JAMINAN KEKAL YANG TAK BERSYARAT MITOS ATAU KEBENARAN ?
Kepercayaan tentang
adanya jaminan yang kekal sudah ada sejak dari Taman
Eden. Allah mengatakan kepada Adam dan Hawa untuk tidak
makan buah dari ‘pohon pengetahuan’ yang berada di
tengah-tengah Eden. Apabila mereka memakannya, mereka
akan mati. Ular sebagai agen iblis, memberi rasa aman
kepada Adam dan Hawa dengan cara membalikkan firman
tersebut dan mengatakan: “Sekali-kali kamu tidak akan
mati.” Rasa aman yang salah itulah yang mendorong mereka
berbuat dosa dengan memakan buah ‘pohon pengetahuan’
tersebut.
Apakah seorang Kristen yang telah menerima anugerah
keselamatan, lalu dengan sadar dan sengaja kembali ke
gaya hidup penuh dosa; bisa tetap selamat? Banyak orang
Kristen mengekspresikan pemahaman mereka dengan slogan:
• Sekali selamat, tetap selamat
• Sekali menjadi anak, tetap menjadi anak
• Sekali dalam kasih karunia, tetap di dalam kasih
karunia
Istilah teologi yang lebih teknis tentang hal ini adalah
“Preseverance of The Saints” atau “Ketekunan orang
Kudus.” Sesungguhnya mana yang juga tersirat dalam
istilah tersebut, menyiratkan tentang penginjilan,
pemuridan, pertolongan kepada orang miskin dan lemah.
Jemaat gereja mungkin bertanya-tanya tentang keselamatan
dari seorang Kristen yang meninggal dalam kondisi rohani
yang penuh tanda tanya. Pertanyaan tersebut juga relevan
dengan segenap kehidupan kita.
KASIH KARUNIA DAN JAMINAN KESELAMATAN DALAM PERJANJIAN
LAMA
Tindakan berbalik kepada kehidupan dosa dan murtad dalam
Perjanjian Lama menjadi latar belakang dari pada ajaran
Perjanjian Baru tentang murtad dan kembali kepada
kehidupan yang bergelimangan dosa. Dipilihnya dan
dievakuasinya Bangsa Israel dari Mesir tidak berarti
bahwa mereka menerima jaminan keselamatan yang tidak
bersyarat. Kasih karunia yang membebaskan mereka dari
Mesir; membawa mereka menyeberangi Laut Teberau,
sesungguhnya tidak membebaskan mereka dari
mempertanggung-jawabkan kehidupan pribadi.
Dalam 1 Kor. 10:4 Paulus mengatakan bahwa orang Israel
minum dari batu karang yang selalu mengikuti mereka,
yaitu Kristus. Namun dalam perjalanan di padang gurun,
bangsa ini melakukan hal-hal yang keji, penyembahan
berhala, tindakan seksual yang tidak bermoral dan
sebagainya; akhirnya Allah menghakimi mereka. Akhirnya,
mereka mati dan mayat mereka tersebar di padang gurun.
Kristus yang ilahi sesungguhnya menyediakan ‘air yang
hidup’ bagi perjalanan Israel rohani. Tetapi Tuhan juga
tidak senang atas ketidaktaatan orang percaya di
Korintus. Dalam ayat ke 12 Paulus mengingatkan jemaat
Korintus yang suka memuaskan diri sendiri; bahwa mereka
juga bisa bernasib sama seperti generasi padang gurun.
Ayat ini juga menjadi peringatan bagi generasi-generasi
mendatang yang mungkin akan melakukan praktek-praktek
yang sama dengan generasi padang gurun dan generasi
jemaat Korintus. Dari kisah tersebut di atas kita dapat
mengenali bahwa Perjanjian Lama tidak mengenal azas:
“Sekali dalam kasih karunia, selamanya tetap dalam kasih
karunia.” Tidak ada jaminan keselamatan bagi orang
percaya yang memilih berjalan di luar kehendak Allah.
Jaminan keselematan hanya tersedia bagi orang yang
berjalan di dalam kehendak Allah.
KASIH KARUNIA DAN JAMINAN KESELAMATAN DALAM PERJANJIAN
BARU
LAHIR BARU adalah awal perjalanan rohani kita di dalam
Kristus. Lawan kata dari Lahir Baru bukanlah Tidak Lahir,
melainkan Kematian. Dan, di sepanjang perjalanan rohani
kita, bukan tidak mungkin kita mengalami kematian rohani.
a. Ajaran Rasul Paulus
“Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati;
tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan
tubuhmu, kamu akan hidup.” (Roma 8:13)
“Bagi Paulus, jaminan keselamatan itu dibangun di atas
fakta bahwa ia terus menerus berjuang untuk mengejar
kesempurnaan.” (Fil. 3:12-16)
Para penganut paham Hyper Grace menyalah artikan
kata-kata Paulus dalam Efesus 4:30, yaitu: “Dan
janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah
memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”
Dalam Efesus 1:1, Paulus lebih dulu meng-clear-kan hal
ini; bahwa hal itu berlaku hanya bagi orang percaya yang
hidup di dalam Kristus. Ayat itu menegaskan bahwa Allah
telah menyediakan warisan-Nya bagi orang-orang yang
setia di dalam Kristus. Dan janji Allah itu adalah
sesuatu yang pasti; sama pastinya dengan keharusan kita
untuk bertekun menghidupi kekristenan kita.
b. Janji Tuhan Yesus
“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal
mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup
yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan
merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yoh. 10:27, 28)
Sekilas, ayat ini kedengarannya mengandung makna bahwa:
• jaminan keselamatan yang kekal dan tak bersyarat, dan
• orang percaya tidak mungkin bisa murtad.
Tetapi sebelum kita terburu-buru membuat asumsi apapun,
mari kita lihat nilai asli yang dikandung dalam ayat
tersebut. Beberapa kata kerja dalam ayat tersebut
ditulis dalam present tense, artinya dilakukan
terus-menerus. Sehingga ayat tersebut seharusnya
berbunyi: “Domba-domba-Ku terus-menerus mendengarkan
suara-Ku, dan Aku terus-menerus mengenal mereka dan
mereka terus-menerus mengikut Aku, dan Aku terus-menerus
memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan
seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.”
Tujuan kata-kata Tuhan Yesus tersebut adalah agar orang
percaya tidak mengkhawatirkan pendakwa-pendakwa mereka
dan bahaya maut selama mereka terus-menerus hidup di
dalam Kristus. Jadi, ayat ini tidak dalam konteks
memustahilkan orang percaya bisa murtad dan kehilangan
karunia kehidupan kekal.
c. Peringatan Tuhan Yesus
Sepanjang pelayanan-Nya selama 3,5 tahun, Tuhan Yesus
berkali-kali memberikan peringatan tentang bahayanya
bagi orang percaya yang kemudian murtad.
• Dalam Mat. 12:21-37 dan Markus 3:23-30 Yesus
memperingatkan orang Farisi tentang konsekuensi dosa
menghujat Roh Kudus
• Dalam Luk. 12:8-12 Yesus memperingatkan
murid-murid-Nya akan bahayanya dosa yang sama, yaitu
menghujat Roh Kudus.
Tuhan Yesus mengingatkan bahwa dosa menghujat Roh Kudus
tidak akan diampuni. Para murid-murid harus berhati-hati
agar tidak sampai menghujat Roh Kudus. Tujuannya bukan
untuk membuat orang percaya merasa tidak aman, melainkan
agar orang percaya jangan terlalu percaya diri (over
confidence) secara rohani dan jadi gegabah.
PANGGILAN TUHAN
1. Semua Orang Dipanggil Kepada Keselamatan
Dalam area ini kita menemukan 2 (dua) istilah, yaitu:
pre-destinasi dan orang-orang pilihan Tuhan. Jauh
sebelum dunia ini dijadikan Allah berinisiatif untuk
menyediakan keselamatan bagi semua orang. Allah
memanggil kita kepada keselamatan melalui Injil, dan
kita menerima kasih-karunia-Nya secara gratis melalui
respon iman kita (Efesus 1:4, 2 Tim 1:9, 1 Pet. 1:20).
Kemudian kita hidup dalam pertobatan dan beriman kepada
Kristus. Itulah cara kita untuk menjadi orang-orang
pilihan Tuhan!
2. Individu-individu Dipanggil Kepada Pelayanan Tertentu
Tuhan memanggil semua orang kepada keselamatan melalui
Kristus, namun Dia memanggil individu-individu tertentu
kepada tugas-tugas tertentu. Paulus mengatakan bahwa
Allah telah memilih dia sejak dari dalam kandungan
ibunya, dan memanggilnya melalui kasih karunia-Nya,
kepada Injil (Gal.1:15,16). Tetapi kemudian ia juga
berkata bahwa respon ketaatannya adalah hasil pilihannya
sendiri (Kis. 26:19). Dia tidak menyangkali bahwa
sekalipun ia telah menuntun banyak orang kepada
keselamatan, dirinya sendiripun bisa menjadi murtad dan
ditolak (1 Kor. 9:22-27).
3. Panggilan Tuhan Dan Pilihan Hidup Kita
Paulus menyadari bahwa ketidak percayaan dan terus
menerus hidup dalam dosa, menjadi bahaya yang sangat
besar terhadap keselamatan pribadi seseorang. Kebanyakan
orang Kristen percaya bahwa dosa jenis apapun akan
mendukakan hati Tuhan, dan tidak bisa dianggap sebagai
masalah yang kecil.
Namun ada kepercayaan yang populer terkait dengan
pernyataan Paulus dalam Roma 8:35-39; bahwa tidak ada
sesuatu apapun yang dapat memisahkan kita dari Kasih
Allah yang menyelamatkan kita. Namun daftar panjang
dalam pernyataan tersebut sesungguhnya tidak meliputi
ketidak percayaan kita dan kedegilan kita untuk terus
hidup dalam dosa.
Bahkan dalam ayat 13 pasal tersebut Paulus dengan
gamblang menyatakan bahwa orang Kristen yang terus hidup
“menuruti keinginan daging”; akan “mati.” Semua orang
yang mendengar Injil memiliki kebebasan dalam mengambil
keputusan untuk menerima Kristus, tetapi ini hanya
sebuah awal; yang perlu diikuti dengan ketekunan untuk
hidup kudus.
JAMINAN KESELAMATAN YANG SEJATI
1. Kebangkitan Yesus Kristus adalah Fondasi Keselamatan
Yang Kokoh
“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan
kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang
kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri.
Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh
berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan
kepadamu -- kecuali kalau kamu telah sia-sia saja
menjadi percaya.” (1 Kor. 15:1,2). Keselamatan yang
benar dan sejati adalah ketika kita pertama kali
menerima Injil. Paulus tahu bahwa sekalipun jemaat
Korintus telah sungguh-sungguh diselamatkan, tetap ada
kemungkinan mereka berbalik dan menjadi murtad, sehingga
kepercayaan mereka akhirnya menjadi sia-sia.
2. Kuasa Tuhan Dapat Mengatasi Cobaan dan Dosa
Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan adalah sebuah
proses konversi, yaitu perubahan yang terus-menerus
sampai kepada pemuliaan (glorification). Tetapi penganut
paham jaminan keselamatan kekal yang tak bersyarat
percaya bahwa proses pemuliaan pasti terjadi; tidak
perduli seperti apa kualitas karakter orang percaya
tersebut. Dosa bukan masalah yang serius. Tetapi
sebenarnya dosa adalah masalah yang serius, sebab itu
adalah perbuatan melawan Tuhan, dan melawan kasih-Nya
terhadap kita. Paulus bersikeras mengatakan bahwa hidup
terus-menerus dalam dosa membuat keselamatan final
menjadi tidak mungkin.
Dia menyodorkan pernyataan retorik:
• "Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin
bertambah kasih karunia itu?”
• “Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa,
bagaimanakah kita masih dapat hidup
di dalamnya?” (Roma 6:1,2)
Jika kita masih terus hidup dalam dosa, hentikan itu
dengan mencari bantuan Tuhan, dan membentengi diri kita
dengan Firman Tuhan, doa, dan dukungan seorang yang
dewasa rohani.
Melakukan dosa terus-menerus akan menghancurkan hubungan
kita dengan Kristus! Apakah itu berarti bahwa orang
Kristen tidak dapat berdosa lagi? Tidak! Namun, jika
kita terus-menerus gagal melakukan perintah Tuhan, kita
akan kehilangan keselamatan itu.
3. Setia Hidup Kudus dan Bertekun
Paham Once Save Always Save (OSAS) memiliki daya tarik
yang kuat bagi generasi post modern, karena doktrin itu
memberi kenyamanan; sampai memberi kepastian bahwa
bahkan dosa pun tidak akan memisahkan manusia dari
Allah. Ada penekanan yang ‘berat sebelah’ terhadap
keseimbangan di antara kasih karunia dan panggilan untuk
hidup kudus.
• Ibrani 12:14 menegaskan betapa pentingnya ‘hidup
menurut kehendak Tuhan’ bagi terealisasinya kehidupan
kekal.
• 1 Pet.1:15 menegaskan bahwa sama seperti Kristus rela
meninggalkan kenyamanan surgawinya untuk turun ke dunia
untuk menebus kita, demikian pula kita juga harus rela
meninggalkan kesenangan dan kenyamanan duniawi untuk
meraih kekudusan hidup kita.
• Gal. 5:4 menegaskan bahwa jemaat Galatia yang murtad
dan mengikuti ‘injil lain’ yang sebenarnya bukan injil;
sebagai orang yang “hidup di luar kasih karunia”, yang
secara harafiah berarti “jatuh keluar dari kasih karunia.”
Setiap tulisan dalam Perjanjian Baru (kecuali Filemon)
mengandung pesan dan peringatan tentang bahayanya hidup
keluar dari wilayah kasih karunia. Hal itu
mengindikasikan 2 (dua) realita kekristenan, yaitu:
a. Sebagian orang percaya masih suka berbuat dosa dan
paham OSAS memberi rasa nyaman dan aman kepada mereka.
b. Adanya tradisi gereja yang mengambil alih ajaran
Alkitab
PERANAN GEREJA - MENEGAKKAN STANDAR KEKRISTENAN
Banyak jemaat gereja yang hidup dalam dosa dari Senen
sampai dengan Sabtu, lalu ke gereja pada hari Minggu
untuk minta pengampunan, dan hari Senen berikutnya
mengulangi lagi siklus yang sama. Orang-orang yang
terus-menerus “keluar masuk dari keselamatan” memerlukan
bimbingan pastoral dan pemuridan. Orang percaya yang ada
di area itu, tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang betapa banyaknya dan mulianya jaminan bagi
mereka yang ada di dalam Kristus. Adalah tugas dan
peranan mimbar ibadah raya untuk menginformasikan hal
itu dan meng-encourage jemaat ke arah panggilan yang
mulia tersebut.
PERANAN ROH KUDUS - MEMBERDAYAKAN KEKRISTENAN KITA
Firman Tuhan menjamin adanya kasih karunia yang tetap
adanya, kepada orang percaya yang setia (Yudas 24,25).
Ketika Kristus kembali untuk menjemput umat-Nya, Allah
akan menampilkan kita: “kudus, tak bercela dan tak
bercacat di hadapan-Nya” ; oleh sebab itu kita harus
bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak goyah, dan
tidak pernah beranjak dari pengharapan Injil (Kol.
1:22,23)
Puncak keselamatan kita berada lebih dekat dari pada
sewaktu kita pertama kali menjadi orang percaya. Jadi
tetaplah berpegang kepada tangan Sang Juruselamat dengan:
• mengandalkan pengampunan dan kasih karunia-Nya yang
menyelamatkan;
• dan dengan hidup berkenan kepada-Nya
Paulus merangkum bahwa kehidupan yang setia itu adalah
kehidupan yang menghasilkan buah Roh, yaitu: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri
(Gal. 5:22,23).
Yesus Kristus melalui Roh Kudus akan memberikan kepada
setiap kita rahmat yang memberdayakan kita agar tetap
setia di sepanjang perjalanan hidup kita. Yang perlu
kita lakukan hanyalah meminta dan menerima karya-Nya
dalam hidup kita dari waktu ke waktu sambil kita
menjalani hidup ini, berjalan bersama Yesus Kristus yang
merupakan sumber sejati jaminan keselamatan kita. Amin.