
KRISTEN SOMBONG TIDAK BERTUMBUH
				 “Ketika 
				aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku 
				merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak.
“Ketika 
				aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku 
				merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak.
				
				Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat 
				kanak-kanak itu. 
				Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang 
				samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.
				
				Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, 
				tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku 
				sendiri dikenal.” 
				1 Kor 13:11-12 
				
				MANDAT UNTUK BERTUMBUH
				Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk bertumbuh dewasa. 
				Dalam 1 Korintus 13 ini, kita bisa melihat seolah-olah ia ingin 
				mengatakan bahwa sifat kedewasaan itu dicapai melalui kematangan 
				kasih dan ditinggalkannya sifat kekanak-kanakan. Sehingga pada 
				saat kita bercermin, awalnya kita masih melihat secara 
				samar-samar, tetapi nantinya kita akan melihat kasih itu (Karakter 
				Yesus) makin jelas. 
				Pesan ini sejalan dengan perumpamaan Yesus tentang pohon ara 
				yang ditanam di kebun anggur (Lukas 13:6-9). Anugerah Tuhan 
				membuat kita yang tadinya berada di luar perjanjian Allah, 
				menjadi ditanam di dalam Perjanjian Allah. Ini digambarkan 
				seperti pohon ara yang ditanam di sebuah kebun anggur. Pohon itu 
				diharapkan dan dimaksudkan untuk bertumbuh dan berbuah, apalagi 
				pohon itu sudah menerima fasilitas yang seharusnya hanya 
				diterima oleh pohon anggur yang di dalam. Kesimpulan sederhana 
				yang bisa kita ambil dari 2 perumpamaan ini adalah “Orang 
				Kristen Wajib Bertumbuh.”
				
				NEPHIOS MENJADI ANER
				Menurut kamus STRONG, kata ‘kanak-kanak’ dalam I Korintus 13 ini 
				berasal dari bahasa Yunani νήπιος (Nephios) yang diterjemahkan 
				sebagai bayi (jasmani), orang yang pikirannya pendek atau orang 
				Kristen yang belum matang. 
				Kamus THAYER menambahkan dengan satu terjemahan yang menarik, 
				yaitu ‘untaught’ (belum diajar) dan ‘unskilled’ (belum terlatih).
				
				Sementara kata ‘dewasa’ dalam pasal ini berasal dari kata Yunani 
				ἀνήρ (Aner). Baik kamus STRONG maupun kamus THAYER, 
				menerjemahkannya sebagai orang/pria dewasa yang diakui 
				kematangannya. Kematangan kedewasaan yang dimaksudkan oleh 
				Paulus adalah sebuah kualitas pribadi dewasa yang diakui dan 
				terlihat oleh sesama.
				Paulus mengajar agar kita meninggalkan sifat kanak-kanak dan 
				menjadi dewasa. Tinggalkan sifat ‘Nephios’ dan memiliki sifat ‘Aner’. 
				Sifat Nephios terlihat dari cara berkata-kata (Yun: ‘Laleo’), 
				cara merasakan (Yun: ‘Phroneo’) dan cara berpikir (Yun: ‘Logizomai’). 
				Tiga indikator ini mudah terlihat dalam hidup keseharian. 
				
				INDIKATOR KEDEWASAAN 
				Ada 3 indikator yang bisa kita lihat di dalam kedewasaan rohani 
				seseorang, yaitu:
				
				1. Cara Berkata-kata (Laleo)
				Dari kata-kata yang sering diucapkan, pendengar akan dapat 
				menyimpulkan kepentingan utama seseorang di setiap percakapan; 
				bagaimana pemilihan kata dan kalimatnya, tingkat kematangan 
				penyampaian nada dan intonasi, serta perlakuan terhadap lawan 
				bicara. 
				Percakapan menjadi media untuk menilai dan mendalami pribadi 
				seseorang. Bukankah menarik, bila kita membandingkan dengan 
				hasil survei, bahwa salah satu masalah terbesar dalam hidup 
				adalah komunikasi?
				
				2. Cara Merasakan (Phroneo)
				Phroneo memiliki arti sebagai cara merasa atau cara mengerti, 
				memahami, menyerap dan menangkap sesuatu. Hal ini amat 
				ditentukan oleh wawasan yang dimiliki, gambar diri orang Kristen 
				itu, dan informasi yang ia terima/tangkap dan kematangan 
				emosional. 
				• Apa yang akan orang Kristen lakukan dalam ketidakadilan? 
				• Bagaimana menghadapi tekanan? 
				• Apakah perlu menghadapi sebuah konflik dan kapan 
				menghindarinya? 
				• Mampukah membedakan hal yang dihadapi itu tekanan atau 
				dorongan? 
				
				3. Cara Berpikir (Logozomai)
				Logizomai memiliki arti sebagai cara berpikir. Logizomai akan 
				nampak lewat kata-kata, keputusan, sikap dan tindakan seseorang. 
				Apa respon orang Kristen bila dalam tekanan atau masalah, 
				bagaimana cara ia bertindak atau melangkah, bagaimana etika 
				dalam tindakannya, bagaimana ia menjaga agar tindakannya tidak 
				merugikan orang lain. 
				Mampu bertindak dalam hidup itu adalah satu hal, tetapi 
				bertindak tanpa merugikan orang lain adalah hal lain lagi. 
				Keseluruhan tindakan seseorang menunjukkan pikiran orang itu. 
				Menarik untuk dicermati, dunia psikologi menyatakan kehidupan 
				seseorang bergantung sekitar 80% pada tindakan orang itu sendiri, 
				dan hanya sekitar 20% dipengaruhi oleh tindakan orang lain.
				Memahami ketiga indikator di atas adalah objek pembentukan, 
				ditambah pemahaman bahwa Tuhan mau semua orang Kristen menjadi 
				dewasa secara rohani dan jiwani. Maka tidaklah heran bila Paulus 
				dalam surat kepada jemaat di Roma mengatakan bahwa Allah memakai 
				segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, yaitu perubahan 
				karakter menjadi seperti Yesus Kristus. (Roma 8:28-29)
				Semua hal, baik yang manusia Kristen sukai maupun tidak, 
				dihadirkan dan digunakan Allah untuk proses perubahan. ‘Nephios’ 
				berubah menjadi ‘Aner’.
				Kehidupan Kristen bukanlah seperti lari cepat 100 meter, 
				tetapi seperti lari marathon yang akan menguji stamina rohani 
				kita sampai batas. 
				Tidak pernah ada kematangan instan ataupun kekudusan instan. 
				J. Oswald Sanders
				
				KESOMBONGAN ADALAH MUSUH PERTUMBUHAN
				Pengertian sifat anak-anak (nephios) salah satunya adalah 
				untaught (belum diajar) dan unskilled (belum dilatih). 
				• Diajar berarti proses dilengkapi dengan pemahaman, pengetahuan, 
				etika dan kecerdasan yang diperlukan.
				• Dilatih berarti proses penguasaan penerapan dari semua 
				pengetahuan yang diajar dan akumulasi pengalaman. 
				
				Kedua proses ini tidak mungkin dilalui sendiri atau mandiri. 
				Orang Kristen butuh manusia lain untuk terlibat dalam kedua 
				proses ini. Baik superior di atas seseorang, atau sejajar di 
				sekitar seseorang dan subordinat di bawah seseorang. 
				
				Seperti kata Amsal 27:17, 
				“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” 
				
				Dengan demikian, apakah orang yang sombong dapat ditajamkan?
				Thomas Aquinas mengutip Gregorius Agung, menggolongkan 
				kesombongan dalam 4 hal:
				1. Merasa bahwa segala yang baik, yang ada, berasal dari dirinya 
				sendiri. 
				Dirinya benar, orang lain salah. Dirinya baik, orang lain kurang 
				baik.
				2. Merasa semua yang baik berasal dari Tuhan, namun karena jasa 
				dan usahanya. 
				Yang baik hanya Tuhan dan dirinya. 
				3. Membanggakan sesuatu yang tidak dimilikinya. 
				4. Membanggakan yang tidak ada atau pernah ada dan sekarang 
				tidak ada lagi.
				Memandang rendah orang lain dan merasa sebagai satu-satunya 
				pemilik dari apa yang dimilikinya.
				
				Empat hal di atas jelas menunjukkan bahwa orang Kristen yang 
				sombong akan sulit dibentuk dan bertumbuh. Bagaimana bisa 
				dibentuk bila orang itu merasa dirinya sudah baik? Kebutuhan 
				untuk diperbaiki tidak dirasakan oleh orang Kristen yang sombong 
				ini. Orang yang tidak bisa menerima mentoring dari superiornya, 
				akan gagal melihat orang lain berada antara dirinya dan Tuhan. 
				Akibatnya, bila Tuhan sedang memakai orang-orang di sekitarnya, 
				untuk membentuknya, maka orang Kristen sombong ini akan sulit 
				menerima masukan apalagi teguran untuk perubahan dan pertumbuhan 
				dirinya. Tidak heran dari 7 perkara yang dibenci Tuhan, 
				kesombongan berada di urutan pertama. (Amsal 6: 16-19) 
				
				KERENDAHAN HATI ADALAH KUNCI PERTUMBUHAN
				Bertumbuh menjadi seperti Yesus akan membawa orang Kristen naik 
				dari kemuliaan kepada kemuliaan yang lebih besar. Orang Kristen 
				yang tinggi hati akan direndahkan, tetapi orang yang rendah hati 
				akan ditinggikan. (Lukas 14:11) 
				Dalam proses diajar dan dilatih, Tuhan menuntun tiap orang 
				Kristen untuk lulus dengan baik dalam proses masing-masing. 
				Mereka yang rendah hati akan mudah dituntun oleh Tuhan. (Mazmur 
				25) 
				Ketika dalam proses pembentukan itu, orang Kristen bisa merasa 
				kehilangan akal, bahkan merasa kehilangan harapan, maka hikmat 
				dari Tuhan akan mengalir dan memenuhi orang Kristen yang rendah 
				hati. (Amsal 11:2b)
				Dalam proses yang dilalui untuk meninggalkan sifat kanak-kanak, 
				tidak jarang seolah Tuhan meremukkan seseorang dengan proses 
				yang berat. Namun dalam keadaan demikianpun, orang Kristen yang 
				rendah hati akan menemukan Tuhan dekat tinggal bersamanya. (Yesaya 
				57: 15) 
				Akhirnya orang Kristen yang rendah hati akan mewarisi janji 
				Allah dan hidup sejahtera dalam rencana dan kehendak-Nya. (Mazmur 
				37: 11)
				
				Bukankah lucu, bagaimana hari lepas hari seperti tidak ada yang 
				berubah, namun ketika Anda melihat ke belakang, ternyata 
				semuanya sudah berbeda. C.S.Lewis