GENERASI YEREMIA MENYELESAIKAN AMANAT AGUNG
Salah satu kunci keberhasilan penginjilan adalah
keberlanjutan penginjilan itu sendiri kepada generasi
berikutnya. Dalam peristiwa keluarnya bangsa Israel dari
tanah Mesir, Firaun sempat melarang bangsa Israel untuk
membawa anak-anak mereka (generasi selanjutnya) untuk
beribadah kepada Tuhan (Keluaran 10:9-11). Apabila kita
sepakat melihat Mesir pada masa itu sebagai gambaran ‘dunia’,
maka kita akan menemukan seolah dunia hari ini sedang
berbicara demikian: “generasi opa oma, papa mama boleh
mengenal Tuhan, tetapi anak-anak dan generasi berikutnya
tidak boleh mengenal Tuhan”.
Penginjilan tidak boleh hanya menjadi sejarah, tetapi
harus menjadi sesuatu yang terus eksis sampai hari ini.
Apalagi menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang semakin
dekat, seharusnya penginjilan menjadi sesuatu yang lebih
relevan bagi generasi ini dan lebih gencar dilakukan.
Gereja harus segera berbenah dan merubah paradigma
jemaatnya, khususnya generasi berikutnya. Penginjilan
tidak boleh lagi dipandang sebagai tugas orang-orang
tertentu saja seperti pendeta, gembala atau orang-orang
tua, tetapi sebagai ‘warisan besar’ yang harus terus
dijaga; bahkan dikobarkan lebih besar lagi apinya oleh
generasi berikutnya.
Apabila kita bercermin pada teks Alkitab, penginjilan
yang efektif tidak dimulai begitu saja. Kisah Para Rasul
1:8 dengan jelas mencatat:
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.”
Sebelum pergi memberitakan Injil dan menjadi saksi,
seseorang harus diperlengkapi terlebih dahulu oleh Roh
Kudus. Petrus menginjil kepada 3000 orang persis setelah
peristiwa Baptisan Roh Kudus di Yerusalem, Paulus
memberitakan Kerajaan Allah kepada bangsa-bangsa setelah
mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dalam
perjalanan ke Damsyik.
Momentum pencurahan Roh Kudus adalah momentum penting
dalam hidup orang percaya untuk mengobarkan penginjilan.
Oleh sebab itu, setiap masa membutuhkan pencurahan Roh
Kudus. Sebagai orang Pentakosta, kita meyakini bahwa
karya dan pencurahan Roh Kudus masih terus berlangsung
sampai hari ini untuk memperlengkapi setiap orang
percaya dalam penuntasan Amanat Agung.
Dalam salah satu bukunya, French Arrington menulis:
“Kuasa Roh Kudus memiliki hubungan langsung untuk
bersaksi. Sekalipun kata-katanya sederhana dan langsung
“to the point”, namun kata-kata rasul Petrus dibakar
oleh Roh Kudus dan membawa kesadaran akan dosa,
pertobatan dan pengampunan sehingga mengakibatkan 3000
orang diselamatkan.”
Kita percaya bahwa Alkitab masih relevan sampai hari ini.
Banyak cara yang berubah, tetapi prinsipnya tidak
berubah. Bahwa sejatinya Roh Kudus sendiri yang akan
memampukan setiap orang percaya untuk dapat
menyelesaikan Amanat Agung. Termasuk memampukan dan
memberdayakan generasi muda dalam mengobarkan lagi api
penginjilan pada masa ini.
Dalam suratnya, Paulus memperingatkan ‘anak rohani’ nya
yaitu Timotius untuk mengobarkan karunia Allah yang ada
padanya lewat penumpangan tangan Paulus atas Timotius
sebelumnya.
“Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan
karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku
atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh
ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan,
kasih dan ketertiban.
Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan
janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia,
melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan
Allah.”
2 Timotius 1:6-8
Kata ‘kuperingatkan’ menjadi suatu peringatan khusus
bagi Timotius untuk terus menjaga bahkan mengobarkan
‘warisan’ bagi generasi berikutnya. Dan di ayat 8
dijelaskan bahwa warisan itu adalah karunia Allah untuk
berjuang bagi pemberitaan Injil. Paulus berpesan agar
Timotius tidak takut, tidak malu bahkan rela ikut
menderita demi terjadinya pemberitaan Injil.
Dari hal ini menjadi jelas, bahwa penginjilan adalah hal
yang harus diwariskan oleh generasi terdahulu kepada
generasi berikutnya. Dan generasi berikutnya sebagai
penerima warisan tersebut harus menjaga dan mengobarkan
lebih lagi api penginjilan itu. Roh Kudus akan
memampukan dan menuntun generasi berikutnya untuk dapat
menjaga dan mengobarkan penginjilan. Itulah sebabnya,
sangat penting bagi generasi muda untuk menerima
pencurahan Roh Kudus di zaman ini.
Gereja kita mendapat visi, bahwa pada zaman ini kita
memasuki satu era baru dari sejarah pencurahan Roh
Kudus. Yaitu era Pentakosta Ketiga, di mana Roh Kudus
akan dicurahkan sekali lagi untuk memampukan generasi
muda dalam penginjilan. Roh Kudus akan bekerja dalam
segala aspek kehidupan generasi muda yang tujuannya
adalah penuntasan Amanat Agung.
PENGINJILAN ZAMAN INI
Dari pembahasan Alkitab di atas, kita dapat menemukan
bahwa Roh Kudus sendiri yang akan memampukan; bahkan
memberikan ide-ide kreatif sehingga penginjilan dapat
terus dilakukan sampai hari ini. Ada beberapa hal
penting tentang melakukan penginjilan pada zaman ini,
yaitu:
1. Menginjil di Sekolah-sekolah dan Kampus
Sekolah dan kampus adalah tempat di mana anak-anak lebih
banyak menghabiskan waktunya dibandingkan di tengah
keluarga dan gereja. Itu sebabnya maka sekolah-sekolah
dan kampus adalah tempat yang efektif untuk melakukan
penginjilan. Kita dapat mulai dengan mendoakan
teman-teman kita yang belum percaya pada Tuhan Yesus.
Lalu menunjukkan hidup benar dan penuh kasih sebagaimana
Yesus telah hidup. Sehingga teman-teman kita dapat
merasakan terlebih dahulu kasih Kristus lewat hidup kita.
Setelah pendekatan ini dilakukan, baru lah kita mulai
memberitakan tentang Tuhan Yesus sebagai Raja dan
Juruselamat umat manusia. Selanjutnya kita dapat
menantang mereka untuk menerima Tuhan Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat.
2. Menjadi Role Model Lewat Berbagai Platform Digital
Selain sekolah, generasi muda juga banyak menghabiskan
waktunya dengan menyimak berbagai platform digital.
Konten-konten yang kita upload setiap harinya dapat
menjadi sarana untuk memberitakan Tuhan Yesus. Kita
dapat memulai dengan menjadi role model bagi generasi
ini dalam platform digital. Role Model hidup benar,
hidup kudus, takut akan Tuhan dan lain-lain. Sehingga
diri kita diterima oleh banyak orang. Setelah itu kita
dapat menginjil dengan berbagai konten seperti kesaksian
pribadi, ucapan syukur dan menceritakan kebaikan Tuhan
Yesus. Kita juga dapat membuka ruang curhat dalam
platform digital sehingga banyak orang bisa punya ruang
untuk bercerita. Hal-hal seperti ini akan membuka
pintu-pintu penginjilan.
3. Memberitakan Tuhan Yesus Lewat Talenta
Yang terakhir dan tidak kalah penting adalah tentang “Talenta”.
Kita percaya bahwa setiap orang diperlengkapi dengan
berbagai macam talenta dan potensi. Dan apabila kita
percaya bahwa Baptisan Roh Kudus mampu memaksimalkan
hidup seseorang dalam berbagai aspek kehidupan, maka
kita juga akan mengerti bahwa setelah menerima
pencurahan Roh Kudus kita dapat memaksimalkan seluruh
talenta dan potensi hidup kita.
Talenta dan potensi yang kita maksimalkan dan kerjakan
dengan baik ini kemudian akan dapat menjadi kesaksian
bagi banyak orang. Orang-orang yang diberkati lewat
kepiawaian kita bermain musik, menyanyi, bermain bulu
tangkis; bahkan sekedar mengerjakan soal-soal sulit
matematika dapat bertanya dan ingin tahu, bagaimana kita
orang-orang percaya memaksimalkan talenta dan potensi
yang kita miliki.
Hal ini kemudian yang akan menjadi pintu besar bagi
tersiarnya kabar Injil. Bahwa Tuhan Yesus yang telah
memampukan kita untuk mengembangkan berbagai talenta dan
potensi yang kita miliki, sehingga menjadi berkat bagi
banyak orang.
Sebagai generasi Yeremia, adalah tanggung jawab kita
untuk lebih lagi mengobarkan api penginjilan sampai
Tuhan Yesus datang! Mari memberitakan Tuhan Yesus di
sekolah-sekolah dan kampus, berbagai platform digital
bahkan lewat segala talenta dan potensi yang kita
maksimalkan. Tuhan Yesus Memberkati! (PTB)
______________________________
DAFTAR PUSTAKA
Arrington, French L. Doktrin Kristen Perspektif
Pentakosta. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2005.