DARI KEMULIAAN KE KEMULIAAN
AWALNYA
Pada awalnya, manusia diciptakan untuk menjadi serupa
dan segambar dengan Allah. Itulah sebabnya, dahulu
manusia begitu hebat; memiliki kuasa mengelola taman
Eden dan memegang otoritas atas bumi ini. Dengan
hikmatnya, manusia bisa memberikan nama semua hewan dan
ciptaan Allah yang lain. Manusia itu awalnya sungguh
luar biasa karena Kemuliaan Allah ada dalam diri
manusia.
Sayang sekali, dosa telah merusak semuanya. Dosa telah
membuat manusia keluar dari hadirat Allah. Allah yang
kudus tidak mungkin bisa bersanding dengan
ketidak-kudusan. Allah rindu memulihkan semuanya dan
akhirnya Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk
dipulihkan. Allah harus menjauhkan manusia supaya tidak
hangus di dalam hadirat-Nya. Dosa membuat manusia
terpisah dari Allah. Dosa yang menyebabkan manusia
kehilangan kemuliaan Allah.
Puji Tuhan, melalui korban Anak Domba Allah, yaitu Yesus
Kristus, manusia memperoleh kembali jalan kepada Allah.
Barangsiapa yang percaya pada Yesus, menerima Dia
sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia tidak akan binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. Momen sukacita ini
disebut “Kelahiran Baru”.
LAHIR BARU ADALAH TITIK AWAL PEMULIAAN
Alkitab mengajarkan bahwa pertobatan dan kelahiran baru
merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Dalam
Pertobatan, kita berpaling dari dosa kepada Kristus.
Dalam kelahiran baru kita yang berdosa dijadikan baru
atau menjadi ciptaan baru oleh kuasa Roh Kudus. Dalam
kelahiran baru, kita memulai perjalanan iman kita dengan
status baru, yaitu sebagai anak Allah (Yohanes 1:12).
Artinya, setelah mengalami kelahiran baru, bayi rohani
harus bertumbuh hingga menjadi dewasa rohani (Roma
8:14-17). Perjalanan iman, proses pendewasaan - belajar
- bertumbuh - membawa kita dari satu level naik ke level
rohani berikutnya, dari kemuliaan ke kemuliaan
berikutnya.
Pendapat seperti ini tidak semuanya bisa diterima oleh
hyper grace yang menekankan bahwa satu-satunya hal yang
diperlukan dalam kelahiran baru adalah Metanoia
(perubahan pikiran). Perubahan pikiran yang mereka
maksud adalah hanya mengenai pikiran yang semula tidak
percaya menjadi percaya kepada Kristus. Menurut hyper
grace, bila seseorang telah mengalami kelahiran baru,
maka status ‘lahir baru’ tidak akan hilang, selama ia
tetap percaya. Akibat dari pengajaran ini, dosa hanya
dikenali sebagai masalah kedagingan yang tidak ada
hubungannya dengan keselamatan rohani. Bila kita tetap
percaya, maka kita tidak perlu bertobat. Meminta ampun
atas dosa adalah tanda tidak percaya bahwa keselamatan
yang diterima sudah sempurna. Pendapat ini tidak benar,
karena tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.
TIDAK OTOMATIS SELAMAT SAMPAI AKHIR
Perlu dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang punya
kehendak bebas. Kita bukan robot yang jika programnya
diubah atau di-update maka otomatis berubah sesuai
program. Sekalipun sudah memiliki suatu pemikiran dalam
kepalanya, manusia tetap perlu mengambil pilihan setiap
kali akan bertindak.
Alkitab mengatakan bahwa manusia telah mati secara
rohani, karena itu tidak mungkin lagi orang yang sudah
mati dapat memahami Allah dan menaati-Nya. Satu-satunya
cara pemulihan adalah manusia itu harus dilahirkan
kembali. Proses kelahiran baru itu diawali dengan
beriman kepada Kristus, dan TIDAK BERHENTI DI TITIK ITU.
Filipi 2:12, “… karena itu tetaplah kerjakan
keselamatanmu dengan takut dan gentar…”
Wahyu 3:5, “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan
pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus
namanya dari kitab kehidupan…”
Ada kemungkinan orang Kristen akan kehilangan
keselamatannya bila ia menyerah kepada godaan, apabila
hal itu terus berlanjut sampai akhirnya mereka kembali
kepada kehidupan lama. Beriman kepada Kristus merupakan
titik dimana kita mendapat Pembenaran (Justification)
dan “gerbang awal” dari Pengudusan (Sanctification), dan
puncaknya adalah pemuliaan seutuhnya (Glorification).
1. Respon Manusia Terhadap Keselamatan dalam Perjanjian
Lama
Dalam kitab Yeremia dikisahkan tentang keadaan umat
Israel yang berdosa tetapi tidak mau bertobat, namun
tetap menyelenggarakan kegiatan ibadah. Mereka datang ke
Bait Allah tiap hari Sabat, mempersembahkan korban
(Yeremia 7:8-11; 14:14-16; 23:9-40) dan bahkan banyak
nabi palsu yang mendukung mereka. Yeremia mengatakan
bahwa Allah tidak berkenan dengan hal tersebut.
Kepercayaan dan segala ritualnya tidak cukup, karena
iman harus dibuktikan dengan pembaharuan hidup dan
perbuatan baik.
2. Dalam Perjanjian Baru
Dalam Injil Yohanes, dikisahkan tentang seorang
perempuan Samaria yang memberikan respon yang benar
ketika mendengar pemberitaan kabar baik (Yohanes 4).
Yohanes menegaskan kembali bahwa kelahiran baru dan
pertobatan tidak dapat dipisahkan. Sebagai orang
percaya, kita harus terbukti selalu berada dalam status
‘lahir baru’ saat kita mengerjakannya.
Seperti halnya keselamatan, pertobatan (berpaling dari
dosa) adalah wujud dari ‘mengerjakan kelahiran baru’
yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam hidup kita.
Dalam Yohanes 3:1-21, dalam percakapan Yesus dan
Nikodemus, dikatakan bahwa mereka yang hendak melihat
Kerajaan Allah harus dilahirkan kembali dan caranya
adalah percaya kepada-Nya (Yohanes 3:14-18), tetapi
tidak berhenti sampai di situ, karena Yesus tidak hanya
bicara tentang perubahan pikiran atau kepercayaan saja.
Selanjutnya di dalam Yohanes 3:19-21 Yesus mengajarkan
tentang perbuatan, dimana ada hubungan antara percaya
kepada Anak Manusia yang ditinggikan dengan perbuatan
orang percaya, dimana mereka yang berbuat jahat
sesungguhnya akan membenci Terang tersebut.
TUHAN MERINDUKAN KEINTIMAN
Hal yang paling Allah rindukan adalah pemulihan
hubungan-Nya dengan manusia (Matius 7:21-23, Efesus
5:33, Yohanes 4:23-24). Allah ingin bersekutu dengan
kita. Allah rindu menciptakan kita sebagai obyek
kasih-Nya. Dia rindu agar kita mengenal Dia dan
menghabiskan waktu bersama-Nya, untuk itu kita harus
percaya kepada-Nya serta belajar untuk mengasihi Dia.
Wujud dari kasih tersebut adalah dengan berupaya untuk
menyenangkan hati-Nya. Kelahiran baru dan pertobatan
membawa kita ke arah yang sama, yaitu berusaha mencari
kehendak Bapa dalam kehidupan kita dan berupaya
menggenapinya.
Jika kelahiran baru yang dimaksudkan itu hanya dibatasi
dalam aspek berubahnya pikiran seseorang tanpa
pembuktian imannya melalui perbuatan, dari mana kita
bisa melihat bahwa orang percaya tersebut benar-benar
mengalami kelahiran baru atau tidak? “Perbuatan memang
tidak menyelamatkan, tetapi perbuatan membuktikan
keselamatan.” Seseorang dapat benar-benar dikatakan
‘lahir baru’ jika mengerti adanya hubungan dan
keterpaduan antara hal percaya dengan pertobatan. Pada
akhirnya mereka yang telah lahir baru akan ‘dibenarkan’
dalam tahap Justification dan ‘sedang’ dalam tahap
Santification dan ‘akan masuk’ ke dalam Glorification.
Bila kita tetap setia berjalan dalam proses ini maka
kita akan diselamatkan. (JR)
Quote:
Kelahiran baru tanpa mengedepankan pertobatan tidak akan
menjadi sebuah keselamatan
Quote:
Yesus berkata, "... sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan
Allah." (Yohanes 3:3).