KOMITMEN MURID KRISTUS
Ketika
kita percaya dan lahir baru, Alkitab berkata bahwa kita menjadi
ciptaan yang baru dihadapan Tuhan. (2 Korintus 5:17) Ketika kita
dibenarkan (Justification) maka ada beberapa status yang
dianugerahkan Tuhan sebagai bagian dari berkat keselamatan yang
kita terima dari-Nya. Tapi ingat, dibalik semua status baru
tersebut, ada tanggung jawab dari setiap orang percaya.
Antara lain, ketika kita lahir baru dan diangkat jadi anak-Nya,
maka tanggung jawab kita adalah kita harus menjadi anak-anak
yang taat, bukan anak-anak gampangan. Kita harus jadi anak yang
mengasihi Bapa di surga, karena Dia sudah lebih dahulu mengasihi
kita. Sebab pada kenyataannya, ada anak-anak yang tinggal ‘di
dalam rumah’, artinya hidup dalam keintiman, tetapi ada banyak
juga anak yang tinggal ‘di luar rumah’, yaitu mereka yang
mengaku anak, tapi hidupnya jauh dari Tuhan. Bertobatlah supaya
jangan sampai terhilang selamanya.
Yang berikutnya ialah ketika kita lahir baru, maka kita disebut
murid Kristus. Namun persoalannya, apakah sungguh-sunguh kita
sudah menjadi murid yang benar dan taat di hadapan Tuhan, atau
kita hanya berhenti pada sebutan 'murid', padahal sejatinya kita
tidak pernah mau masuk dalam ‘Sekolah Kehidupan’ untuk diajar
dan dibentuk oleh Tuhan.
• Jadi "murid" tapi tidak pernah masuk dalam pemuridan,
• Jadi "murid" tapi selalu lari dari proses pendewasaan,
artinya kita telah menjadi murid yang GAGAL dihadapan Tuhan.
Persis sama seperti murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot. Dia
adalah contoh nyata dari seorang murid yang gagal dan kita
sama-sama tahu bagaimana akhir hidupnya!
Jadi, murid Kristus adalah orang percaya yang berkomitmen untuk
taat dan setia mengikuti Tuhan serta siap sedia untuk diajar,
dibentuk dan diubah agar menjadi semakin serupa dengan Sang Guru
Agung. yakni Yesus Kristus.
Apa kriterianya menjadi murid yang sejati, dan bagaimana menjadi
murid yang baik dan dikenan oleh Tuhan?
"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya,
ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki
atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak
dapat menjadi murid-Ku….
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak
melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi
murid-Ku."
Lukas 14:26,27,33
Dalam ketiga ayat diatas, ada 1 kalimat yang diulang 3 kali
berturut-turut adalah: “ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Artinya untuk menjadi murid-Ku kata Tuhan Yesus, dari ketiga
ayat tersebut kita menemukan ada 3 syarat atau kriteria yang
harus dimiliki seorang murid agar siap untuk belajar dan diajar
supaya menjadi serupa dengan Dia.
1. Mengutamakan Tuhan diatas Segala-galanya (ayat 26)
Tuhan Yesus berkata bahwa kalau ingin menjadi murid-Nya kita
harus 'membenci' keluarga kita; bahkan diri kita sendiri. Tentu
ini sebuah perkataan yang sangat paradoks dengan banyak ayat
lain di Alkitab dimana Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi
sesama bahkan mengasihi musuh, terlebih lagi keluarga kita
sendiri.
Disini kita menemukan satu gaya bahasa yang lazim digunakan pada
waktu itu; bahkan sampai sekarang, yakni gaya bahasa hiperbola.
Satu gaya berbicara yang kelihatannya melebih-lebihkan sesuatu,
namun maksud sesungguhnya adalah untuk menekankan suatu makna
tertentu.
Tentu sama sekali Tuhan tidak menyuruh kita benar-benar membenci
diri kita dan keluarga yang kita kasihi, tapi makna yang
ditekankan disini adalah bahwa diatas semuanya, kasih dan sayang
kita kepada Tuhan harus melebihi apapun juga. TUHAN harus
menjadi yang paling pertama dan terutama dalam hidup dan
ketaatan kita kalau ingin menjadi murid-Nya.
Sering kali orang Kristen sulit untuk bertumbuh dewasa, sulit
untuk berjalan dalam kehendak Allah yang sempurna karena Tuhan
tidak pernah menjadi yang nomor satu dalam hidupnya. Tuhan hanya
dicari ketika segala cara yang sudah dilakukan tidak berhasil.
Dia bukan yang pertama, tapi malah yang terakhir. Padahal Dia
adalah fondasi hidup kita, Dia adalah pusat kehidupan setiap
orang percaya. Ketika diperhadapkan pada pilihan apakah kita
harus mengutamakan keluarga, pekerjaan, hobi, dengan kepentingan
Tuhan, hubungan pribadi dengan Tuhan, maka kita harus berkata
bahwa Tuhanlah yang terutama. Justru dalam hal ini setiap
anggota keluarga haruslah saling mendorong dan mendukung untuk
mencintai Tuhan lebih dari apapun.
Pertanyaannya sekarang; bagaimana supaya kita bisa hidup selalu
menomor satukan Tuhan? Jawabannya adalah dengan senantiasa
memiliki kasih yang mula-mula kepada Tuhan, yaitu kasih yang
terbaik, kasih yang selalu bernyala-nyala untuk Tuhan.
Ketika kita menempatkan Kristus sebagai “center of our life”
maka sesungguhnya kita akan memiliki keseimbangan dalam setiap
aspek kehidupan ini, karena kita akan selalu dituntun oleh
Roh-Nya yang tinggal dalam kita.
2. Siap Sedia Memikul Salib (ayat 27)
Apa artinya pikul salib? Salib disini tentu bukanlah salib
Kristus, dimana hanya Dialah yang sanggup menanggungnya demi
menebus dosa umat manusia. Salib yang kita pikul berbicara
mengenai perjuangan, penderitaan dan tantangan yang harus kita
hadapi dalam mengikut Tuhan. Yesus tidak pernah berjanji bahwa
kalau kita mengikut Dia maka kita tidak akan pernah mengalami
penderitaan dan pergumulan. Tapi Dia berjanji bahwa dalam setiap
persoalan hidup kita, Dia selalu menyertai untuk memberikan
pertolongan dan mujizat-Nya. Pertanyaannya sekarang, untuk apa
Dia mengizinkan begitu banyak ujian dan masalah dalam hidup ini?
Sekurangnya karena 2 alasan ini:
• Salib membuat kita berfokus kepada Tuhan
Setiap masalah yang dihadapi akan membawa kita untuk mendekat
kepada Tuhan, karena kita tahu bahwa hanya Dia yang sanggup
menolong kita. Jadi salib membuat kita berharap dan bergantung
kepada Tuhan. Yeremia 17:7-8
• Salib mengubahkan karakter kita
Mujizat membuat kita bersyukur akan kebesaran Tuhan, tapi
penderitaanlah yang selalu menyadarkan kita untuk berubah. Ujian
dan cobaan selalu dipakai Tuhan untuk menunjukkan kekurangan dan
kelemahan kita supaya bertobat. Pertobatan kitalah yang
senantiasa dirindukan Tuhan, supaya Kristus semakin nampak dalam
hidup kita.
Sebab itu ketika masalah dan pergumulan datang, jangan keraskan
hati, jangan lari dari salib kita. Tetaplah setia dan taat,
jangan marah atau menyalahkan orang lain, jangan undur atau
tawar hati, sebab dibalik salib selalu ada kemenangan dan
Kemuliaan Tuhan. (Roma 8:17)
3. Tidak Terikat Dengan Harta Duniawi (ayat 33)
Kalau ingin jadi murid-Nya maka kita harus melepaskan diri dari
semua yang kita miliki. 'Milik' disini berbicara mengenai
kepemilikan, atau harta kita. Jadi apakah artinya kita tidak
boleh memiliki apapun di dunia ini? Tentu tidak, sebab semua
yang Tuhan percayakan untuk kita miliki justru disanalah kita
harus jadi berkat bagi kemuliaan-Nya. Jadi apa maksud ayat ini?
Dalam bahasa aslinya (Yunani), kata ‘melepaskan’ digunakan kata
‘apotassomai’, yang berarti “memisahkan atau membuka ikatan”.
Jadi, Tuhan mau memberkati kita berlimpah dengan banyak hal,
tapi Tuhan ingatkan supaya diri kita jangan sampai terikat
olehnya! Sekali kita terikat, akan sulit hidup kita dipakai
untuk jadi saluran berkat-Nya. Padahal kita bukan pemilik, kita
cuma penilik. Pemiliknya adalah Tuhan, kita hanya pengelola
(steward).
Menyadari bahwa kita hanyalah pengelola bukan pemilik maka kita
akan memiliki kemurahan hati yang besar untuk selalu menjadi
berkat bagi orang lain. Kita tidak pelit dan hitung-hitungan
ketika diajak memberi dan menabur. Dengan sukacita kita akan
selalu memberikan persembahan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan,
sebab untuk itulah kita diberkati.
Dalam Matius 6:21, Tuhan mengingatkan bahwa dimana harta kita
berada, disitu hati kita juga berada. Artinya bagaimana kita
memperlakukan dan mempergunakan harta kita, hal itu menunjukkan
dengan jelas dimana hati kita berpusat. Harta haruslah menjadi
alat ditangan kita untuk memuliakan Dia, sementara hati kita
biarlah selalu melekat kepada Tuhan, maka hidup ini akan selalu
berbuah bagi kerajaan-Nya. Kita akan jadi murid yang mudah
diajar untuk berubah setiap hari semakin dewasa, sehingga
pribadi Kristus semakin nyata dalam hidup kita. Tuhan Yesus
memberkati (MK)