LIMA PILAR TEOLOGI PENTAKOSTA
Apabila kita membaca judulnya saja, kita sudah
bertanya-tanya “Apakah ini suatu teologi baru?” atau
“Apakah gereja kita mengembangkan ajaran baru?”
Jawabannya adalah TIDAK. Gereja kita - di bawah tuntunan
Roh Kudus - melalui Gembala Pembina Pdt. DR. Ir. Niko
Njotorahardjo, mendapat tuntunan untuk menggali kembali
dasar teologi yang menjadikan Pentakosta sebuah
kegerakan yang unik.
Apa yang membuat Pentakosta menjadi berbeda dengan
aliran dan kegerakan lainnya? Salah satu jawabannya
adalah karena penekanan pengajaran dan
khotbah-khotbahnya yang berasal dari lima pilar ini.
Pengajaran ini bukanlah sesuatu yang baru, tetapi sudah
ada sejak awal mula kegerakan Pentakosta Kedua yang
terjadi di Azusa Street. Kebangunan rohani yang terjadi
di Azusa Street dimulai oleh pelayanan William Seymour
di Los Angeles, California. Di jalan Azusa itulah,
ibadah-ibadah yang diadakan mengalami manifestasi
hadirat Tuhan yang kuat serta jemaat dipenuhi Roh Kudus
dengan tanda berbahasa Roh dan itu terjadi besar-besaran
pada tahun 1906-1909.
Sebuah potongan artikel surat kabar dari pelayanan
Seymour, Apostolic Faith Movement, mencatat keberadaan 5
pilar sudah diajarkan dan dikhotbahkan:
"Gereja ini… Menekankan pada pengalaman rohani yang
berbeda, terpisah yang dikerjakan dalam hati orang
percaya: Pembenaran, Pengudusan, dan Baptisan Roh Kudus…
Pengajaran ini yang berhubungan dengan pengalaman rohani,
beserta dengan pengajaran Kesembuhan Ilahi, dan
kedatangan Tuhan Yesus kali yang kedua (premillennial)…
memberikan fondasi yang solid dan Alkitabiah di mana
gereja harus berdiri.”
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelima topik
ini adalah Fivefold Gospel atau 5 Pilar Teologi
Pentakosta. Mengapa diperlukan pemahaman 5 pilar ini?
Seringkali insan Pentakosta dituduh tidak memiliki
kerangka berpikir teologi yang jelas, dan hanya berpusat
pada pengalaman roh semata. Padahal kenyataannya tidak
begitu.
Vondey menjelaskan bahwa cerita yang menyatukan seluruh
teologi Pentakosta dalam aspek pengalaman, kepercayaan,
dan liturgi ibadah adalah 5 pilar teologi ini.
LIMA PILAR TEOLOGI PENTAKOSTA
1. Jesus as Savior – Pilar Keselamatan
Bagi insan Pentakosta, keselamatan adalah momen di mana
seseorang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
Pengakuan Iman GBI berbunyi,
“Semua manusia berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah
sehingga harus bertobat dan berpaling kepada Allah untuk
menerima pengampunan dosa.”
'Pertobatan' mencakup peristiwa di mana seseorang
mendengar kabar Injil tentang karya Kristus, meresponi
Injil dengan iman dan pertobatan, dan mengalami
perjumpaan secara pribadi dengan Yesus.
Hal ini yang terjadi ketika Petrus berkhotbah dalam
Kisah Para Rasul 2:16-35, orang-orang yang mendengar
‘sangat terharu’, dan memberikan respon iman yaitu
bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. (Kisah Para Rasul 2:37)
Bukankah hampir sebagian besar khotbah-khotbah dari
Pentakosta menekankan akan pertobatan dan kepercayaan
kepada Yesus sebagai Juruselamat pribadi?
2. Jesus as Sanctifier – Pilar Pengudusan
Ketika seseorang diselamatkan, dia memasuki proses yang
bernama 'pengudusan'.
Pengakuan Iman GBI berbunyi,
“Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena
percaya dalam darah Yesus dikerjakan oleh kuasa Firman
Allah dan Roh Kudus, karena itu kesucian itu azas dan
prinsip hidup umat Kristen.”
Insan Pentakosta percaya bahwa anugerah keselamatan
harus diresponi dengan benar dalam takut akan Allah.
Filipi 2:12-13 berkata,
“Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar… karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan
maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”
Di sini terlihat tanggung jawab orang percaya untuk
mengerjakan keselamatannya atau menguduskan kehidupannya
dalam takut akan Allah. (2 Korintus 7:1)
Orang percaya dikuduskan oleh Darah Yesus, dan pada saat
yang bersamaan Roh Kudus menyucikan hidup orang percaya
dengan tujuan menjadi serupa dan segambar dengan Kristus.
(1 Yohanes 1:7; Ibrani 10:10; Wahyu 1:5, Roma 15:16; 1
Korintus 6:11)
Cara kita menjadi serupa dengan Kristus adalah dengan
menanggalkan kehidupan kita yang lama, dan mengenakan
manusia baru kita. (Efesus 4:22, 24)
3. Jesus as Spirit Baptizer – Pilar Baptisan Roh Kudus
Ini adalah bagian penting dari seluruh pengajaran insan
Pentakosta dan menjadi pilar sentral yang mengikat
keseluruhan 5 pilar yang ada.
Baptisan Roh Kudus yang dimaksud adalah baptisan yang
dialami setelah seseorang lahir baru. Sebuah pengalaman
yang juga bisa disebut sebagai:
• kepenuhan Roh (Kisah Para Rasul 2:4; 4:8; 9:17)
• pencurahan Roh (Kisah Para Rasul 10:45)
• menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 10:47; 19:2)
Baptisan Roh Kudus dalam hidup orang percaya
menghasilkan 2 hal: secara internal dan eksternal.
• Secara internal, kehidupan penyembahan yang lebih
intim dengan Bapa, karena orang yang menyembah dalam Roh
adalah mereka yang berkata-kata secara rahasia kepada
Bapa. (1 Korintus 14:2)
Penyembahan ini membangun kekuatan rohani yang membuat
pelayanan menjadi lebih efektif.
• Secara eksternal, baptisan Roh memberikan kuasa untuk
menyelesaikan Amanat Agung. (Kisah Para Rasul 1:8)
4. Jesus as Healer – Pilar Kesembuhan Ilahi
Di dalam Pengakuan Iman GBI, kita mempercayai bahwa
“kesembuhan ilahi tersedia dalam korban penebusan Yesus
untuk semua orang percaya.” Bagian ini sangat penting
karena kita mempercayai bahwa tanda dan mujizat masih
berlaku di zaman ini. Bahkan orang yang telah dipenuhi
Roh Kudus, akan melakukan pelayanan dengan tanda-tanda
seperti yang Yesus katakan dalam Markus 16:18-19,
“mereka akan meletakkan tangannya ke atas orang sakit,
dan orang itu akan sembuh.”
Dari mana kuasa untuk menyembuhkan itu datang? Dari
kepenuhan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Bapa kepada
setiap orang percaya. (Lukas 24:49)
Apa fondasi dari kesembuhan ilahi? Insan Pentakosta
mempercayai bahwa kematian Kristus telah menebus segala
dosa-dosa kita, termasuk menanggung segala sakit
penyakit kita. (Mazmur 103:3; Yesaya 53:4; Kisah Para
Rasul 10:38)
5. Jesus as Soon Coming King – Pilar Kedatangan Yesus
yang Kedua dengan Segera
Pilar terakhir dipandang sebagai motivasi dan semangat
untuk menyelesaikan Amanat Agung, memberitakan Injil
dengan kuasa Roh Kudus, serta hidup dalam kekudusan.
Kita percaya bahwa Yesus akan datang kali yang kedua
untuk menjemput kita dengan segera. Pengakuan Iman GBI
berbunyi,
“Tuhan Yesus Kristus akan turun dari sorga untuk
membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati dan
mengangkat semua umat-Nya yang masih hidup lalu
bersama-sama bertemu dengan Dia di udara, kemudian Ia
akan datang kembali dan bersama orang kudus-Nya untuk
mendirikan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini.”
Kita percaya kedatangan Tuhan Yesus kedua untuk
menjemput mempelai-Nya yang masih hidup atau biasa
disebut rapture dan ini terjadi secara tiba-tiba dan
tanpa seorang pun tahu kapan waktunya. (1 Tesalonika
4:17, 5:1-2)
Ketidaktahuan kapan Yesus akan datang ini yang mendorong
setiap jemaat untuk bisa mempersiapkan diri baik-baik
dan menjaga integritas hidup setiap saat. (1 Tesalonika
5:6-8)
Pilar-pilar inilah yang menjadi kerangka dari
kepercayaan, pengalaman, dan juga praktek rohani yang
dilakukan oleh insan Pentakosta. Semoga pengetahuan ini
membawa kita semakin semangat di dalam menyelesaikan
Amanat Agung dalam api Pentakosta Ketiga. Maranatha… dan
Tuhan Yesus memberkati. (DAP)