DIMENSI YANG BARU DALAM HAL MENGAMPUNI
"Keempat Injil dalam Alkitab mencatat peristiwa
penyaliban yang dialami oleh Tuhan Yesus.
Catatan-catatan yang tertulis dalam keempat Injil ini
semuanya saling melengkapi satu dengan lainnya, sehingga
pembaca Injil mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
peristiwa penyaliban Tuhan Yesus dalam rencana
penyelamatan manusia. Tidak ada satu pun yang saling
bertentangan satu sama lainnya.
Salah satu yang menarik adalah terlihat seolah-olah ada
perbedaan antara Matius dan Lukas yang mencatat adanya
perbedaan sikap yang ditunjukkan oleh kedua penjahat
yang disalibkan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
• Dalam Matius 27:44 tercatat:
“Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama
dengan Dia mencela-Nya demikian juga.”
• Sedangkan dalam Lukas 23:39-41 tercatat:
“Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia,
katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah
diri-Mu dan kami!". Tetapi yang seorang menegor dia,
katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada
Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita
memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan
yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini
tidak berbuat sesuatu yang salah."
Matius mencatat kedua penyamun yang disalibkan
bersama-sama dengan Yesus mencela Dia, sedangkan Lukas
mencatat salah satu penjahat mencela sedangkan penjahat
lainnya menyatakan hal yang sebaliknya. Secara sepintas
lalu hal ini sepertinya berbeda dan bertentangan satu
dengan yang lainnya. Dan bagi beberapa orang perbedaan
ini membuat mereka menyatakan bahwa Alkitab salah.
Ketika kita mempelajarinya lebih dalam, maka kita
mengerti bahwa baik Matius maupun Lukas tidak salah
dalam mencatat peristiwa penyaliban Tuhan Yesus.
Perbedaan ini terjadi karena kedua peristiwa itu memang
adalah dua peristiwa dari timing yang berbeda.
• Matius 27:44 adalah peristiwa yang pertama, dan
• Lukas 23:39-41 adalah peristiwa yang kedua, yang
berikutnya terjadi.
Pada awalnya kedua penjahat tersebut memang mencela
Yesus, tetapi kemudian terjadi perubahan; di mana salah
satunya menyadari sesuatu hal dan akhirnya berubah dari
mencela menjadi “membela” Yesus. Bahkan dalam ayat-ayat
berikutnya, Lukas mencatat perubahan dan pertobatan
salah satu penjahat tersebut dan pengakuannya akan Yesus
sebagai Raja yang akhirnya membuat dia menerima janji
keselamatan yang pasti.
Lukas 23:42-43,
“Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila
Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan
ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Point penting yang harus diperhatikan adalah apa yang
membuat salah satu dari kedua penjahat itu mengalami
perubahan dari mencela menjadi membela dan akhirnya
mendapat keselamatan. Perubahan ini terjadi setelah dia
mendengar Tuhan Yesus berkata:
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat."
(Lukas 23:33-44)
Perubahan itu terjadi ketika pengampunan dilepaskan
Yesus justru di tengah penderitaan-Nya yang luar biasa
di dalam proses penyaliban yang mengerikan itu.
Semua orang yang disalib karena perbuatannya yang tidak
terampuni lagi secara hukum akan mengatakan
perkataan-perkataan yang kasar dan jahat. Sumpah serapah,
hujatan, makian kemarahan dan perkataan lain yang sangat
tidak baik akan dikatakan oleh orang yang disalibkan.
Karena salib adalah sebuah hukuman yang paling berat
pada zaman itu dan penderitaan yang dialami bukan saja
secara jasmani, tetapi juga secara jiwani.
• Secara fisik, penderitaan yang dialami oleh Tuhan
Yesus jauh lebih berat daripada biasanya. Cambuk yang
dipakai untuk menyiksa Tuhan Yesus, sebagai contoh,
bukanlah cambuk yang biasa dipakai untuk menyesah orang
sebelum disalibkan. Cambuk yang dipakai untuk menyesah
Yesus ujungnya adalah benda-benda tajam seperti duri
atau serpihan besi yang tajam sehingga ketika
dicambukkan ke punggung Yesus bukan hanya membuat luka
luar saja, tetapi sampai merobek kulit dan mencabik
daging punggung-Nya, sehingga terjadi luka yang sangat
dalam.
• Belum lagi penderitaan secara jiwa karena
pengkhianatan, ejekan, cemoohan, hinaan yang
diterima-Nya.
• Juga penderitaan secara rohani ketika Tuhan Yesus
ditinggalkan sementara waktu oleh Bapa karena dosa
seluruh umat manusia yang harus ditanggung-Nya.
Matius 27:46,
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara
nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Dalam penderitaan yang sehebat itu, ternyata Yesus
justru melepaskan perkataan pengampunan dan perkataan
kasih kepada orang-orang yang melakukan penyesahan yang
hebat atas diri-Nya. Hal inilah yang menjadikan salah
satu penjahat tersebut yakin bahwa Yesus disalib bukan
karena perbuatan-Nya.
Lukas 23:41,
“Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima
balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi
orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."
Kemudian keluarlah ucapan pengakuan dan pertobatannya.
Keteladanan agung dari Tuhan Yesus mengajarkan bahwa
pengampunan menghasilkan pertobatan yang membawa kepada
keselamatan. Kuasa pengampunan ini pun akan terjadi
ketika orang yang percaya kepada-Nya melakukan hal yang
sama seperti yang Yesus lakukan yaitu ketika mengampuni
orang lain yang bersalah.
Matius 6:14,
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu
yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”
Pengampunan yang kita berikan kepada orang lain akan
menghasilkan pengampunan bagi diri kita sendiri bahkan
bagi orang lain yang mengalami pengampunan itu baik
langsung maupun tidak langsung. Pengampunan menghasilkan
keselamatan, itulah dimensi baru mengenai pengampunan.
Pengampunan itu tidak mudah, tetapi tidak mustahil
Mengampuni memang bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan. Manusia lebih mudah untuk membalas dan
melampiaskan dendamnya daripada mengampuni. Itulah
sebabnya, untuk bisa mengampuni, kita harus terlebih
dahulu menerima pengampunan dan kasih Kristus yang
mengandung kuasa untuk mengubah hati dan pikiran kita.
Mengampuni memang bukan syarat keselamatan, tetapi harus
disadari bahwa mengampuni adalah bukti bahwa kita sudah
menerima keselamatan dan sudah mengalami kelahiran baru.
2 Korintus 5:17 mencatat,
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan
baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru
sudah datang.”
Orang yang sudah ada di dalam Kristus adalah orang yang
sudah mengalami pembaharuan melalui kasih dan kuasa-Nya.
Artinya, sekalipun sulit, orang yang sudah ada dalam
Kristus sudah mengalami perubahan dari manusia lama yang
selalu ingin membalaskan dendamnya; menjadi manusia baru
yang memiliki kuasa dalam hal melepaskan pengampunan.
Bahkan 1 Yohanes 3:14 berkata,
“Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut
ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita.
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.”
Ayat ini mengajarkan; tanda bahwa kita sudah pindah dari
dalam maut ke dalam ‘hidup’ adalah ketika kita bisa
mengasihi orang lain. Keselamatan dalam Kristus pasti
membawa perubahan dalam kehidupan seseorang. Kasih dan
pengampunan dari Kristus memampukan seseorang untuk
mengampuni dan mengasihi orang lain.
Bagaimana bisa mengampuni?
Perlu kita ketahui bahwa pengampunan adalah sebuah
keputusan dan bukanlah perasaan. Pengampunan adalah
sebuah tindakan yang dimulai dari kehendak dan kemauan
yang tidak tergantung dari perasaan. Kehendak dan
kemauan yang dihasilkan oleh kuasa Roh Kudus dalam hati
seorang percaya yang telah menerima pengampunan dan
keselamatan dalam Kristus.
Mentaati Firman Tuhan lahir dari sebuah keputusan untuk
mau melakukan kehendak Tuhan, dan tidak bergantung sama
sekali dari perasaan. Seharusnya yang terjadi dalam hati
seorang percaya adalah perasaan yang mengikuti keputusan;
bukan keputusan yang mengikuti perasaan.
Beberapa alasan yang menghambat seseorang untuk bisa
mengampuni adalah:
• Kesalahannya terlalu besar
Menganggap bahwa luka hati karena perkataan atau
tindakan seseorang terlalu besar dan tidak bisa
disembuhkan, apalagi dilupakan.
Sebagai orang percaya, kita mengerti bahwa Tuhan Yesus
memiliki kuasa yang tidak terbatas. Hal ini berarti,
Tuhan Yesus sanggup memulihkan dan menyembuhkan luka
hati sedalam apapun. Ketika kita mengatakan bahwa luka
yang dialami terlalu dalam berarti kita sedang membatasi
kuasa Tuhan.
Ingatlah, pikiran adalah medan peperangan rohani di mana
si jahat membangun benteng keragu-raguan akan Firman
Tuhan untuk mencegah seseorang mengalami kuasa Tuhan.
• Waktu akan menyembuhkan
Menganggap seiring berjalannya waktu maka luka hati akan
sembuh dengan sendirinya.
Luka hati harus dibereskan di hadapan Tuhan melalui iman.
Luka hati yang dibiarkan akan berkembang dan mengakar
menjadi akar pahit yang menimbulkan kerusuhan dan
mencemarkan banyak orang. (Ibr 12:15)
• Yang bersalah meminta maaf
Mau mengampuni asalkan yang bersangkutan meminta maaf.
Apa yang terjadi seandainya orang yang bersalah kepada
kita tidak mau atau tidak sempat minta maaf? Apakah kita
tidak akan melepaskan pengampunan? Akhirnya kita sendiri
yang menanggung semua konsekuensinya.
• Pengampunan identik dengan toleransi
Menganggap jika diampuni, maka yang bersangkutan akan
melakukan perbuatannya lagi.
Sadarilah bahwa seseorang bisa berubah karena kuasa
Tuhan. Jangankan untuk mengubah orang lain, kita sering
mengalami kesulitan untuk mengubah diri sendiri. Ketika
kita melepaskan pengampunan maka pada saat itu kita juga
melepaskan kuasa Tuhan yang akan mengubah seseorang.
• Menyerahkan kepada Tuhan
Alasan yang dipandang rohani, yaitu menyerahkannya
kepada Tuhan.
Kelihatannya seperti rohani, padahal maksudnya adalah
ingin melihat pembalasan yang terjadi atas orang yang
menyakiti kita.
Amsal 20:22 berkata,
“Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan,"
nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau.”
Alasan ini hanyalah untuk memuaskan dendam, bukan alasan
rohani yang berkenan di hadapan Tuhan.
Jika kita mau mengampuni maka hal itu adalah sebuah
keputusan untuk taat kepada Firman Tuhan dan menjadikan
hati dan pikiran kita benar di hadapan Tuhan.
Pengampunan membuat orang percaya mengalami kebebasan
dan kemerdekaan dari beban dan ikatan dendam; dan akan
mendatangkan perasaan damai sejahtera dan sukacita Roh
Kudus yang melimpah dalam hati.
Tuhan Yesus mengajar bahwa orang percaya adalah seumpama
orang yang sudah dibebaskan dari hutang sepuluh ribu
talenta dan diminta mengampuni saudaranya yang berhutang
seratus dinar.
Sebagai perbandingan,
• Satu talenta diperkirakan adalah upah kerja selama
lima belas tahun sedangkan satu dinar adalah upah untuk
bekerja satu hari lamanya. (15X365X10.000):
(1x100)=54.750.000:100=547.500:1.
• Ada juga yang memperkirakan 1 talenta = 6000 dinar
artinya (6000X10.000):100= 60.000.000:100 = 600.000:1,
sebuah perbedaan yang sangat besar nilainya.
Orang percaya sebenarnya sudah mengalami penebusan dan
kebebasan dari dosa-dosanya yang sangat besar terhadap
Tuhan, lalu diminta mengampuni kesalahan kecil sesamanya.
Di sini kita menemukan alasan untuk mengampuni, yaitu
karena kita sendiri sudah menerima pengampunan yang jauh
lebih besar atas dosa-dosa kita. Itu sebabnya kita harus
mengampuni tanpa batas dan tanpa syarat.
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan,
sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika
ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus
berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan
sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali
tujuh kali. (Matius 18:21-22) Amin. (BM)