DITENTUKAN MENJADI SERUPA DENGAN GAMBARAN KRISTUS
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka
juga ditentukan-Nya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung
di antara banyak saudara.
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu
juga dipanggil-Nya.
Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga
dibenarkan-Nya.
Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga
dimuliakan-Nya.”
Roma 8:29-30
Mungkin sebagian besar kita masih mengingat bahwa
sewaktu kita kecil, orang tua kita mungkin pernah
bertanya kepada kita, “Nanti kalau sudah besar, kamu mau
jadi apa? Atau mau jadi seperti siapa?” Dengan pikiran
yang polos biasanya dijawab, “Saya mau jadi Superman”
atau “Saya mau jadi Presiden”. Secara tidak langsung,
orang tua yang menanyakan hal tersebut kepada si anak,
sedang mengajarkan keserupaan dengan seorang idola yang
informasinya sering didengar oleh si anak.
Seiring berjalannya waktu, dengan perkembangan kognitif
si anak, konsep keserupaan itu berubah menjadi konsep
cita-cita. Kalimat “Saya mau jadi Superman” yang pernah
diucapkannya sewaktu kecil mungkin tidak pernah
terlontar lagi dari mulutnya, tetapi sekarang yang
terlontar adalah “Saya bercita-cita ingin menjadi
seperti Thomas Alva Edison yang menemukan lampu.” Tentu
yang dimaksud si anak yang beranjak besar ini adalah
bahwa ia ingin menjadi seorang penemu seperti seorang
Thomas Alva Edison. Ia tidak mungkin menjadi Thomas Alva
Edison, tapi ia dapat menjadi serupa dengan beliau dalam
hal menjadi seorang penemu.
Seiring dengan makin dewasanya si anak, ia pun akan
sadar bahwa menjadi seorang penemu bukanlah hal yang
dapat terjadi dalam satu atau dua malam, melainkan butuh
bertahun-tahun, seperti yang terjadi pada idolanya.
Dalam hal ini, si anak telah masuk ke dalam suatu proses
berpikir, bagaimana caranya untuk bisa menjadi seperti
idolanya tersebut. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan
di dalam proses untuk mencapai tujuannya itu?
Ada 2 (dua) pelajaran penting dari analogi di atas
sehubungan dengan konteks “Ditentukan Menjadi Serupa
dengan Kristus”:
1. Pemahaman yang Tidak Lengkap
Saya DITENTUKAN oleh Tuhan untuk menjadi serupa dengan
Kristus! Itu adalah bagian Tuhan yang menentukan, saya
tidak perlu mengusahakan. Saya santai saja, toh
keselamatan karena anugerah. Dan saya sudah percaya pada
Yesus; artinya saya sudah menjadi serupa dengan Kristus
tanpa perlu berusaha apa-apa lagi. Ini adalah sebuah
pemahaman yang keliru!
Ditentukan Allah menjadi seperti Kristus tidak berhenti
hanya sampai pada tahapan menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat pribadi atau yang sering kita kenal
dengan istilah JUSTIFICATION/PEMBENARAN.
Memang benar Justification adalah 100% bagian Allah yang
diberikan melalui kematian Tuhan Yesus Kristus bagi kita
semua yang percaya. Di tahapan ini, benarlah adanya
bahwa kita tidak diselamatkan karena perbuatan baik dan
benar.
Sebagaimana dinyatakan dalam Galatia 2:16a dan Roma 5:1,
dapat kita lihat bahwa pembenaran adalah tindakan hukum
Allah, di mana orang-orang berdosa diberikan status
benar oleh karena imannya kepada Yesus Kristus.
Adapun dasar dari pembenaran adalah kematian Kristus,
dan pembenaran ini menjadi efektif karena iman di dalam
Yesus Kristus. Peristiwa pembenaran ini terjadi sekali
dan seketika itu juga menghasilkan pendamaian dengan
Allah. Di titik inilah terjadi perubahan status dari
‘orang berdosa’ menjadi ‘anak Allah’. Namun, ditentukan
menjadi serupa dengan Kristus tidak berhenti hanya
sampai pembenaran saja, lebih dari itu, kita harus masuk
kedalam tahapan berikutnya yaitu SANCTIFICATION/
PENGUDUSAN.
Kembali kepada analogi di atas, saat anak beranjak
dewasa, ia mulai berpikir; tidak mungkin bisa menjadi
seorang penemu jika tidak melakukan apa-apa. Ia harus
mempersiapkan dirinya.
2. Menuntut Ketaatan Aktif secara Terus-menerus
“Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa
dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah
yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai
kesudahannya ialah hidup yang kekal.”
Roma 6:22
Dari ayat tersebut di atas dapat kita lihat bahwa orang
yang sudah dimerdekakan dari dosa (menerima pembenaran),
orang tersebut harus masuk ke dalam proses pengudusan
dengan menjadi hamba Allah. Proses pengudusan ini juga
adalah titik dimulainya perjalanan rohani sebagai orang
percaya. Di bagian inilah terjadinya perjuangan untuk
mematikan kedagingan untuk semakin hari semakin menjadi
serupa dengan Kristus, yaitu dengan cara menghasilkan
buah Roh. (Galatia 5:22-23)
Kita perlu mengingat bahwa Tuhan tidak membiarkan orang
percaya berjalan di dalam proses pengudusan tanpa arahan.
Ia memberikan kepada kita:
a. Firman Tuhan
Tuhan Yesus mengatakan:
“Kamu memang sudah bersih karena Firman yang telah
Kukatakan kepadamu.” Yohanes 15:3
Di dalam doa-Nya kepada Bapa Ia berkata;
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, Firman-Mu adalah
kebenaran”
Yohanes 17:17
b. Roh Kudus
Roh Kudus bekerja lewat Firman-Nya dengan memberikan
penerangan ke dalam hati sehingga impartasi kebenaran
Firman Tuhan memampukan orang percaya untuk berjalan di
dalam kekudusan. Pengudusan adalah hasil karya Roh Kudus
yang ada di dalam kita dan secara sinergi bekerja sama
dengan kerelaan kita untuk taat kepada perintah-Nya.
Pekerjaan Roh Kudus dalam pengudusan sangatlah penting,
namun tanpa respon orang percaya untuk mengerjakan
bagiannya, pengudusan itu tidak akan terwujud.
Jadi, ditentukan menjadi seperti Kristus tidak hanya
mencakup pada satu peristiwa orang berdosa menerima
Yesus dan mendapat pembenaran, tetapi harus ada usaha
aktif manusia untuk terus-menerus taat pada Firman Allah
dan Roh Kudus sampai ia menjadi serupa dengan Kristus.
(Roma 8:29)
Hendaknya pembenaran itu dipandang sebagai suatu fondasi
bagi proses pengudusan, di mana status sebagai orang
benar memberikan orang percaya kuasa untuk terus
berjalan di dalam proses pengudusan.
Arti 'ditentukan menjadi serupa dengan Kristus' juga
tidak berhenti di Pengudusan. Karena tujuan akhir dari
proses pengudusan adalah GLORIFICATION/PEMULIAAN orang
percaya, titik di mana orang percaya akan mengalami
pengangkatan dan menerima kuasa untuk memerintah bersama
dengan Kristus, dan hidup yang kekal. (Wahyu 20:6)
Pemuliaan juga merupakan akhir dari perjalanan rohani
orang percaya, di mana tubuh kemuliaan akan diberikan,
dan dengan demikian, orang percaya dibebaskan dari
kehadiran dosa.
Tuhan Yesus berfirman melalui penglihatan kepada Rasul
Yohanes di pulau Patmos. Tujuh kali Ia berkata kepada
jemaat-jemaat di Kitab Wahyu, “Barangsiapa menang…”
Orang yang menang adalah orang percaya yang berhasil di
dalam proses pengudusannya, dan akhirnya dimuliakan
bersama dengan Tuhan Yesus.
Pembenaran, pengudusan, dan pemuliaan adalah 3 (tiga)
rangkaian tahapan keselamatan yang dianugerahkan Tuhan
kepada semua orang percaya, yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Dan melalui 3 tahapan inilah seseorang
baru bisa menjadi seperti Kristus.
Oleh karena itu, ditentukan menjadi serupa dengan
Kristus itu memiliki dua bagian: yaitu bagian Allah yang
menyediakan sebagai provisi, dan bagian manusia
memberikan respon terhadap anugerah tersebut. Respon itu
adalah bagian dari mengerjakan keselamatan dengan takut
dan gentar; dengan tujuan menjadi semakin serupa dengan
Kristus. (Filipi 2:12)
Pada akhirnya, orang percaya akan dimuliakan bersama
dengan Kristus.
Sudahkah kita sebagai orang percaya meresponi penentuan
Allah menjadi serupa dengan Kristus ini dengan benar?
(WP)