KEHILANGAN KESEMPATAN KARENA KEHILANGAN INTEGRITAS
Kesempatan belum tentu datang dua kali! Ungkapan ini
mengingatkan kita untuk mempergunakan kesempatan yang
TUHAN berikan sebaik mungkin. Kehilangan kesempatan
terjadi bukan hanya karena kita tidak jeli melihat
kesempatan yang datang, kurang berusaha dengan keras
untuk memanfaatkannya, tapi juga karena kita kehilangan
integritas, saat ujian integritas datang mendahului
kesempatan yang TUHAN sedang dan akan berikan.
Elisa dan Gehazi memulai pelayanan dengan status dan
posisi yang sama yakni sebagai apprentice student (baca:
abdi/pelayan) dari seorang nabi Perjanjian Lama yang
dipakai TUHAN dengan dahsyat.
• Elisa menjadi pelayan Elia (1 Raja-raja 19:21),
sedangkan
• Gehazi menjadi pelayan Elisa (2 Raja-raja 4:12).
Namun sekalipun keduanya memulai dari posisi yang sama,
tapi akhir pelayanannya jauh berbeda.
Selama mengikuti Elia, Alkitab tidak pernah mencatat
Elisa melakukan hal yang tidak patut, hal yang
bertentangan dengan kebenaran. Dalam bahasa sehari-hari,
Elisa tipikal pelayan yang 'lurus-lurus' saja. Elisa
dengan tekun mengiring Elia sambil memperhatikan dan
belajar langsung dengan melihat praktek dan keteladanan
Elia. Hingga satu saat ketika tiba waktunya Elia akan
diangkat ke sorga, dengan penuh gairah Elisa meminta "dua
bagian dari roh Elia" artinya mengklaim hak sebagai anak
rohani yang sulung dan bagian warisan rohani dua kali
lipat. Kita menyebutnya dengan meminta pengurapan dua
kali lipat ganda (double portion).
Bagaimana dengan Gehazi? Sebagai abdi Elisa dan sebagai
hamba Allah, Gehazi kehilangan integritasnya pada saat:
1. Tergoda oleh Keserakahan akan Harta
"berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah:
"Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang
Aram ini,
dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya.
Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari
mengejar dia
dan akan menerima sesuatu dari padanya."
(2 Raja-raja 5:20)
Dengan pikirannya sendiri ia menduga-duga bahwa Elisa
tidak mau menerima persembahan harta yang dibawa oleh
Naaman karena segan dan sungkan. Dengan kesadaran dan
tekad yang bulat dia bertindak mengejar Naaman untuk
menerima sesuatu daripadanya.
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan memberikan catatan:
"Hamba Elisa, Gehazi, memiliki hati yang serakah dan
oleh karena itu berusaha untuk mencemarkan tindakan
kemurahan Allah untuk keuntungan materiel. Malangnya,
ada hamba-hamba Tuhan yang berusaha untuk memperkaya
diri dan mengumpulkan banyak harta dengan memberitakan
darah Kristus yang tercurah, menawarkan keselamatan
kepada yang terhilang, menyembuhkan orang sakit, atau
memberi bimbingan kepada mereka yang sedang dalam
kesusahan. Mereka ini menggunakan Firman Allah dan
memperdagangkan kemurahan Allah; mereka mengubah "kekayaan
Kristus" (Efesus 3:8) menjadi ‘harta Mesir’ (Ibrani
11:26).
Membaca peristiwa ini, kita diingatkan dengan perkataan
dan keteladanan dari Gembala Jemaat Induk/Gembala
Pembina yang mengatakan: "Jika kita ingin dipakai Tuhan
langgeng dalam pelayanan ini (mujizat dan kesembuhan
ilahi) kuncinya jangan mencuri kemuliaan TUHAN dan
jangan mengambil keuntungan bagi diri sendiri dari
pelayanan ini."
2. Menipu Naaman dan Mengkhianati Elisa dan Berdusta
kepadanya
Ketika hatinya sudah dipenuhi dengan hasrat dan
keserakahan untuk memperoleh harta, segala cara dan
upaya dapat dilakukan, sekalipun sadar bahwa apa yang
dilakukannya adalah sebuah pelanggaran atau kesalahan;
bahkan karenanya dia kehilangan integritasnya.
Demi mendapatkan apa yang diinginkan hatinya, Gehazi
menipu Naaman (2 Raja-raja 5:22), dan tidak berhenti
sampai di situ, Gehazi mengkhianati Elisa dengan menjual
nama Elisa demi mendapatkan harta. "Tuanku Elisa
menyuruh aku mengatakan: ..." padahal tentu saja Elisa
tidak pernah menyuruhnya mengatakan demikian.
Setelah memperoleh dua talenta perak dan dua potong
pakaian, menyimpannya di rumah bagi dirinya sendiri,
baru saja Gehazi tiba di depan Elisa, Gehazi berbohong
kepada Elisa dengan mengatakan "hambamu ini tidak pergi
kemana-mana" ketika Elisa bertanya kepadanya. Bukan itu
saja, bahkan Gehazi tidak menampakkan pertobatan sama
sekali.
Dengan melakukan hal-hal yang demikian, Gehazi bukan
saja telah kehilangan integritasnya tetapi juga
mencemarkan nama Allah. Sangat jauh berbeda dengan sikap
yang ditunjukkan oleh Elisa (2 Raja-raja 5:16).
Gehazi telah kehilangan integritasnya karena
keserakahannya dan hasratnya akan harta duniawi. Sangat
jauh berbeda dengan Elisa yang memiliki hasrat dan
gairah untuk memperoleh harta rohani, yakni urapan dan
kuasa yang TUHAN berikan kepada Elia itu turun kepadanya
sebagai warisan rohani.
Nama Gehazi tidak lagi kita temukan setelah 2 Raja-raja
8:1-6 di mana ia disebutkan sedang menceritakan kepada
raja Yoram tentang anak perempuan Sunem dihidupkan
kembali. Nama dan kisahnya tidak pernah kita jumpai lagi.
Ia telah kehilangan kesempatan sebagai seorang suksesor
nabi sekelas Elisa, semuanya diawali karena ia
kehilangan integritasnya.
Jika kita memperhatikan dengan sungguh-sungguh peristiwa
yang dialami oleh Gehazi dan bagaimana ia kehilangan
kesempatan yang luar biasa untuk menjadi seorang
suksesor, menjadi penerus dari pelayanan yang TUHAN
percayakan kepada Elia, turun kepada Elisa dan (seharusnya)
turun kepadanya, ada hal penting yang perlu kita garis
bawahi dan menjadi catatan penting bagi kita, yang dapat
menyebabkan kita kehilangan integritas.
a. Hati yang berhasrat akan kekayaan duniawi
Itulah sebabnya Firman Tuhan memperingatkan kita,
"Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam
pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai
nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang
menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan
kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta
uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka.”
(1 Timotius 6:9-10)
b. Melakukan tipu daya untuk memperoleh yang diinginkan
Ketika ‘cinta akan harta/uang’ sudah menguasai hati,
segala cara dan upaya akan diusahakan dan dianggap halal.
Rela berkompromi dengan dosa asal cita-cita terlaksana.
c. Mengkhianati bapa rohani dengan ‘menjual namanya’
demi kepentingan sendiri
Janganlah ada seorangpun dari kita yang ‘menjual nama’
pemimpin kita untuk memperoleh keuntungan pribadi. Hal
ini bukan hanya merusak nama pemimpin semata, tapi juga
merusak jemaat dan merusak kepercayaan jemaat terhadap
gereja dan hamba Tuhan.
d. Berdusta
Membaca peristiwa Gehazi berdusta kepada Elisa membuat
kita teringat akan dusta yang dilakukan oleh pasangan
suami istri Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:1-11)
di mana tanpa sadar mereka bukan hanya sedang berdusta
terhadap para rasul dan jemaat, melainkan juga berdusta
kepada Roh Kudus.
e. Tidak mau bertobat
Bertobat adalah bukti pengakuan dosa, bukti kerendahan
hati dan bukti bahwa seseorang menyadari apa yang telah
dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Selain itu
pertobatan adalah sebuah janji untuk tidak melakukannya
kembali. Orang yang tidak menunjukkan pertobatan
membuktikan bahwa dirinya tidak mengakui bahwa apa yang
telah dilakukannya adalah sebuah kesalahan dan
pelanggaran. Janganlah menjadi orang yang tidak mau
bertobat! Dalam doa ‘harian’ yang diajarkan Tuhan Yesus
kepada murid-murid, atau yang lebih dikenal dengan Doa
Bapa Kami, kita diajarkan untuk minta ampun dan
mengampuni kesalahan orang lain (Matius 6:12).
TUHAN punya panggilan pelayanan yang besar dalam hidup
masing-masing kita. Jangan sampai kita sendiri yang
membuat panggilan itu gagal tergenapi. Raih dan gunakan
setiap kesempatan dengan baik, tetap tekun dan setia
dalam panggilan kita dan jangan sampai kehilangan
integritas. Maranatha! (DL)