Hati-hati, Pikiran Bisa Bahayakan Jiwa!
Marilah,
baiklah kita berperkara!-firman Tuhan- Sekalipun
dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti
salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba,
akan mejadi putih seperti bulu domba. Yesaya 1:18
Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup. Dia 100%
Allah dan juga 100% manusia. Sebagai Allah, Dia tahu apa
yang dirasakan oleh manusia. Dia memiliki pikiran,
kehendak dan perasaan sama seperti manusia.
Dalam Perjanjian Lama Allah berkata:
“Dengarlah hai Israel Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa,
kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Ulangan
6:4-5
tetapi di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengajarkan
supaya kita mengasihi Tuhan Allah;
“….. dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwa dan
dengan segenap akal budimu”.
Matius 22:37
Tuhan Yesus menambahkan satu unsur yang tidak kelihatan,
yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi kita.
Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan 2 kelompok
orang Kristen, yaitu: orang yang hanya membutuhkan iman
dalam kehidupannya dan orang yang hanya membutuhkan
rasio atau pikiran saja.
Dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang
menggunakan rasio atau pikiran daripada iman, karena
menggunakan pikiran itu lebih mudah. Berhati-hatilah!!
Karena banyak orang menjadi salah melangkah dan jauh
dari Tuhan karena menggunakan pikiran yang dia miliki
tanpa menyelaraskan dengan apa yang Tuhan mau. Bagaimana
seharusnya kita menggunakan pikiran kita?
1. Sadar bahwa pemikiran saja tidak akan sanggup
mengerti tujuan dan kehendak Allah jika tidak disertai
oleh pewahyuan
Pikiran dapat menjadi alat bantu yang sangat berguna di
dalam mempelajari tujuan dan kehendak Allah, tetapi
hanya melalui pewahyuan dari Tuhan kita sanggup mengerti
apa yang menjadi tujuan dan kehendak Allah. (Yoh
14:25-26;16:13)
2. Sadar bahwa pikiran; seperti anggota tubuh yang
lainnya perlu diberi makanan
Kesalahan banyak orang ialah menyangka bahwa pikiran
dapat berfungsi secara obyektif tanpa pengaruh oleh
“bahan-bahan” apa yang dimasukkan ke dalamnya.
Dengan kata lain jika kita sering memasukkan bahan-bahan
tertentu ke dalam pikiran kita maka seperti itulah hasil
yang akan dikeluarkan oleh pikiran kita. Kita harus bisa
menyaring apa yang masuk ke dalam pikiran kita. (Mzm
1:1-3, 119:97; Fil 4:8-9)
3. Sadarlah bahwa pikiran yang terus menerus dipupuk
adalah pemicu dari tindakan yang kita lakukan
Kadang-kadang seseorang bertindak “gegabah” dengan
melakukan sesuatu yang belum dipikirkan matang-matang
dan hanya bertindak mengikuti emosi yang ada di hatinya
saat itu. Namun jika hal itu terjadi berulang-ulang maka
orang itu tidak dapat mengklaim bahwa hal itu hanya
sekedar emosi sesaat belaka tetapi sesuatu yang
merupakan hasil pemikiran yang bercokol cukup lama dan
pada akhirnya membuahkan hasil baik negatif maupun
positif. (Amsal 23:7)
4. Sadarlah bahwa pikiran akan bekerja sama dengan
perasaan untuk membentuk kehendak
Kita harus mengendalikan pikiran kita untut taat kepada
firman Tuhan. Para ahli psikologi seringkali
menggambarkan emosi sebagai hal yang membuat pikiran
kita seolah-olah menjadi nyata di dalam hati kita.
Pikiran yang seringkali berjumpa dengan emosi akan
melahirkan keputusan (resolution) dan jika hal ini
sering dibiarkan terjadi maka akan berubah menjadi
keyakinan (conviction) dan pada saat yang tepat
diwujudkan menjadi tindakan. (Kejadian 3:6-7). (AB).
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12:2