GENERASI YEREMIA BUKAN GENERASI SANDWICH
Istilah generasi sandwich pertama kali dikemukakan oleh
Dorothy A. Miller, lewat karya jurnalnya pada tahun 1981
yang berjudul “The Sandwich Generation: Adult Children
of The Aging”. Dorothy adalah seorang profesor di
Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat.
Generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang
harus menanggung hidup tiga generasi yaitu orang tua,
diri sendiri dan anak. Kondisi tersebut di analogikan
seperti sandwich dimana sepotong daging terhimpit oleh
dua buah roti. Dua buah roti yang menghimpit tersebut
adalah roti bagian atas diibaratkan sebagai orang tuanya
(generasi atas) dan roti bagian bawah diibaratkan
sebagai anaknya (generasi bawah), sedangkan isi utama
sandwich berupa daging yang terhimpit oleh dua buah roti
diibaratkan sebagai dirinya sendiri.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik
Penduduk Lanjut Usia Tahun 2017 bisa memberikan sedikit
gambaran mengenai sumber pembiayaan dalam rumah tangga
lanjut usia. Sumber pembiayaan rumah tangga lanjut usia
terbesar berasal dari anggota rumah tangga (ART) yang
bekerja sebesar 77,82%, dari ART yang bekerja tersebut
sebanyak 50,94% nya adalah lanjut usia yang bekerja dan
sisanya 49,06 % adalah anak atau anggota keluarga lain
yang bekerja. Dari data ini, maka kita bisa menyimpulkan
bahwa :
1. Masih banyak lanjut usia yang hidup dari income
anaknya yang bekerja.
2. Masih banyak lanjut usia yang tidak mempunyai dana
pensiun.
3. Masih banyak generasi sandwich yang terhimpit.
Generasi sandwich ini menjadi generasi yang terhimpit
karena harus membiayai generasi yang di atas dan yang di
bawahnya, serta harus membiayai kehidupannya sendiri,
sehingga menjadi sebuah beban yang sangat berat.
Generasi Yeremia tidak sedikit yang mengalami situasi
seperti sandwich. Hal itu terjadi karena:
1. Dari Sisi yang Ditanggung
Yaitu generasi atas (orang tuanya) atau generasi bawah (anaknya)
:
• Terlalu Banyak Menuntut
Mereka menuntut lebih banyak dari kemampuan dari
generasi yang terhimpit. Salah satu penyebabnya adalah
pola pikir yang salah, yaitu orang tua menganggap anak (generasi
yang terhimpit) sebagai aset, sehingga mereka banyak
menuntut.
1 Timotius 6:6-8; Ibrani 13:5; Lukas 3:14 mengajarkan
kita untuk memiliki rasa cukup dengan apa yang kita
punyai. Jika mereka banyak menuntut maka itu bisa
membangkitkan amarah kepada anak-anak dan itu tidak
sesuai dengan firman Tuhan dalam Efesus 6:4 untuk tidak
membangkitkan amarah anak-anak.
• Malas Bekerja
Golongan orang yang masih dalam usia produktif, tetapi
malas bekerja dan hanya mengandalkan penghasilan dari
generasi yang terhimpit.
Firman Tuhan dalam 2 Tesalonika 3:10 tegas mengatakan
seorang yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
2. Dari Sisi Penanggungnya
• Tidak Bisa Membedakan Prioritas Antara Keluarga Inti
Dengan Keluarga Besar
Setelah masuk dalam sebuah pernikahan tentunya ada
pergeseran prioritas. Prioritas yang utama setelah
pernikahan adalah keluarga inti. Keluarga Inti terdiri
dari suami, istri dan anak. Sedangkan orang tua, kakak,
adik termasuk dalam keluarga besar. Keluarga Inti harus
menjadi prioritas dibandingkan keluarga besar.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pemerintah Indonesia dalam
bukunya yang berjudul Perencanaan Keuangan Keluarga
mengatakan bahwa sebaiknya mendahulukan kebutuhan agama,
berikutnya kebutuhan keluarga inti, diikuti kebutuhan
keluarga kandung, kemudian jika masih ada sisa bisa
untuk kebutuhan keluarga besar, barulah untuk kebutuhan
lain.
• Tidak Mempunyai Perencanaan Keuangan
Seberapa pun uang yang didapat, jika dipakai tanpa ada
perencanaan keuangan yang baik, bisa menyebabkan lebih
besarnya pengeluaran daripada pemasukan. Termasuk tidak
adanya perencanaan keuangan untuk masa depan atau hari
tua berupa tabungan atau mempersiapkan dana pensiun.
Lukas 14:28 berbicara tentang seseorang yang mau
mendirikan menara harus membuat anggaran biayanya
artinya perlunya perencanaan keuangan.
Karena beban yang sangat berat tersebut maka tidak
sedikit orang memiliki anggapan bahwa generasi sandwich
yang terhimpit ini merupakan generasi yang terkena kutuk,
salah dilahirkan atau salah membuat keputusan. Sehingga
seakan-akan menjadi sumber penghidupan buat keluarga
merupakan suatu pilihan. Tentu tidak lah demikian. Kita
harus menyadari fakta yang menunjukkan meskipun banyak
generasi sandwich yang sangat kesulitan keuangan atau
pasangan suami-isteri yang mengalami keretakan karena
menanggung beban orang tua yang sudah tidak produktif,
banyak dari generasi sandwich tersebut tetap bersukacita
menanggung beban berat tersebut.
Sekarang mari kita lihat dalam paradigma yang baru,
generasi sandwich bukanlah generasi yang terkena kutuk,
salah dilahirkan ataupun salah membuat keputusan.
Generasi sandwich justru bisa menjadi Generasi Yeremia
yang membawa berkat bagi orang tua dan anak, hal ini
sesuai dengan apa yang Tuhan perintahkan dalam sepuluh
perintah Allah, bahwa kita harus menghormati orang tua
kita supaya lanjut umur dan baik keadaan kita. (Keluaran
20:12; Ulangan 5:16)
Dalam Perjanjian Baru 1 Timotius 5:8 juga terdapat
perintah untuk kita memelihara sanak saudara kita. Orang
yang tidak memelihara sanak saudaranya apalagi seisi
rumahnya, ia disamakan dengan orang yang murtad.
Lalu dalam 2 Korintus 8:13-14 dikatakan supaya ada
keseimbangan dan sepenanggungan, yaitu mereka yang
berkelebihan dapat membantu yang berkekurangan, mereka
yang kuat dapat menolong mereka yang lemah. Kita melihat
bahwa menjadi berkat bagi keluarga merupakan kehendak
atau perintah Tuhan.
Kita harus menjadi Generasi Yeremia yang membawa berkat
bagi keluarga kita, bukan lagi sebuah pilihan, terkena
kutuk atau salah dilahirkan. Apalagi jika anggota
keluarga kita memang dalam keadaan yang tidak mampu
bekerja oleh karena gangguan kesehatannya atau tidak
mampu mencukupi kebutuhannya.
Bagaimana solusinya agar Generasi Yeremia bisa menjadi
generasi yang tidak terhimpit, justru bisa menjadi
generasi yang membawa berkat? Mari kita simak 5 hal
berikut ini :
• Berdoa Minta Campur Tangan Tuhan Dalam Masalah
Keuangan
Tuhanlah sumber hikmat dan pertolongan. Berdoa kepada
Tuhan harus menjadi jalan yang pertama yang harus kita
tempuh. Ketika kita menjadikan doa sebagai langkah
pertama merupakan bukti bahwa kita mengandalkan Tuhan
atas segala permasalahan kita.
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang
menaruh harapannya pada TUHAN!"
Yeremia 17:7
• Membuat Anggaran Keuangan
Mencatat arus kas keluar masuk uang merupakan cara yang
sangat penting. Hal itu dapat membantu untuk mengetahui
pergerakan keuangan setiap bulannya. Dengan begitu, kita
bisa menentukan rencana keuangan untuk bulan ini dan
bulan berikutnya dengan baik.
• Investasi Untuk Masa Tua
Saat ini jenis investasi sudah semakin berkembang, kita
bisa dengan mudah memilih produk mana yang cocok dan
tentu saja investasi yang aman untuk masa tua.
Amsal 30:25 mengajarkan kita untuk belajar dari semut
yang mengumpulkan persediaan makanannya. Yusuf dalam
Kejadian 41 mendapat hikmat Tuhan untuk menyimpan
makanan di masa kelimpahan sebagai persiapan menghadapi
7 tahun masa kesusahan.
• Menyertakan Orang Tua dalam Program Asuransi Kesehatan
Menjadi peserta BPJS Kesehatan dan/atau asuransi
kesehatan lainnya.
Dengan orang tua mempunyai asuransi kesehatan maka biaya
pengobatan bisa ditanggungkan oleh asuransi sesuai
dengan kontrak dan kesepakatan bersama. Jadi kita tidak
akan memerlukan biaya besar ketika orang tua sakit dan
harus berobat.
• Keluarga Inti Harus Menjadi Prioritas Utama
Menaruh keluarga inti sebagai prioritas dibandingkan
keluarga besar.
Mari dengan kuat kuasa Roh Kudus kita ubah generasi
sandwich dari generasi yang terhimpit menjadi generasi
Yeremia yang menjadi berkat. (RL & TB).
_________________________________
Sumber :
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20570
https://jeda.id/stories/milenial-jadi-sandwich-generation-terjepit-dua-kepentingan-25
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/FileDownload/25_Buku_Perencanaan_Keuangan.pdf