KEGERAKAN vs PERISTIWA PENTAKOSTA
Pembahasan mengenai pencurahan Roh Kudus, termasuk di
dalamnya peristiwa Pentakosta, adalah hal yang banyak
diperbincangkan dalam dunia kekristenan. Setiap arus
(stream) dalam kekristenan memiliki pandangan dan
argumentasi sendiri perihal Pentakosta. Insan Pentakosta
percaya bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Roh
Kudus sebagaimana tercatat dalam Alkitab, khususnya
kitab Kisah Para Rasul, masih terjadi sampai hari ini
dan dapat terjadi berkali-kali. Ini termasuk pencurahan
Roh Kudus itu sendiri, karya-karya dan mukjizat-mukjizat
yang dikerjakan-Nya.
Karena itu tidaklah heran banyak akademisi Pentakosta/Karismatik,
yang setelah berdoa dan menganalisa kegerakan Roh Kudus
dari masa-masa, percaya bahwa akan muncul dan sudah
mulai terjadi kegerakan Roh Kudus yang besar dan dahsyat,
yang melebihi peristiwa-peristiwa kegerakan Roh Kudus di
masa-masa sebelumnya. Masing-masing menggunakan istilah
dan definisi tertentu guna menjelaskan apa yang mereka
percaya akan dan sedang terjadi, seperti:
• Dr. C. Peter Wagner, menggunakan istilah “Third Wave
Movement”, yaitu melihat kegerakan Roh Kudus di zaman
modern yang dimulai di Azusa Street sebagai First
Movement (kegerakan pertama), bangkitnya karismatik di
tahun 1960-an sebagai Second Movement (kegerakan kedua)
dan merebaknya tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat (signs
and wonders) di berbagai kegiatan kekristenan di tahun
1980-an sebagai Third Movement (kegerakan ketiga).
Bahkan kegerakan ini digambarkan sebagai wave atau
gelombang yang deras dan kencang. Wagner percaya bahwa
kegerakan atau gelombang ketiga ini juga akan membawa
pemulihan jawatan/fungsi Nabi dan Rasul di dalam tubuh
gereja. Wagner menuliskan hal ini dalam bukunya “The
Third Wave of The Holy Spirit: Encountering the Power of
Signs of Wonders”, diterbitkan pada tahun 1988.
• Dr. William “Billy” Wilson, Presiden Oral Roberts
University dan Co-Chair Global Empowered21, menggunakan
istilah Fourth Wave atau gelombang keempat untuk
menggambarkan kegerakan Roh Kudus masa kini dan depan.
Melanjutkan apa yang Roh Kudus kerjakan sejak peristiwa
Azusa Street, Wilson menganalisa gelombang keempat ini
akan memiliki ciri-ciri pemulihan kesatuan gereja,
kesatuan penyembahan, mukjizat dan pelayanan, keberanian
memberitakan injil tanpa merasa malu, dan gereja harus
bersiap menghadapi penganiayaan oleh karena hal-hal
tersebut.
• Dr. Tim Hill, General Overseer Church of God,
Cleveland TN, menyatakan bahwa akan terjadi pencurahan
Roh Kudus seperti pada hari raya Pentakosta yang pertama
di Yerusalem. Ini akan mempercepat penyelesaian Amanat
Agung. Pengertian ini kemudian dijadikan tema utama COG,
Cleveland TN, yaitu Finishing The Great Commission with
the Power of Pentecost (menuntaskan Amanat Agung dengan
kuasa Pentakosta). Di sini jelas bahwa beliau melihat
bahwa bukan hanya sekedar pencurahan atau kegerakan Roh
Kudus, tetapi suatu kondisi yang menyerupai bahkan
melebihi peristiwa Pentakosta di Yerusalem sebagaimana
tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Garis besar dari pembahasan demi pembahasan mengenai apa
yang kiranya Roh Kudus akan kerjakan di masa-masa
mendatang ini adalah bahwa Amanat Agung Tuhan Yesus
Kristus hanya bisa diselesaikan dengan kuasa Roh Kudus
dan karena itu insan Pentakosta/Karismatik sangat
meridukan adanya lawatan Roh Kudus secara luar biasa di
masa-masa ke depan. Inilah yang amat dipercaya dan
dipegang teguh oleh insan Pentakosta/Karismatik.
William Seymour, tokoh peristiwa Azusa Street pun
bernubuat bahwa sesuatu yang lebih besar dari Azusa
Street akan terjadi di masa depan.
Pdt. DR. Ir. Niko Njorotahardjo, sebagai seorang hamba
Tuhan dan Gembala GBI Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta,
di mana GBI jelas beraliran Pentakosta , juga
mendapatkan visi dari Tuhan mengenai apa yang Roh Kudus
akan dan sedang kerjakan di masa-masa ini, yaitu apa
yang disebut sebagai Pentakosta Ketiga. Yang menarik
untuk dibahas adalah: apa yang membedakan visi ini
dengan visi (atau analisa) yang diutarakan oleh para
hamba Tuhan Pentakosta/Karismatik lainnya? Pemahaman
yang baik tentunya akan memberikan kedalaman pengertian
akan visi Pentakosta Ketiga.
Visi Pentakosta Ketiga adalah suatu keberlanjutan
peristiwa Pentakosta, mulai dari yang terjadi di kamar
atas Yerusalem sebagai Pentakosta Pertama, berlanjut ke
peristiwa di Azusa Street sebagai Pentakosta Kedua dan
sekarang kita ada pada masa Pentakosta Ketiga.
Untuk memahami keberlanjutan ini, kita perlu untuk
memperhatikan ciri-ciri yang terjadi di Pentakosta
Pertama dan menggunakan ciri-ciri (signature) tersebut
sebagai indikator dalam menganalisa berbagai kegerakan
Roh Kudus yang terjadi semenjak Yerusalem sampai hari
ini. Ciri-ciri atau indikator tersebut kita katakan
sebagai “Peristiwa Pentakosta”, yaitu:
Pertama: Bersifat massif, ekspansif dan multi-etnis.
Di dalam Kisah Para Rasul 2:8-11, orang Yahudi Diaspora
dan mereka yang tinggal di Yerusalem datang dan
menghadiri kejadian Pentakosta itu. Tercatat juga orang
Kreta dan orang Arab ada di sana. Ketika mereka bertobat
dan percaya kepada Yesus, jumlah awal tercatat 3.000
orang bertobat (2:41) serta tiap-tiap hari Tuhan
menambahkan jumlah mereka (2:47).
Api Pentakosta Pertama dibawa oleh orang-orang Yahudi
yang juga kembali ke daerah mereka masing-masing serta
mereka yang tersebar keluar dari Yerusalem karena
penganiayaan (8:4).
Kedua: Penekanan terhadap bahasa roh (glossolalia) dan
manifestasi kuasa Roh Kudus.
Di dalam Kisah Para Rasul 2:4, ketika para murid
dibaptis Roh Kudus maka mereka mulai berkata-kata dengan
bahasa-bahasa lain (λαλεῖν ἑτέραις γλώσσαις) seperti
yang diberikan Roh Kudus kepada mereka. Banyak orang
berkata bahwa bahasa lidah yang asli adalah mukjizat
berkata-kata dalam bahasa asing yang dimengerti (xenolalia).
Penekanan dalam tulisan Lukas adalah, dia ingin
menjadikan apa yang terjadi dalam Kisah 2 sebagai model
untuk pencurahan Roh Kudus pada zaman itu dan juga zaman
sekarang. Kita melihat di dalam Kisah Para Rasul 10:46
dan 19:6 bahwa kata yang sama juga digunakan (γλώσσαις).
Berbicara mengenai manifestasi kuasa Roh Kudus, di
sepanjang kisah naratif di Kisah Para Rasul kita melihat
bagaimana Roh Kudus menyertai kesaksian dan pemberitaan
Firman dengan tanda dan mukjizat (Kisah Para Rasul 2:43;
3:1-11; 5:12-16; 9:33,34; 12:7-17; 13:6-11; 14:8-10;
16:16-18; 19:11-12; 20:9-12; 28:7-9). Pentakosta selalu
menyakini bahwa kuasa Roh Kudus tercurah untuk orang
percaya bisa melayani di dalam tanda dan mukjizat.
Ketiga: Memiliki korelasi langsung dengan penuntasan
Amanat Agung.
Ketika Petrus berkhotbah di depan orang-orang Yahudi dan
penganut agama Yahudi itu, dia menutup dengan tantangan
keselamatan dan 3.000 orang bertobat (2:41).
Lukas mencatat pergerakan pelayanan dari para Rasul yang
diberdayakan oleh Roh Kudus mulai dari Yerusalem, Yudea,
Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi.
Filipus bersaksi dan membaptis sida-sida Etiopia
(8:26-40), Petrus membaptis keluarga Kornelius
(10:34-48), murid-murid yang dari kebangsaan Siprus dan
Kirene mulai mengabarkan Injil kepada orang Yunani
(11:19-21), dan akhirnya Paulus dan Barnabas membawa
Injil kepada kerajaan Romawi (13-28).
Berdasarkan ketiga ciri-ciri tersebut, maka kita dapat
menganalisa berbagai kegerakan yang terjadi dalam
sejarah kekristenan di dunia, apakah kegerakan tersebut
dapat disamakan sebagai peristiwa Pentakosta sebagaimana
yang terjadi di Yerusalem. Yang patut diingat adalah
bahwa ini bukan berarti kegerakan-kegerakan selain
Yerusalem dan Azusa Street adalah hal yang kecil dan
tidak penting. Sama sekali tidak demikian.
Kegerakan-kegerakan tersebut telah menorehkan
pembaharuan dan kemajuan yang amat berarti dalam
pertumbuhan gereja dan pemberitaan injil, karena tidak
ada peristiwa yang besar terjadi di dalam, kepada dan
oleh tubuh Kristus tanpa Roh Kudus turut campur langsung
di dalamnya. Ini yang harus selalu kita ingat. Namun
dalam hal suatu kegerakan dapat dikatakan sebagai
peristiwa Pentakosta, kita harus menggunakan ciri-ciri
sebagaimana yang ditunjukkan melalui peristiwa
Pentakosta Pertama di Yerusalem.
Sebelum peristiwa di Azusa Street, ada beberapa
pencurahan Roh Kudus yang terjadi yang juga diakui oleh
William Seymour, tokoh peristiwa Azusa Street, di
antaranya: kebangunan rohani di Swedia (1841-43),
Australia (1901), Keswick, Inggris (1902), Swedia
(1903), Wales (1904), Mukti, India (1905). Namun semua
peristiwa tersebut hanya memenuhi satu atau dua ciri
yang sama dengan Pentakosta Pertama di Yerusalem. Tidak
ada yang memenuhi ketiga indikator yang sudah kita bahas
sebelumnya. Termasuk Reformasi Protestan di abad ke-17
yang dimotori oleh Martin Luther dan bapa-bapa
reformator lainnya, sekalipun membawa pembaharuan luar
biasa bagi gereja, pun tidak memenuhi ketiga indikator
tersebut. Tetapi apa yang terjadi di Azusa Street adalah
perwujudan dari tiga indikator Pentakosta seperti yang
tercatat di Kisah Para Rasul 2, bahkan lebih dahsyat
secara jangkauan.
Espinoza menulis bahwa Azusa Street menjadi “titik pusat
pergerakan Pentakostalisme”. Bayangkan dalam waktu 100
tahun setelah peristiwa Azusa Street, pergerakan
Pentakosta Karismatik telah mengambil porsi 27% dari
kekristenan yang ada. Atas kedahsyatannya ini, kegerakan
di Azusa Street dijuluki Pentakosta Kedua.
Dari paparan di atas, sekarang kita menjadi mengerti ada
suatu perbedaan antara kegerakan (movement/wave/revival,
dll.) dengan peristiwa Pentakosta. Di dalam suatu
kegerakan, Roh Kudus bergerak untuk suatu maksud dan
tujuan tertentu, jangkauannya bisa hanya untuk wilayah
atau bangsa tertentu, bisa juga untuk sesuatu yang lebih
luas. Namun dalam peristiwa Pentakosta maka tujuan dan
maksud Roh Kudus bergerak adalah untuk memenuhi ketiga
ciri-ciri yang ditunjukkan-Nya melalui peristiwa
Pentakosta Pertama dan Kedua.
Bagaimana dengan Pentakosta Ketiga? Visi ini
dikumandangkan pertama kali tahun 2013 di Empowered21
Congress Asia 2013. Ketika ditekankan kembali di
Empowered21 Congress Asia 2018, “Fire & Glory”,
Pentakosta Ketiga sudah diterima begitu luas oleh
bangsa-bangsa. Kenyataannya, pada saat itu tercatat ada
44 bangsa—terjauh dari Greenland (mewakili bagian Utara
bumi) dan Vanuatu (mewakili bagian Selatan bumi)— yang
hadir untuk menerima pewahyuan yang baru dari Roh Kudus
mengenai adanya Pentakosta kembali—Pentakosta Ketiga!
Pengakuan juga datang dari komunitas Kristen dari
berbagai aliran (stream) seperti Baptis, Anglikan,
Injili, Protestan, Pentakosta, Karismatik terhadap
Pentakosta Ketiga secara global dan mereka masing-masing
membawa api Roh Kudus itu kembali ke bangsa mereka
sendiri!
Adakah pengakuan dari dunia akademis Kristen terkemuka
tentang Pentakosta Ketiga? Dalam sebuah karya tulis yang
dipresentasikan dalam Azusa Lecture, di Cleveland, Dr.
French L. Arrington yang adalah Guru Besar dari The Niko
Njotorahardjo Chair for The Restoration of The
Tabernacle of David di Pentecostal Theological Seminary
dan teolog terkemuka yang diakui oleh komunitas
akademisi Kristen di dunia, dia berkata:
“Hari ini tetap ada kerinduan yang dalam akan gerakan
Roh Kudus. Jalan Azusa dan banyak peristiwa yang
mendahuluinya, menghubungkan kebutuhan untuk menerima
pengalaman Pentakosta dan pengharapan bahwa Tuhan akan
segera kembali. Sekarang Dr. Niko, seorang pendeta di
Indonesia, memperkirakan bahwa sebelum Tuhan datang
kembali, akan ada pencurahan Roh yang baru — Pentakosta
Ketiga — peristiwa besar terakhir dalam mempersiapkan
dunia untuk kedatangan Tuhan kembali. Dia mungkin benar.
Panggung mungkin diatur untuk Pentakosta baru yang
menyebar ke seluruh dunia. Dari semua indikasi, kita
berada di bab terakhir dari akhir zaman, tapi kita tidak
tahu berapa lama bab itu akan berlangsung.”
Sekarang kita memahami apa yang menjadi kedalaman dan
kerinduan dari visi Pentakosta Ketiga. Ini bukanlah
hanya kerinduan terjadinya pembaharuan, pemulihan oleh
Roh Kudus terjadi atas gereja-Nya dan dunia, tetapi agar
apa yang terjadi di Yerusalem pada awal abad pertama dan
Azusa Street pada awal abad kedua puluh, terjadi lagi
lebih dahsyat dan besar dibandingkan kedua peristiwa
Pentakosta tersebut, sekarang!
Gereja tidak lagi terpetak-petakkan atas dasar suku atau
wilayah, umat Tuhan mengalami baptisan Roh Kudus dengan
tanda awal berbahasa roh dan manifestasi kuasa Roh Kudus
menyertai mereka sehingga dengan demikian Amanat Agung
diselesaikan. Ini yang seyogyanya menjadi visi dan
kerinduan semua orang yang menyatakan dirinya sebagai
murid Yesus Kristus. Amin. (CS/DAP).