DOSA MASA DEPAN SUDAH DIAMPUNI?
Salah satu fondasi dalam pandangan
kasih karunia yang berlebihan atau hypergrace adalah
bahwa Tuhan Yesus telah mengampuni dosa yang kita
lakukan di masa lampau, masa kini, dan bahkan dosa yang
belum pernah kita buat atau dosa di masa depan. Bahkan
dikatakan bahwa Bapa tidak lagi melihat dosa apa pun
yang kita buat karena Ia telah menguduskan kita di dalam
Anak-Nya, Tuhan Yesus. Maka daripada itu, seorang
Kristen yang masih melakukan pengakuan dosa kepada Tuhan
telah membuat kasih karunia Tuhan menjadi murahan karena
Tuhan hanya mengampuni dosa seseorang sampai di saat ia
menerima keselamatan dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat, dan selebihnya orang tersebut harus
mengandalkan pengakuan dosa agar dosanya diampuni oleh
Tuhan.
Apa yang sebenarnya Firman Tuhan katakan tentang
pengampunan untuk dosa masa depan?
Satu kabar baik yang perlu kita tanamkan dengan iman di
dalam diri kita adalah fakta bahwa pada saat kita lahir
baru, menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat,
maka status kita adalah orang yang telah mengalami
pembenaran atau justified. Rasul Paulus mengatakan:
“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman hidup dalam
dalam sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita Yesus
Kristus.”
Roma 5:1 TB2
Apa yang telah Tuhan Yesus perbuat di kayu salib, yaitu
mempersembahkan diri-Nya sebagai korban penebusan yang
sempurna, telah diperhitungkan kepada kita. Dengan kata
lain, kebenaran yang Kristus lakukan telah
diperhitungkan oleh Bapa menjadi kebenaran kita (imputed
righteousness) dengan cara kita mengimani Kristus.
Peristiwa ini adalah suatu peristiwa yang terjadi sekali
seumur hidup kita dan seketika itu juga menghasilkan
pendamaian, sehingga Allah tidak lagi memperhitungkan
dosa-dosa kita dari sejak kita lahir hingga saat kita
mengalami pembenaran. (2 Korintus 5:19)
Kita percaya bahwa ini adalah titik awal perjalanan
rohani kita sebagai orang percaya yang terus berlanjut
sampai Tuhan memanggil kita kembali kepada-Nya atau hal
yang kita kenal dengan istilah pengudusan atau
sanctification. Pengudusan adalah suatu proses bagi
orang percaya untuk menuju keserupaan dengan Kristus,
yaitu dengan menghasilkan buah Roh. (Galatia 5:22-23)
Puncak dari proses pengudusan adalah pemuliaan atau
glorification, dimana ini adalah akhir dari perjalanan
hidup orang percaya di dunia dan Tuhan akan memberikan
tubuh yang baru, yang dibebaskan dari kehadiran dosa
kepada setiap orang percaya yang setia sampai garis
akhir.
Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar pernyataan,
“Lahir baru itu sekali, tetapi pertobatan itu setiap
hari”. Mengapa kalau kita telah diselamatkan oleh kasih
karunia melalui iman kepada Kristus, kita harus bertobat
setiap hari? Tentu alasannya adalah karena pertobatan
berhubungan dengan proses perjalanan hidup orang percaya,
proses jatuh bangun untuk semakin hari semakin serupa
dengan Kristus. Pertobatan itu harus diawali dengan
pengakuan dosa dan janji untuk tidak mengulangi dosa
tersebut dengan cara hidup selaras dengan Firman Tuhan.
Kita pun dapat melihat dari Firman Tuhan, bagaimana
orang percaya pun masih bisa berdosa, dan dengan
demikian ia perlu mengakui dosanya sehingga pengampunan
dari Tuhan turun dan memberikan kelegaan baginya.
Ada beberapa contoh di Alkitab yang membuktikan bahwa
orang percaya pun masih bisa berdosa dan maka dari itu,
ia perlu bertobat dan minta pengampunan dari Tuhan:
1. Di dalam 1 Korintus 11:28-31, Rasul Paulus meminta
jemaat Korintus untuk memeriksa atau menguji diri
sebelum menerima Perjamuan Kudus karena ada konsekuensi
dari dosa (dalam hal ini disebutkan menjadi lemah, sakit,
bahkan meninggal) bagi mereka yang belum memeriksa
dirinya dan memohon ampun dari Tuhan atas dosanya. Kalau
mereka diampuni atas dosa masa depannya (dosa yang
dilakukan setelah mengalami kelahiran baru), mengapa
masih ada akibat dosa?
2. Di dalam Ibrani 10:26-27, penulis Surat Ibrani
mengatakan bahwa akan ada penghakiman yang mengerikan
dan kobaran api yang dahsyat bagi orang yang sengaja
berbuat dosa sesudah ia memperoleh pengetahuan tentang
kebenaran.
3. Di dalam Injil Yohanes 16:8-9, Tuhan Yesus sendiri
mengatakan bahwa Roh Kudus yang akan diutus dari Bapa
dan Putera, akan menginsyafkan dunia akan dosa.
4. Kepada jemaat di Efesus (Wahyu 2:5), Pergamus (Wahyu
2:16), Tiatira (Wahyu 2:22), Sardis (Wahyu 3:3), dan
Laodikia (Wahyu 3:19), Tuhan meminta mereka untuk
bertobat dari dosa-dosa mereka agar mereka tidak
mengalami penghukuman.
Dari contoh-contoh di atas, maka kita bisa melihat bahwa
secara tersirat maupun tersurat, tidak ada satu ayat pun
di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa dosa masa depan
atau dosa yang belum dilakukan itu sudah diampuni oleh
Tuhan sehingga orang percaya tidak perlu lagi bertobat
dan mengakui dosanya sepanjang perjalanan hidup
kerohanian mereka.
Kita juga bisa melihat dari contoh-contoh di atas bahwa
Firman Tuhan tersebut ditujukan untuk murid-murid, orang
percaya yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat, dan secara otomatis telah mengalami
pembenaran. Di ayat-ayat tersebut sangat ditekankan
tentang pertobatan. Apalah artinya pertobatan kalau
dosa-dosa mereka setelah mereka mengalami pembenaran
sudah diampuni oleh Tuhan?
Kita juga bisa melihat di dalam 1 Yohanes 1:8 (TB2)
bahwa:
“Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu
diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”
Solusi dari kenyataan bahwa kita masih bisa berbuat dosa
tertulis di 1 Yohanes 1:9 yaitu mengaku dosa dan Tuhan,
yang setia dan adil, akan mengampuni segala dosa kita
dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Kata
“mengaku” berasal dari bahasa Yunani homologeō yang
secara harafiah berarti: “memperkatakan hal yang sama”.
Orang percaya harus sepakat dengan Tuhan bahwa mereka
sudah melanggar kekudusan Tuhan. Kata ini ditulis dalam
bentuk present tense yang berarti bahwa tindakan
mengakui dosa harus dilakukan secara terus-menerus.
Pengampunan dari Tuhan itu diibaratkan seperti kartu
debit yang berisi sejumlah uang, dimana rekening
tersebut tidak dibebankan sampai kita menggunakannya.
Sama halnya dengan ini, pengampunan atas seluruh dosa
kita telah dibayar lunas melalui kematian Kristus, namun
pengampunan itu diterapkan sesuai kebutuhan. Yang perlu
kita sadari adalah bahwa transaksi pengampunan itu
terjadi pada titik waktu yang berbeda. Maksudnya adalah
Tuhan Yesus mati untuk semua orang, dan Ia membayar
lunas hutang dosa setiap manusia yang lahir di muka bumi
ini. Namun, apakah kita sudah diampuni pada titik waktu
tersebut? Tentu saja tidak. Kita semua yang membaca
artikel ini bahkan belum lahir.
Pengakuan dosa kita kepada Tuhan bukanlah usaha untuk
mempermurah kasih karunia Tuhan. Melainkan, ia adalah
usaha: “... jiwa yang hancur; hati yang remuk redam dan
penuh penyesalan...” (Mazmur 51:19 TB2). Dengan
merendahkan hati dan mengaku dosa di hadapan Tuhan, hati
kita diyakinkan dan digerakkan untuk meresponi kasih
Allah, yang lebih dahulu mengasihi kita. Selain itu,
mengaku dosa juga memiliki dimensi persekutuan atau
koinonia, karena ia dapat memulihkan hubungan kita
dengan pribadi yang terkena dampak dari dosa tersebut.
Jangan pernah merasa terintimidasi jika saat ini kita
berbuat dosa. Akui dosa tersebut di hadapan Tuhan,
bertobatlah sungguh-sungguh, dan kelegaan yang dari
Tuhan yang melepaskan akan turun kepada kita. (WP)