“BUKAN KUAT, BUKAN GAGAH, TAPI ROH-KU, KATA TUHAN!”
Shalom Saudara yang dikasihi Tuhan,
Saya baru pulang dari perjalanan yang cukup lama hampir
1 bulan yaitu ke Benua Asia, Eropa lalu ke Amerika.
Tetapi saya tahu ini ada sesuatu yang luar biasa. Apa
pesan Tuhan buat kita hari ini?
TAHUN AYIN TET (5779)
Dari tanggal 10 September 2018 - 29 September 2019
kalender Ibrani memasuki tahun 5779 dan mereka
menyebutnya dengan Tahun Ayin Tet. Ayin Tet adalah 79
dan ‘Ayin’ (70) itu berbicara tentang sebuah mata, dan
saya percaya itu adalah mata Tuhan. Kalau Saudara
melihat Mazmur 33:18 dan Mazmur 32:8, maka dikatakan di
sana, “Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka
yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan
kasih setia-Nya.” Ada berapa banyak di antara Saudara
yang takut akan Tuhan dan yang berharap kepada kasih
setia-Nya? Berarti mata Tuhan tertuju kepada kita.
Tuhan mau menuntun kita, menasehati, dan mengajar kita.
Saudara mau diajar Tuhan? Saudara mau dinasehati oleh
Tuhan? Saudara mau dituntun jalan mana yang harus kita
tempuh? Saudara, ini hanya bisa kita tangkap kalau mata
kita tertuju kepada Dia. Kalau mata kita tidak tertuju
kepada Dia, saya kuatir Saudara akan salah nanti. Sebab
kadang-kadang Tuhan mengajar, menuntun, menasehati itu
tidak dengan suara yang selalu lembut, terkadang keras.
Dan yang digunakan mengajar kita adalah manusia juga,
mungkin itu pendeta, sahabat, suami, istri atau anak
Saudara. Kalau mata kita tidak tertuju kepada Dia, kita
bisa salah! “Ngapain luh, ngomong seperti itu?”, jadi
meledak-ledak dan akhirnya menjadi tidak baik. Tetapi
hari ini saya mau berkata kepada Saudara, mari mata kita
selalu tertuju kepada Dia. Ada berapa banyak yang mau
berkata, “Tuhan, saya mau mata saya tertuju kepada-Mu.”
Saudara, Tuhan akan menasehati, menuntun dan mengajar
kita melalui pengertian ‘Tet’ atau angka 9 tadi. Huruf
‘Tet’ itu digambarkan sebagai sebuah bejana tanah liat
untuk menyimpan sesuatu yang baik. Dan biasanya dipakai
untuk menyimpan benih. Kata ‘baik’ yang terdapat dalam
Kejadian 1:4, “…terang itu baik…” baik di sini adalah
huruf ‘Tet’ dan ini adalah pertama disebutkan dalam
Perjanjian Lama.
Yohanes 8:12, “Maka Yesus berkata pula kepada orang
banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,
melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Ayat ini
mengatakan bahwa Yesus adalah terang dunia, jadi Tuhan
Yesus itu baik.
Saudara, saya tidak tahu keadaan Saudara bagaimana,
tetapi saya ingin katakan sesuatu kepada Saudara, apa
pun yang terjadi dalam hidup Saudara, apa pun masalah
yang Saudara hadapi hari-hari ini, ketahuilah bahwa
Tuhan Yesus itu baik, Dia sangat mengasihi Saudara.
Kalau kita membaca dari 2 Korintus 4:7, “Tetapi harta
ini kami punya dalam bejana tanah liat, supaya nyata,
bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari
Allah, bukan dari diri kami.”
Dikatakan di situ bahwa ‘tubuh kita’ adalah bejana tanah
liat, pada saat kita percaya kepada Tuhan Yesus, maka
Roh Kudus yaitu Roh Tuhan Yesus akan masuk ke dalam kita,
sesuatu yang baik ada di dalam kita. Kita harus sadar
bahwa kita ini adalah bejana tanah liat yang rapuh,
mudah pecah, mudah rusak, tetapi karena Roh Kudus ada di
dalam kita, kita menjadi ciptaan baru. Yang lama sudah
berlalu, yang baru sudah datang!
Kita harus sungguh-sungguh menjaga Roh Kudus yang ada di
dalam kita. Jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus
apalagi menghujat Roh Kudus. Tetapi saya percaya jemaat
di tempat ini akan selalu menyenangkan hati Roh Kudus
yang ada di dalam kita. Amin!
Kalau kita membaca dari 2 Korintus 3:17 di situ
dikatakan, “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh
Allah, di situ ada kemerdekaan.” Ada berapa banyak yang
percaya bahwa Roh Kudus ada di dalam kita? Berarti kita
adalah orang yang merdeka. Merdeka terhadap apa?
Terhadap dosa, kuasa Iblis, daya tarik dunia dan
perbuatan daging. Kita merdeka, artinya KITA ADALAH
PEMENANG!
Dalam Wahyu 2 dan 3, tertulis pesan-pesan Tuhan Yesus
kepada 7 sidang jemaat. Sebenarnya Tuhan Yesus bukan
hanya berbicara kepada 7 sidang jemaat yang dulu saja,
tetapi “7 sidang jemaat” ini juga berbicara tentang
gereja sepanjang masa, termasuk gereja pada masa kini,
yaitu untuk Saudara dan saya. Di situ selalu dikatakan,
“Barangsiapa bertelinga hendaklah mendengarkan apa yang
dikatakan oleh Roh Kudus kepada mereka…” lalu kemudian
diikuti dengan, “Barangsiapa menang…”, artinya hanya
pemenang yang masuk Sorga.
PASUKAN GIDEON
Kalau kita melihat kisah dari Gideon di Alkitab, dimana
Gideon dipakai oleh Tuhan untuk memerdekakan orang-orang
Israel dari penjajahan Bangsa Midian yang sudah menjajah
mereka selama 7 tahun. Tuhan berkata kepada Gideon,
“Kamu kumpulkan orang-orang Israel, nanti Aku akan
pilihkan kepada kamu mereka, para pemenang yang akan
melawan orang-orang Midian.”
Saudara, ada 32.000 orang Israel berkumpul kemudian
Gideon disuruh berkata begini, “Siapa yang takut dan
gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan
Gilead.” Apa yang terjadi? Ternyata ‘hanya’ 22.000 orang
yang pulang! Mengapa? Karena mereka takut berperang!
Sekarang tinggal 10.000 orang yang berani untuk
berperang dan mereka tahu bahwa mereka sekarang masuk
dalam masa peperangan. Ini sebetulnya adalah gambaran
daripada orang Kristen. Katakan 32.000 itu adalah orang
Kristen semua, tetapi hanya 10.000 yang mengerti bahwa
hidup sebagai orang Kristen adalah hidup dalam
peperangan secara rohani setiap hari. Apakah Saudara
berani menghadapi itu? Kalau Saudara berani berarti
Saudara masuk dalam 10.000 tadi.
Saudara, saya berdoa tidak ada seorang pun di tempat ini
yang termasuk yang 22.000. Sebab mereka itu adalah
orang-orang yang takut, “Waduh, masuk peperangan rohani?”
Mungkin mereka tidak mengerti bahwa sebetulnya menjadi
orang Kristen itu adalah hidup dalam peperangan secara
rohani setiap hari, setiap saat dan kita harus menjadi
pemenang! Tetapi ini belum selesai dan Tuhan melihat
bahwa itu masih terlalu banyak. Tuhan berkata kepada
Gideon, “Kamu test lagi yang 10.000, nanti Aku beritahu
caranya yang mana yang dipilih.” Di situ ada sungai dan
mereka semua disuruh minum, “Suruh mereka minum dan
nanti kamu perhatikan, yang minum dengan mata yang
selalu melihat ke air dan yang minum dengan cara
mencedok air di tangannya lalu menjilat seperti anjing.”
Ternyata yang minum seperti anjing ini, yang matanya
tidak selalu tertuju kepada air tadi hanya ada 300! Dan
Tuhan berkata, “Yang 300 ini yang akan menyertai kamu
untuk berperang!” Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa
yang lain tidak dipilih? Sebab cara minum mereka,
matanya selalu tertuju kepada air dan air ini berbicara
tentang berkat. Saudara, saya berdoa agar Saudara jangan
selalu melihat kepada berkat saja. Saudara mau diberkati
Tuhan? Jangan kuatir, Saudara pasti diberkati! Ada orang
yang tujuan hidupnya hanya mencari berkat, itu seperti
orang yang termasuk dalam 9.700 tadi. Jangan seperti itu!
Saya diingatkan oleh perumpamaan Tuhan Yesus mengenai
seorang penabur. Ada seorang penabur yang menabur benih
di tanah yang banyak semak durinya. Benih itu tumbuh
tetapi tidak normal, mengapa? Karena terjepit oleh semak
duri tadi sehingga lama-kelamaan dia tidak bisa berbuah
dan akhirnya mati. Tuhan Yesus berkata bahwa ini adalah
gambaran daripada orang Kristen yang sebetulnya sudah
tumbuh, artinya termasuk yang 10.000 ini. Tetapi karena
terjepit oleh kekuatiran, daya tarik dunia, tipu daya
kekayaan, kenikmatan hidup dan kepada berkat terus,
akhirnya tidak berbuah. Hati-hati! “Akulah pokok anggur
yang benar dan kamulah ranting-rantingnya. Setiap
ranting yang tidak berbuah, dipotong…” (Yohanes 15:1).
Saya berdoa tidak ada seorang pun yang dipotong di sini.
Amin!
Firman Tuhan berkata, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah
soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena
barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia
berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.” (Roma
14:17-18).
CIRI-CIRI ORANG PILIHAN TUHAN
1. Hatinya selalu tertuju kepada Tuhan dan bukan pada
berkat-Nya
Saudara, lihat cara minum yang 300 orang tadi? Mereka
melakukannya dengan mencedok air di tangannya. Mereka
melihat ke airnya juga tetapi tidak terus-menerus ke air
itu dan mereka minum sedikit demi sedikit seperti anjing
menjilat, namun matanya terus melihat ke depan bukan
selalu ke airnya (berkat). Saudara, saya pernah ditanya
tentang lagu ini:
“Berkat-Mu yang telah kuterima, sempat membuatku
terpesona. Apa yang tak pernah kupikirkan, itu yang Kau
sediakan bagiku….”
Banyak orang bertanya, “Kenapa hanya sempat? Kan
seharusnya selalu?” Saya katakan bahwa saya tidak
melihat berkat itu terus atau hati saya pada berkat,
tetapi hati saya hanya pada Sang Pemberi berkat. Saya
hanya sempat saja terpesona, “Tuhan, terima kasih…”.
Jangan kuatir, kalau Saudara sungguh-sungguh dengan
Tuhan maka berkat itu akan mengikuti, tetapi kalau
Saudara mengejar berkat maka berkatnya akan lari. Kalau
Tuhan Yesus yang Saudara kejar maka berkat-Nya akan
mengikuti Saudara.
2. Setia kepada Tuhan seperti seekor anjing kepada
tuannya
Dikatakan tadi bahwa mereka yang dipilih itu cara
minumnya seperti anjing dan anjing adalah hewan yang
sangat setia kepada tuannya. Saudara yang dikasihi Tuhan,
ada ordo di Khatolik yang bernama Ordo Dominican, yaitu
sebuah ordo misi di Katolik. ‘Domini’ itu artinya Tuan
(Lord) dan ‘canis’ itu artinya anjing. Jadi mereka
menyebut dirinya, “anjing-anjing-Nya Tuhan.” Kalau
Saudara punya anjing, Saudara pasti tahu betapa setianya
anjing itu kepada tuannya. Apa yang tuannya katakan, dia
pasti ikut. Hanya orang-orang yang seperti ini yang akan
dipilih.
Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika saya berulang tahun
yang ke-69, saya diberi hadiah 3 ekor anjing! Dulu Saya
pernah punya anjing yang diberi nama Panda hingga umur
17 tahun, baru ia mati. Yang paling dia kasihi itu istri
saya, Ibu Hermin. Kalau dia melihat Ibu Hermin itu
sungguh luar biasa, dia pandang terus, pandang tak jemu.
Kalau Ibu Hermin sedang sakit dan tidak bisa turun dari
tempat tidur, dia selalu ada di bawahnya dan
sebentar-sebentar dia melongok ke atas ranjang dan
begitu dia sudah melihat Ibu Hermin, dia tidur kembali.
Sehingga pada waktu anjing itu mati, Ibu Hermin sangat
terpukul dan dia berkata, “Sudahlah, tidak mau pelihara
anjing lagi.”
Tetapi saya ini senang anjing dan dari dulu saya
terpikir untuk mempunyai anjing Golden Retriever, tetapi
setiap kali saya mau bicara itu selalu ditolak. Sampai
akhirnya ulang tahun saya ke-69 tiba-tiba ada seorang
datang pada saya, “Om, saya mau kasih hadiah buat om.”
“Oh ya, puji Tuhan. Apa itu?” “Anjing.” “Oh, anjing apa
jenisnya?” “Golden Retriever.” “Apa jenis kelaminnya?” “Jantan.”
“Wah, mau!”, tetapi “mau” nya ini masih pergumulan berat.
Lalu beberapa hari kemudian ada orang datang lagi dan
kali ini membawa anjing ‘Teckel’. Selesai diterima lalu
beberapa hari kemudian datang lagi orang membawa Golden
Retriever betina yang lahirnya tanggal 4 September;
tepat tanggal ulang tahun daripada Gereja ini! Saudara
yang dikasihi Tuhan, terus terang pada waktu itu saya
terus berpikir, “Kenapa ya Tuhan? Ini ada apa ya,Tuhan?”
Saya belum menangkap, tetapi ternyata Tuhan mau
berbicara ini, “Itu kamu….”, saya langsung mengerti dan
ingat anjing-anjing-Nya Tuhan. Saya berkata, “Tuhan,
saya ini anjing-Nya Tuhan”, artinya apa? Hamba Tuhan!
Orang Kristen paling senang kalau berkata, “Saya
mempelai Kristus, sahabat Kristus, teman sekerja Allah,
prajurit atau anak Tuhan…”, tetapi jangan lupa, kita
adalah hamba. Kita tidak mungkin jadi mempelai kalau
tidak menjadi hamba. Hamba itu adalah orang yang taat,
yang sungguh-sungguh dengan Tuhan dan apa yang Dia
katakan akan kita lakukan. Itu namanya anjing-Nya Tuhan!
Saya selalu berkata, “Tuhan, saya ini anjing-Nya Tuhan.”
Saudara, mengapa Tuhan mau kita menjadi hamba? Karena
Tuhan Yesus sendiri pernah menjadi hamba. Mari saya ajak
Saudara membaca Filipi 2:5 -11, “Hendaklah kamu dalam
hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada
di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di
bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus
adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
Ada 300 orang yang telah dipilih oleh Tuhan dan mereka
diberikan senjata. Mereka akan berperang, sekali lagi
ada berapa banyak yang tahu bahwa kita setiap hari dalam
peperangan secara rohani? Ada 3 senjata yang Tuhan
berikan kepada mereka, yaitu: sangkakala di tangan kanan
dan di tangan kirinya memegang buyung atau bejana tanah
liat yang di dalamnya ada obor. Bagaimana caranya? Tuhan
memberitahu, “Nanti setelah kamu berhadapan dengan musuh,
pecahkan bejana tanah liat ini, obornya akan nampak dan
tiuplah sangkakala!” Apa yang terjadi? Tentara-tentara
Midian yang gagah perkasa itu menjadi kacau-balau,
mereka saling membunuh satu sama lain. Akhirnya mereka
lari dan orang Israel keluar sebagai pemenang! Tuhan
sudah memberikan senjata kepada kita, apalagi memasuki
Pentakosta Ketiga ini.
Senjata yang Tuhan berikan, yaitu:
1. Sangkakala
Yaitu doa, pujian dan penyembahan dalam unity siang dan
malam. Itu adalah Restorasi Pondok Daud.
2. Buyung atau bejana tanah liat
Supaya tiupan sangkakala itu efektif, maka Tuhan
menyuruh buyung yang adalah bejana tanah liat tadi
dipecahkan.
3. Obor
Buyung dipecahkan sehingga muncullah obor, yaitu terang
yang berbicara terang Kristus.
Bejana tanah liat berbicara tentang kita. Supaya pujian
dan penyembahan kita efektif, bejana tanah liat ini
perlu dipecahkan, perlu diremukkan supaya obor tadi atau
terang Kristus yang nampak. Bukan aku yang nampak,
tetapi Dia. Aku harus semakin kecil, tetapi Dia harus
semakin besar. Amin!
Saya mau bertanya, apakah Saudara siap untuk dipecahkan?
Ini adalah pertanyaan yang paling berat, tetapi kita
harus siap diproses oleh Tuhan. Sebab orang yang berkata,
“Saya mau menjadi seperti Tuhan Yesus”, pasti akan
mengalami ini, suka atau tidak suka. Sebab kita sudah
dipilih dan ditentukan dari semula untuk menjadi serupa
dengan gambar-Nya. Dan inilah prosesnya, yaitu
dipecahkan! Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus
mengerti akan hal ini.
Jadi, menjadi orang Kristen adalah seperti itu, tidak
mudah berbicara seperti ini, “Pokoknya percaya kepada
Tuhan, seenak-enaknya berbuat apa saja….saya pasti masuk
Sorga…”. Siapa bilang? Tidak ada! Alkitab tidak pernah
berkata seperti itu. Jadi orang Kristen adalah masuk
peperangan secara rohani setiap hari, setiap saat untuk
jadi pemenang. Amin!
Kalau saya ingat pengalaman saya dalam pelayanan ini,
Tuhan itu berkali-kali dan begitu sering memecahkan
bejana tanah liat ini. Saya ‘dipecahkan’ dan ‘diremukkan’,
supaya apa? Sekali lagi, “Supaya bukan ‘aku’ lagi tetapi
Roh-Ku”, kata Tuhan. Bukan aku yang nampak, tetapi Dia.
“Bukan kuat, bukan gagah, tapi Roh-Ku”, kata Tuhan. Saya
tidak tahu ada gunung apa di depan Saudara. Gunung
tinggi? Jangan kuatir, itu pasti bisa diratakan, tetapi
oleh Tuhan dan bukan kita!
Saya ingat pada waktu Tuhan memilih saya menjadi alat
untuk Restorasi Pondok Daud, salah satu yang Tuhan
berikan kepada saya adalah saya diberikan lagu-lagu dan
kemudian saya disuruh merekam lagu-lagu itu. Saya ingat
pada waktu merekam lagu-lagu di volume pertama yang
berjudul “Darah Yesus”, saya mempunyai produser yang
menyewa studio rekaman, dan sebagainya. Setelah siap
semuanya dan hari-nya sudah ditentukan, persis hari-nya
itu saya sakit flu berat. “Waduh, bagaimana ini?…tapi
harus terus jalan”. Itu adalah pergumulan besar buat
saya, “Bagaimana ini mau nyanyi? Mau nyanyi bagaimana,
ini suaranya tidak keluar!” Saudara, saya harus ke
studio dan disuruh mencoba, “Ayo coba saja, Pak…”.
Akhirnya dengan susah payah, saya dengan suara ‘gerok’
yang tidak karuan saya menyanyi. Begitu selesai menyanyi,
tenggorokan saya sudah sakit dan saya langsung diberi
minum, “Ini Pak, minum air asem ini…”. Lama-lama saya
jadi kembung karena diberi minum air asem dan masih
terus menyanyi. Akhirnya selesai jugalah lagu-lagu itu
direkam.
Kemudian pada waktu mau launching daripada kaset
tersebut, saya diundang oleh produsernya dan saya
diminta untuk mendoakan. Lalu dia berkata, “Pak Niko mau
mendengarkan tidak sekarang?” “Oh tidak…tidak…”, saya
sudah tahu pasti tidak karu-karuan dan saya tidak mau
mendengarkannya. Jadi saya biarkan saja itu, tetapi
sekitar 3 bulan kemudian tiba-tiba di luar itu ramai,
“Wah, kasetnya Pak Niko itu yang berjudul “Darah Yesus”
banyak membuat orang bertobat! Banyak membuat orang
menjadi sembuh!”. Hal itu sampai ke saya, “Itu benar ya?”
“Oh benar, Pak.” “Coba, saya mau dengarkan.” Begitu saya
mendengarnya, ternyata benar, suaranya tidak karu-karuan.
Saudara, karena tidak karu-karuan itu kuasa Tuhan yang
nampak, bukan saya! Memang ini tidak mudah karena semua
orang ingin sempurna, tetapi dalam pelayanan saya, saya
sudah mengerti. Kadang-kadang ketika semua rencana sudah
rapi, tiba-tiba ‘dihancurkan’ sehingga bukan kekuatan
kita tetapi Roh-Ku, kata Tuhan! Bukan aku yang nampak,
tetapi Dia!
Saudara, saya ingat pada waktu soal Pentakosta Ketiga
yang sekarang sudah merambah ke dunia dimana sekarang
sudah mulai bergerak di Amerika, di Church of God. Api
itu mulai menyebar di sana! Saya ingat pada waktu
awal-awalnya Tuhan mau mengatakan kepada saya tentang
Pentakosta Ketiga, saya sebelumnya harus ‘dipecahkan’
terlebih dahulu. Saya diproses selama 6 bulan seperti
burung rajawali yang dicabuti bulunya. Setelah itu apa
yang terjadi? Saya ingat 2 hari sebelum Empowered 21 di
SICC Tuhan berkata, “Selama ini yang Aku katakan
pencurahan Roh Kudus, itu adalah Pentakosta yang Ketiga!”
Saudara, saya perkatakan itu dan akhirnya seperti
Saudara tahu pada tanggal 17 - 20 Juli yang lalu di SICC
Tuhan menyuruh saya mengumpulkan bangsa-bangsa. Ada 45
bangsa yang berkumpul dan Tuhan berkata, “Aku akan
mencurahkan Api Pentakosta Ketiga!” Dan mereka memang
semua mendapatkannya, tetapi tahukah Saudara apa yang
terjadi? Sebelum tanggal 17 Juli, yaitu pada tanggal 15
Juli selesai saya berkhotbah di JCC dan setelah makan
siang tiba-tiba suara saya menjadi hilang! Makin lama
makin hilang dan saya berpikir, “Waduh, ini hari Minggu,
bagaimana Selasa ini sudah mulai? Besok Senin saya harus
bertemu dengan semua pembicara dari luar negeri,
bagaimana ini suara saya habis?!” Terus terang saya agak
panik meskipun saya sudah berkali-kali mengalami hal
yang seperti itu, tetapi kali ini saya benar-benar panik.
Keesokan harinya saya bertemu dengan Ps. Cindy Jacob,
Ps. Billy Wilson dan semua yang berkumpul, ketika saya
bicara, “Ahh…ahh…”, mereka berkata, “Hahh! Apa yang
terjadi dengan suaramu? Oh No!...Oh No!...”, semua
berkata seperti itu. Saya bilang, “Nanti pada saatnya
akan keluar.” Mereka semua menyambut, “Pasti, amin…amin…!”,
tetapi saya sendiri berkata dalam hati, “Waduh,
bagaimana ya?” Apa yang terjadi? Besoknya ketika saya
mulai bicara, tiba-tiba suara itu keluar dengan normal!
Dan saya tahu, sampai sekarang saya tahu bahwa bukan
kuat, bukan gagahnya Niko, tapi Dia! Dia! Dia! Ini yang
Tuhan rindukan dari setiap kita bukan hanya saya.
Memang itu tidak mudah, sebab kita sebagai manusia tidak
mau yang seperti ini. Tetapi kalau Saudara mau naik
tingkat dan akhirnya serupa dengan gambar-Nya, mau tidak
mau Saudara harus melalui ini. Amin!
Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
JCC, 7 Oktober 2018