HIDUP SEBAGAI INSAN PENTAKOSTA
Mendengar Suara Tuhan dan
Berkata-Kata Atas Nama Tuhan
Dalam Injil Yohanes kita banyak melihat bagaimana Tuhan
Yesus secara pribadi menyampaikan kepada murid-murid-Nya
bagaimana kelak kehidupan dan pelayanan sebagai orang
percaya paska kematian-kebangkitan dan kenaikan-Nya ke
Sorga. (Yohanes 14:16-17; 14:26; 16:13)
Kita harus menjadi seorang pemenang. Perlu kita ingat
bahwa yang menjadi kunci kemenangan dalam kehidupan
orang percaya adalah kehidupan yang dipimpin dan
dituntun oleh Roh Kudus (Roma 8:11,13; Galatia 5:16,25)
dan bukan sekedar hikmat, kepintaran, kehebatan dan
kebijaksanaan kita sendiri. (Amsal 3:5- 7)
MENDENGAR SUARA TUHAN
Apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada
murid-murid-Nya sehubungan dengan:
• Roh Kebenaran
• Penolong yang lain
• Penghibur
yaitu Roh Kudus adalah untuk mempersiapkan murid-murid
dalam sebuah dimensi baru hidup kekristenan, yaitu hidup
yang dipimpin oleh Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 2:1-4 menuliskan:
“Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka
mulai berkata-kata... seperti yang diberikan oleh Roh
itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
(Ayat 4)
Tepat 50 hari setelah kebangkitan Tuhan Yesus, 120 murid
sedang berkumpul dan mereka dipenuhi dengan Roh Kudus,
disitulah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus dimulai.
Roh Kudus menuntun dan memimpin bukan hanya dalam
kehidupan pribadi orang percaya tetapi juga gereja-Nya
dalam melaksanakan missio christi yaitu menuntaskan
Amanat Agung. (Kisah Para Rasul 13:2,4; 15:28 16:6;
21:10-11)
Pasal terakhir dalam Kisah Para Rasul (pasal 28)
bukanlah merupakan pasal penutup dari Kisah Para Rasul.
Kisah Para Rasul belum berhenti dan terus berlanjut
sampai dengan era kita sekarang ini. Saat kita
memperhatikan sejarah Gereja mulai tahun 100-2020 Masehi,
kita mendapati bahwa Roh Kudus tetap memenuhi,
memberikan kuasa dan otoritas kepada orang percaya.
Mereka adalah sebagian kecil dari hamba-hamba TUHAN yang
melanjutkan gerakan Pentakosta gereja mula-mula. Mereka
melayani dengan urapan dan karunia Roh Kudus. Ada
mujizat dan tanda heran, kesembuhan ilahi yang menyertai
pelayanan mereka. Demikian juga dalam kehidupan
bergereja; karena kita dipimpin dan dituntun oleh Roh
Kudus sebagaimana gereja mula-mula, maka Insan
Pentakosta juga percaya bahwa Tuhan masih berbicara
secara khusus untuk menyampaikan pesan, arahan, tuntunan
bagi jemaat melalui para pemimpin rohani.
Karena Tuhan masih berbicara kepada umat-Nya, maka
mendengar suara Tuhan adalah hal yang normal dialami
oleh Insan Pentakosta, sebab mendengar suara Tuhan
bukanlah tentang kemampuan manusia untuk mendengar
suara-Nya, tetapi tentang kehendak Tuhan yang ingin
memperdengarkan suara-Nya kepada orang-orang percaya,
sekalipun kita sedang dalam keadaan berdosa. Tugas kita
adalah melatih kepekaan dalam mendengar suara-Nya.
Yohanes 10:2-5 dengan sangat jelas mengatakan bahwa
sebagai domba-domba-Nya, kita mendengar suara-Nya, kita
mengikuti Dia karena kita mengenal suara-Nya. Kita tidak
mungkin mengenali suara Tuhan Yesus jika kita tidak
melatih kepekaan dalam mendengar suara-Nya dan tidak
memiliki pengalaman hidup sehari-hari dalam mendengar
suara-Nya.
Dengan membangun hubungan yang intim dengan Tuhan, kita
akan memiliki kepekaan dan kemampuan dalam membedakan
mana nubuat atau tuntunan yang benar dari Tuhan dan mana
yang bukan; tentu dengan mengujinya berdasarkan Firman
Tuhan (Alkitab).
BERKATA-KATA ATAS NAMA TUHAN
Dalam kehidupan sehari-hari, memperkatakan Firman Tuhan
merupakan sesuatu yang lumrah, sebagaimana diajarkan
dalam Firman Tuhan. (Yosua 1:8) Itulah sebabnya banyak
ditemui dalam kalangan Insan Pentakosta, dalam doa
mereka ada deklarasi (decree), memperkatakan Firman
Tuhan dengan penuh iman. Ayat-ayat Alkitab menjadi doa
mereka dan mereka imani pasti akan terjadi.
• Perkatakan dengan penuh iman ketika sakit. (1 Petrus
2:24)
• Perkatakan dengan penuh iman ketika mengalami hidup
yang tertekan karena kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.
(Filipi 4:13)
Bagaimana dengan para pemimpin jemaat? Pemimpin jemaat
yang tertinggi adalah gembala jemaat lokal. Merekalah
yang menjalankan tugas penggembalaan kepada jemaat yang
dipercayakan TUHAN kepada mereka masing-masing. Memberi
makan domba (umat Tuhan) dengan makanan rohani, yakni
pengajaran Firman Tuhan yang sehat agar mereka bertumbuh;
dan tidak jarang juga makanan jasmani bagi jemaat yang
membutuhkan.
Mazmur 23 berkata bahwa seorang gembala harus menuntun
domba ke air yang tenang dan ke padang yang berumput
hijau. Demikian juga gembala jemaat lokal harus dapat
menuntun umat yang TUHAN percayakan padanya. Gembala
jemaat lokal harus memiliki keintiman dengan Tuhan,
sebab melalui hubungan yang intim/ dekat dengan Tuhan
itulah mereka akan mendapatkan tuntunan, arahan Tuhan
bagi umat yang dia gembalakan.
Robert Menzies dalam bukunya menyatakan bahwa dalam
khotbahnya paska baptisan Roh Kudus, Petrus merujuk
kepada kepada salah satu nubuatan Perjanjian Lama
terkait dengan kedatangan Roh Kudus, yakni Yoel 2:28-32;
serta mendeklarasikan bahwa nubuatan ini juga sedang
dipenuhi. (Kisah Para Rasul 2:17-21)
Sama seperti Tuhan Yesus diurapi untuk memenuhi tugas
kenabian-Nya, demikian juga murid-murid Yesus kini telah
diurapi sebagai nabi-nabi akhir zaman untuk menyatakan
Firman Allah.
Dalam Kisah Para Rasul 2:18 Lukas memasukan kalimat,
“…. dan mereka akan bernubuat.”
Ke dalam kutipan dari kitab Yoel. Dan Lukas menekankan
fakta bahwa Roh Kudus datang sebagai sumber inspirasi
nubuatan. Ada sebuah pesan yang Lukas tidak ingin
pembacanya terlewat, bahwa Gereja di zaman akhir ini
adalah komunitas para nabi. Para nabi yang terpanggil
untuk membawa pesan “keselamatan sampai keujung bumi”. (Yesaya
49:6; Kisah Para Rasul 1:8) Lukas juga mengingatkan para
pembacanya bahwa mereka telah dijanjikan kuasa untuk
memenuhi panggilan tersebut dan memampukan Gereja untuk
menjadi saksi-Nya.
Wayne Grudem, seorang profesor Alkitab menyebutkan bahwa
bernubuat adalah salah satu karunia Roh sebagaimana
dicatat dalam 1 Korintus 12,14. Dalam Perjanjian Baru
kita mengenal ada beberapa Nabi seperti:
• Agabus (Kisah Para Rasul 11:28)
• Barnabas
• Simeon yang disebut Niger
• Lukius orang Kirene dan Menahem (Kisah Para Rasul
13:1)
Grudem menambahkan dalam catatannya, hal yang sangat
penting dari nubuatan adalah fakta bahwa nubuatan
tersebut berdasarkan dari sesuatu yang telah diungkapkan
oleh Roh Kudus, dan nubuatan diizinkan untuk disampaikan
dengan penuh kuasa untuk memenuhi kebutuhan jemaat pada
saat itu dan dinyatakan secara spontan oleh Roh Kudus.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Insan Pentakosta memiliki
doktrin yang berbeda dengan aliran yang lain dalam
kekristenan, khususnya terkait dengan Baptisan Roh Kudus
dan bahasan lain yang terkait dengan Baptisan Roh Kudus.
Insan Pentakosta percaya bahwa Baptisan Roh Kudus adalah
berkat yang kedua (second blessing) yang diterima oleh
orang percaya setelah kelahiran baru. Jika pemahaman
awalnya saja berbeda, maka dalam menjalankan praktek
hidup kekristenan dan pelayanan serta pola, model dan
prinsip kepemimpinan dalam bergereja tentu berbeda.
Marilah kita mengedepankan diskusi untuk dapat saling
mengenal ajaran satu dengan yang lain, melihat doktrin,
ajaran dan praktek hidup kristiani dari ‘kacamata’ yang
sama. Lebih dari itu:
“…hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu
jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan
sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap
yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain
juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan.”
(Filipi 2:1-6). (DL)