JANGAN MEMBATASI ROH KUDUS BERKARYA DALAM HIDUPMU!
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan
kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai
kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” Yohanes
14:16-17a
Pernahkah kita merasakan ketakutan dan kebimbangan saat
mengetahui bahwa pribadi yang dikasihi dan mengasihi
kita, yang selama ini senantiasa bersama-sama, mendidik,
mengayomi, memberikan teladan akan segera pergi
meninggalkan kita? Sedih, gelisah, takut, rasa tidak
siap kehilangan, bingung, tentunya terasa berkecamuk
dalam perasaan kita. Demikianlah kira-kira yang
dirasakan oleh murid-murid Tuhan Yesus pada saat itu
ketika Dia menyampaikan pesan perpisahan kepada
murid-murid-Nya. Tentunya Tuhan Yesus mengetahui
kegalauan hati mereka, hingga akhirnya Dia berjanji
memberikan Penolong yang lain, seperti yang kita baca
dalam ayat di atas.
Siapakah Penolong yang Tuhan Yesus janjikan? Yang jelas
“Penolong yang lain” (Yun: allos parakletos) yang
dimaksudkan oleh Tuhan Yesus bukanlah tokoh manusia lain
yang datang setelah Yesus seperti klaim salah satu agama
tertentu. Sebab dengan jelas dan tegas Yesus menyatakan
bahwa Penolong itu adalah Roh Kebenaran, bukan manusia.
Jika kita membaca Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia
Sehari-hari (BIS) disebutkan: “Dia itu Roh Allah yang
akan menyatakan kebenaran tentang Allah.” (Yoh 14:7a).
Penolong lain yang dimaksud oleh Tuhan Yesus adalah Roh
Kudus, Dia adalah satu Pribadi. Ia eksis dan nyata,
sekalipun tidak dapat diraba secara fisik. Sebagai satu
pribadi, Roh Kudus mempunyai pengetahuan, kehendak,
emosi dan kuasa. Ia adalah Allah itu sendiri, bagian
dari Allah Tritunggal bersama dengan Allah Bapa dan
Tuhan Yesus.
Eksposisi keberadaan Roh Kudus dalam Alkitab bukanlah
baru dimunculkan dalam Perjanjian Baru, melainkan telah
diekspos dalam Perjanjian Lama dengan menggunakan
istilah Roh Allah atau Roh Tuhan. Roh Kudus telah ada
sebelum segala sesuatu ada dan turut serta dalam
peristiwa penciptaan alam semesta ini. (Kej 1:2; Mzm
104:30; Ayb 33:4)
Dia adalah Roh yang hinggap, memenuhi dan menguasai
manusia yang telah dipilih dan ditetapkan TUHAN sebagai
hakim-hakim, raja-raja, nabi-nabi, atau orang-orang
tertentu yang dikhususkan untuk melakukan tugas tertentu
seperti yang dilakukan oleh Bezaleel dan Aholiab. (Kel
31:1-11)
Dia juga adalah Roh yang dijanjikan dalam Yoel 2:28-29
dicurahkan ke atas semua manusia, kemudian digenapi
dalam peristiwa Pentakosta Pertama di Yerusalem lebih
dari 2000 tahun yang lalu, kemudian membesar pada
Pentakosta Kedua di Azusa Street (1906), dan puncaknya
pada masa sekarang ini yakni Pentakosta Ketiga yang
dimulai dari Indonesia di SICC menyebar ke bangsa-bangsa
sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
KARYA ROH KUDUS DALAM HIDUP KITA
1. Memimpin dan menuntun
“Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa
nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang
disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang
diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.
Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan
berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas
dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan
bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan
setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu,
mereka membiarkan keduanya pergi.”
Kis 13:1-3
“Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami,
supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak
beban dari pada yang perlu ini:” Kis 15:28
Dari dua peristiwa diatas, dapat kita pelajari bagaimana
Roh Kudus memberikan instruksi, arahan mengenai hal-hal
yang harus dilakukan atau diputuskan oleh para rasul
terkait dengan pelayanan misi maupun pelayanan kepada
jemaat. Roh Kudus memimpin dan menuntun kehidupan kita,
Roh Kudus yang ada dalam hidup kita siap menuntun,
memimpin, memberikan arahan dan langkah yang harus kita
tempuh dalam perjalanan hidup kita agar selaras dengan
kehendak TUHAN, jika kita mengijinkan dan memberi ruang
bagi Dia untuk berkarya dalam hidup kita. Sangat penting
bagi kita untuk melibatkan Roh Kudus, bukan hanya dalam
mengambil keputusan atas hal-hal yang penting saja,
bahkan yang sering kali kita anggap kurang penting dan
kita pikir bisa kita putuskan sendiri pun kita harus
menyertakan-Nya, agar kita tidak salah dalam melangkah.
2. Sumber Kuasa
Sebelum terangkat ke Sorga, Tuhan Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya,
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi." Kisah 1:8
Janji Tuhan ini, Dia genapi dan terjadi sesuai dengan
perkataan-Nya. Setelah peristiwa Pentakosta Pertama,
kita dapat membaca dalam kitab Kisah Para Rasul
bagaimana murid-murid dipakai dengan kuasa Roh Kudus
yang dahsyat, yang menyertai pelayanan dan pemberitaan
injil mereka.
Orang buta melihat, lumpuh berjalan, mati dibangkitkan,
segala kelemahan dan sakit penyakit disembuhkan dengan
kuasa Roh Kudus. Bahkan ada seorang yang bernama Simon
meminta agar ia dapat menerima kuasa itu, jikalau ia
menumpangkan tangan atas seseorang, ia juga boleh
menerima Roh Kudus, dengan iming-iming memberikan
imbalan uang kepada Petrus dan Yohanes jika mereka
mengimpartasikan kuasa tersebut kepadanya. (Kis 8:14-20)
3. Menyatakan Kehadiran Yesus dalam Hidup Kita
“Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan
menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan
Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan
dia.” Yoh 14:23
Mereka yang benar-benar mengasihi Yesus dan
sungguh-sungguh menaati perkataan-Nya akan mengalami
kehadiran dan kasih yang langsung dari Bapa dan Anak.
Bapa dan Anak datang kepada orang percaya melalui Roh
Kudus.
Yesus menyatakan diri kepada orang percaya yang taat,
melalui Roh Kudus yang menyatakan kehadiran Yesus
didalam orang yang mengasihi Dia. (Yoh 14:21)
Roh Kudus menyadarkan kita betapa dekatnya Yesus dan
realitas kasih, berkat, dan pertolongan-Nya dengan kita.
Kita perlu menyadari bahwa karya Roh Kudus itu tidak
terbatas, oleh karena itu kita jangan membatasi karya
Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita. Jika kita hanya
memberikan ruang bagi Roh Kudus sebagai tempat kita
bertanya dan sekedar meminta arahan dalam hidup atau
pengambilan keputusan, sama saja kita menganggap Dia
hanya seperti google assistant atau artificial
intelligence (AI) lainnya yang ada dalam gadget kita di
zaman now ini, yang kita gunakan untuk menambah
kenyamanan dan mempermudah hidup kita.
Demikian juga seandainya kita hanya menjadikan Roh Kudus
sebagai sumber kuasa yang kita gunakan dalam pelayanan
untuk melakukan tanda heran dan mukjizat, terlebih
sering kali tanpa sadar beberapa hamba Tuhan seakan-akan
‘menempatkan diri’ lebih tinggi dari Roh Kudus, dengan
memerintahkan Roh Kudus untuk berbuat begini, berbuat
begitu kepada jemaat dan mengambil semua kredit (baca:
kemuliaan) hanya untuk menambah popularitas bagi dirinya
sendiri saja. Dengan melakukan hal tersebut, mereka
bukan hanya sedang membatasi Roh Kudus berkarya, tetapi
juga tidak menghormati-Nya.
Biarlah tingkat pemahaman dan pengalaman kita terhadap
Roh Kudus tidak berhenti sampai pada pengenalan akan Dia
hanya sebagai Roh yang memimpin dan menuntun serta
sumber kuasa dalam pelayanan kita saja, tetapi lebih
dari itu, bagaimana Roh Kudus menyatakan kehadiran Tuhan
Yesus dalam hidup kita. Menyadari bahwa Yesus menyatakan
kehadiran-Nya dan menghampiri kita melalui Roh Kudus,
seharusnya membuat kita menanggapi dengan kasih,
penyembahan, dan pengabdian kepada TUHAN.
Salah satu contohnya adalah teladan yang ditunjukkan
oleh Polikarpus, seorang uskup di Smirna, murid dari
Yohanes anak Zebedeus, murid Yesus yang oleh inspirasi
Roh Kudus menulis injil Yohanes. Ketika Polikarpus
ditangkap dan terancam hukuman mati dengan cara dibakar
hidup-hidup kecuali dia mau menghujat Tuhan Yesus,
justru dia mengucapkan pernyataan iman dan kesetiaannya
kepada Tuhan Yesus:
"Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan
Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci
Raja [Kristus] yang telah menyelamatkanku?"
Ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana seseorang
yang tidak membatasi karya Roh Kudus dalam hidupnya
sekedar menuntun dan memimpin, sekedar sebagai sumber
kuasa semata, melainkan menyatakan kehadiran Kristus
dalam hidupnya. Bagaimana dengan kita? (DL)