KEDAULATAN TUHAN DAN KEHENDAK BEBAS MANUSIA
Kehendak bebas adalah kemampuan manusia untuk memilih,
menimbang dan membuat sebuah keputusan. Tuhan memberikan
kehendak bebas, ketika menciptakan manusia dengan firman:
“Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita.” Kejadian 1:26
Bukti bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dengan
kualitas “segambar” dan “serupa” dengan Tuhan, Allah
Sang Pencipta, adalah manusia diberi akal budi untuk
berpikir dan menimbang-nimbang keputusan. Manusia tidak
diciptakan bagai sebuah robot atau mesin yang hanya
beroperasi sesuai dengan tombol-tombol ataupun
perintah-perintah dari “sang operator”. Waktu menghadapi
banyak pilihan, sebagai makhluk berakal budi, manusia
dilatih untuk dapat menimbang-nimbang segala
pilihan-pilihan itu, inilah yang disebut dengan kehendak
bebas.
Di Taman Eden ada berbagai jenis pohon, yaitu
pohon-pohon yang buahnya bisa dimakan, pohon kehidupan
dan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. (Kejadian
2:16-17)
Pohon pengetahuan yang baik dan jahat tidak dilenyapkan
dari taman Eden oleh Tuhan sebagai bukti bahwa Allah
menghargai kehendak bebas manusia. Manusia diajar untuk
bertanggung jawab dengan pilihan yang dibuatnya, karena
ada konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil.
Tuhan yang Maha Berdaulat menciptakan manusia dengan
memiliki kehendak bebas (kemerdekaan) dalam memilih,
sebagai cerminan pemberian Kedaulatan Tuhan bagi manusia
dalam porsi yang terbatas. Kehendak bebas manusia sama
sekali tidak dapat melunturkan kemahakuasaan dan
kedaulatan Tuhan.
Mengenai kemerdekaan/kebebasan manusia, ada peringatan
keras dalam Galatia 5:13. Walaupun manusia dipanggil
untuk hidup dalam kemerdekaan, jangan sampai kehendak
bebas itu digunakan untuk hidup dalam dosa yang dapat
merusak kehidupan manusia itu sendiri. Sebaliknya,
kemerdekaan itu hendaknya dipakai untuk dapat melayani/membangun
satu dengan lainnya atas dasar kasih sesuai dengan
kehendak Tuhan.
Barry Schwartz, lewat ‘The Paradox of Choice’ menyatakan
bahwa ada dua jenis kebebasan atau kemerdekaan:
• Kebebasan Negatif (Negative Freedom): adalah bebas
dari perintah dan aturan. Dengan bebas dari perintah dan
aturan, manusia menjadi makhluk liar.
• Kebebasan Positif (Positive Freedom): adalah suatu
keadaan di mana manusia dengan kebebasan yang dimiliki
memilih untuk melakukan isi perintah dan aturan yang
dapat memaksimalkan potensi manusia.
Bila manusia yang diciptakan dengan memiliki kehendak
bebas menggunakan kebebasannya secara negatif, manusia
menjadi bebas sebebas-bebasnya, tanpa aturan, tanpa
hukum, tanpa etika, tanpa moral, tanpa mempertimbangkan
hak dan kewajiban sesamanya; dan manusia akan menjadi
makhluk yang liar.
Tapi bila manusia yang memiliki kehendak bebas
menggunakan kebebasannya untuk memilih yang baik dan
benar, maka lewat pilihannya itu, ia dapat memaksimalkan
potensi dirinya sendiri dan juga potensi orang lain,
sehingga apa yang sudah dirancangkan oleh Allah Sang
Pencipta dapat dicapai secara penuh.
Penjelasan Barry Schwartz dapat membantu menjawab,
mengapa Tuhan ‘membiarkan’ pohon tersebut tetap berada
di dalam taman Eden. Tuhan menghendaki manusia
menggunakan kehendak bebasnya untuk menaati kehendak
Tuhan. Sehingga Allah melihat bahwa manusia mengikuti
kehendak-Nya bukan karena tidak ada pilihan lain,
melainkan dengan sadar memilih untuk taat akan perintah
Tuhan. Inilah tujuan Tuhan memberikan kehendak bebas
kepada manusia, di tengah-tengah segala pilihan yang ada,
manusia tetap dapat menaati Kehendak Tuhan.
Sayangnya, manusia gagal, keliru menggunakan kehendak
bebasnya, sehingga jatuh ke dalam dosa. Padahal, jika
manusia memilih untuk taat kepada Tuhan, rencana Tuhan
akan digenapi dengan sempurna. (Kejadian 1:28)
TUHAN TETAP BEKERJA DI ATAS KEHENDAK BEBAS MANUSIA
Roma 8:28, Allah turut bekerja dalam ‘segala sesuatu’,
termasuk di dalamnya adalah kehendak bebas manusia.
Allah dapat menunjukkan kedaulatan-Nya dalam kehendak
bebas manusia.
Kisah Perjalanan Hidup Yusuf (Kejadian 37)
Waktu saudara-saudara Yusuf melihat bahwa Yakub lebih
mengasihi Yusuf, bencilah mereka kepada Yusuf, dan
kebencian kepada Yusuf bertambah, setelah Yusuf
menceritakan mimpi-mimpinya kepada mereka. Akhirnya
mereka berniat untuk membunuh Yusuf, tapi Ruben
mengusulkan supaya Yusuf dimasukkan ke dalam sumur
kering. Selanjutnya, tanpa sepengetahuan Ruben, mereka
menjual Yusuf kepada rombongan orang Ismael yang sedang
dalam perjalanan ke Mesir.
Kisah perjalanan hidup Yusuf sarat dengan penderitaan,
dimulai dengan kedegilan saudara-saudara kandungnya,
tipu daya istri Potifar, dan ketidaksetiaan dari
sahabat-sahabatnya di penjara; tapi berakhir dengan
penuh kemenangan dan sukacita. Ia dipakai Tuhan untuk
menyelamatkan keluarganya dari bencana kelaparan.
“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap
aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan,
dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang
ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”
Kejadian 50:20
Ketika saudara-saudara Yusuf merancangkan yang jahat
kepadanya, Tuhan tidak melakukan intervensi atas
tindakan jahat mereka tapi Allah menggunakan
perbuatan-perbuatan jahat saudara-saudara Yusuf tersebut
untuk menjadi jalan bagaimana Allah membangun sebuah
bangsa yang besar.
MENGGUNAKAN KEHENDAK BEBAS DENGAN BENAR
Yesus Kristus dalam Yohanes 15:7 mengajarkan:
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal
di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya.”
Dalam frasa “Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan
kamu akan menerimanya.” terlihat betapa Tuhan juga tetap
menghargai kehendak bebas manusia. Bagaimana supaya
kehendak bebas manusia tidak dipakai sembarangan
sehingga jatuh dalam dosa? Jawabannya adalah, “Jikalau
kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam
kamu”. Supaya tidak salah dalam menggunakan kehendak
bebasnya, manusia harus betul-betul hidup melekat dengan
Tuhan dan selaras dengan Firman Tuhan.
Tuhan mengajarkan manusia untuk memiliki pengetahuan
(cognitive) yang benar tentang Tuhan dan memiliki
pengalaman hidup (affective) bersama dengan Tuhan
sehingga manusia dapat menggunakan ‘kehendak bebas’ yang
sesuai dengan Kehendak Tuhan.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran
(cognitive) dan perasaan (affective) yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus.”
Filipi 2:5
Paulus dalam Galatia 5 mengajarkan supaya tidak tersesat
dalam kehendak bebasnya, manusia harus hidup sesuai
dengan pimpinan Roh Kudus,
“Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan
menuruti keinginan daging.”
Galatia 5:16
BERJALAN DALAM KEHENDAK TUHAN TIDAK SELALU MULUS
Pada tahun 1921, ada dua keluarga; David Flood dan Svea
serta Joel Erickson dan Bertha; yang atas keinginan
mereka sendiri berangkat menuju pedalaman Afrika untuk
menginjil di sana. David dan Svea membawa serta David Jr,
bayi pertama mereka yang berusia dua tahun. Dalam
perjalanan itu, David Jr. terkena penyakit malaria.
Waktu tiba di suatu desa, mereka tidak diizinkan untuk
masuk desa itu, sehingga mereka mendirikan pondok dari
lumpur yang berada di tepi luar desa dan tinggal menetap
di sana.
Setelah beberapa bulan, mereka menderita kekurangan gizi
parah dan jarang berhasil berhubungan dengan penduduk
desa. Setelah lewat enam bulan, kedua keluarga ini
berpikir untuk pulang. Keluarga Erickson memutuskan
untuk kembali ke Swedia, tetapi karena Svea hamil,
keluarga Flood tetap tinggal di desa itu. Saat itu, Svea
pun terserang malaria dan sering mengalami demam, tetapi
ia tetap memberikan bimbingan rohani kepada satu-satunya
kontak mereka dengan penduduk lokal, seorang anak kecil
dari penduduk desa tersebut.
Malaria membuat kondisi Svea terus memburuk di
tengah-tengah kehamilannya. Ia berhasil melahirkan
seorang bayi perempuan, tetapi setelah melahirkan, ia
meninggal dunia. Secara manusia, mereka gagal dalam
melaksanakan apa yang menjadi kerinduan mereka untuk
menjadi misionari di Afrika, bahkan David Flood harus
kehilangan istrinya.
Tapi siapa yang menyangka bahwa seorang anak kecil yang
membantu keluarga Flood, satu-satunya penduduk asli yang
berhasil dibimbing untuk menjadi pengikut Kristus
akhirnya menjadi penginjil yang berhasil dan memimpin
sebuah gerakan Pentakosta dengan 110.000 orang Kristen,
32 pos penginjilan, satu pusat sekolah Alkitab, dan
rumah sakit dengan kapasitas 120 tempat tidur. Nama
orang itu adalah Ruhigita Ndagora.
Walaupun secara manusia mereka merasa gagal, bahkan
harus kehilangan banyak hal, tapi “Allah lewat Roh-Nya
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Tuhan Yesus memberkati kita semua. (NS)