seperti sebagian jemaat di Tiatira yang rela menderita
aniaya karena memilih untuk bertekun dalam
mempertahankan imannya melawan kehidupan mayoritas
jemaat yang amoral, demikian juga orang-orang percaya
yang hidup pada masa kini harus rela mengalami
penderitaan dan siap menghadapi aniaya demi kebenaran. (JM)
“Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani,
kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran
yang demikian, — karena barangsiapa telah menderita
penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa”. 1
Petrus 4:1
Quote:
“Hari demi hari dan setiap hari, kiranya Tuhan menemukan
saya sedang hidup didalam terang-Nya,
dipenuhi oleh terang-Nya, dan menyinarkan terang-Nya.”
-Anonim-