LUPAKAN, DEMI KRISTUS!
Masa lalu selalu menjadi bagian yang
indah untuk dikenang. Masa kecil, remaja, pemuda, saat
telah dewasa, apalagi ketika sudah bekerja dan
berkeluarga. Ada begitu banyak memori yang indah untuk
selalu diingat. Terlepas dari apakah itu kesalahan dan
kegagalan yang kita lakukan atau kemenangan dan
keberhasilan yang kita alami.
Seringkali pengalaman dan peristiwa di masa lampau itu
begitu membekas sehingga bukan hanya sulit untuk
dilupakan, tetapi berdampak dan membawa pengaruh yang
begitu besar dalam kehidupan kita. Pengaruh itu bisa
terlihat ketika kita sedang diperhadapkan pada sebuah
situasi, atau ketika kita bertemu dengan orang-orang
yang datang dengan latar belakang tertentu, atau bahkan
ketika kita sedang berpikir untuk hal-hal yang bisa
terjadi di masa yang akan datang.
Pengalaman dan peristiwa di masa lampau itu begitu
membekas sehingga mempengaruhi banyak keputusan penting
yang diambil.
Ketika membaca Alkitab, ada satu kebenaran yang sering
kita jumpai dalam banyak bagian dari Firman Tuhan yang
mengajarkan bahwa Tuhan selalu bekerja dan berkarya
dengan cara dan pola yang baru. Ketika Dia sedang
melawat umat-Nya, entah memberikan kesembuhan, mukjizat
dan pertolongan, maka Dia tidak pernah dibatasi dengan
satu metode yang tetap. Tuhan tidak pernah bekerja
dengan pola yang selalu sama dari masa ke masa, dari
generasi ke generasi karena Dia Allah yang kreatif.
Kasih dan kuasa-Nya tidak pernah bisa dibatasi oleh
apapun karena Dia selalu punya cara yang ajaib, yang
selalu baru untuk dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.
Sebagai orang percaya, kita harus memiliki cara pandang
yang benar terhadap masa lalu, apa yang harus kita
lakukan terhadapnya, supaya hidup ini selalu berpadanan
dengan kehendak dan rencana-Nya. Tahun 2022 ini Tuhan
memberikan tuntunan sebagai Tahun Paradigma Yang Baru.
Ini berarti Tuhan mau agar kita mempersiapkan diri untuk
perkara-perkara baru yang akan Dia lakukan. Salah
satunya Dia menuntun kita melalui Firman-Nya dalam
Filipi 3:13-14:
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa
aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku
melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan
diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari
kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan
sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”
Dari kedua ayat ini kita bisa menemukan tiga kata kunci
yang Firman Tuhan ajarkan dalam melihat segala sesuatu
yang pernah terjadi dalam kehidupan ini supaya kita
dapat melakukan apa yang benar dan berkenan di
hadapan-Nya.
1. Melupakan yang di Belakang
Ada orang yang berkata bahwa hidup kita saat ini adalah
produk dari masa lalu. Ini tentu ada benarnya karena ada
begitu banyak orang yang kondisi hidupnya saat ini
adalah dampak dari apa yang dilakukannya di masa lalu.
Rasul Paulus dalam Filipi 3:4-8, menceritakan tentang
dirinya dan apa yang ia telah lakukan di masa lalu.
Ketika di ayat 13 dia berkata untuk melupakan masa
lalunya, ternyata itu bukan berarti tidak boleh
membicarakannya. Yang dia ajarkan adalah supaya orang
jangan hidup dengan masa lalu. Masa lalu boleh
dibicarakan hanya untuk dijadikan pelajaran yang
berharga, sehingga memberikan kita hikmat. Tapi masa
lalu jangan menentukan hidup kita hari ini; apalagi
menentukan masa depan kita.
Ada 2 hal di masa lalu yang harus kita lupakan yaitu
kegagalan maupun keberhasilan.
• Kegagalan
Di sini bisa berarti dosa dan kesalahan yang dilakukan,
luka yang kita alami, atau apa saja yang pernah membuat
hati kita pahit dan kecewa. Manusia cenderung sangat
mudah mengingat hal-hal yang negatif daripada yang baik/positif.
Bahkan kadang pengalaman negatif itu; entah kegagalan
atau disakiti orang lain, menimbulkan trauma yang dalam.
Sementara Tuhan menghendaki kita hidup dalam kasih dan
kemenangan.
Ada cara yang ampuh untuk melupakan semua itu yaitu
dengan mengampuni. Mengampuni bahkan sering kali harus
dilakukan berulang-ulang, sampai luka itu sembuh. Ketika
mengampuni, kita sedang berdamai dengan Tuhan, berdamai
dengan diri sendiri dan berdamai dengan orang lain.
• Keberhasilan
Ini berbicara tentang kesuksesan dan
kebanggaan-kebanggaan yang pernah kita miliki di masa
lampau, yang membuat kita seringkali susah untuk melihat
perkara-perkara baru yang Tuhan sedang kerjakan.
Rasul Paulus memberikan contoh tentang dirinya di masa
lalu, seorang Yahudi asli, disunat di hari yang tepat
yakni hari ke-8, seorang Farisi, artinya dia sangat
sungguh-sungguh dengan Tuhan dan ritual agamanya.
Tapi ketika ia bertemu Kristus, semua itu dia tanggalkan,
dia lupakan, dianggap sampah, karena pengenalannya akan
Kristus. Semua keberhasilan dan kesuksesannya dahulu
tidak sebanding dengan apa yang dia miliki sekarang.
Sesungguhnya, kita akan sulit untuk maju dan berhasil
lebih lagi kalau kita terus terikat dengan masa lalu.
Lepaskan dan lupakan baik yang gagal maupun yang sukses,
sebab Tuhan sedang membuat sesuatu yang baru, yang jauh
lebih baik.
2. Fokus kepada Apa yang di Depan
Masih di ayat 13, hal kedua yang Alkitab katakan adalah
mengarahkan diri kepada apa yang ada di depan. Ini
artinya, dalam menjalani hidup harus berfokus pada
tujuan yang ada di hadapan kita. Masa lalu hanyalah
cermin untuk belajar dan introspeksi, tetapi tujuan dan
harapan yang hendak dicapai itulah yang harus menjadi
perhatian kita sepenuhnya.
Apa yang akan kita alami nanti adalah buah daripada apa
yang kita lakukan hari ini, sebab itu putuskan untuk
melakukan apa yang benar saat ini.
Masalah dan tantangan akan selalu ada di hadapan kita,
tapi kalau kita tetap fokus, maka kita akan tetap kuat
dan bertindak. Di tahun yang baru ini milikilah mimpi
yang baru, harapkanlah berkat dan anugerah yang baru,
sebab mukjizat selalu ada. Mari menabur dengan benih
yang baru, karena pasti kita akan menuai. Tabur kebaikan,
tabur persembahan, tabur pelayanan, tabur kerja keras
dan ketekunan. Fokus dan jangan pernah undur sebab pasti
kita akan melihat hasilnya yaitu berkat dan tuaian dari
Tuhan.
Fokus artinya kita harus serius dengan hidup ini, jangan
main-main lagi. Ada tanggung jawab, kesempatan, juga
terobosan baru yang Tuhan sudah siapkan. Bagian kita
ialah menjadi “orang yang tepat, di tempat yang tepat,
pada waktu yang tepat”. Tetap fokus dan jangan goyah,
jangan sampai kehilangan arah dan tujuan sehingga kita
kehilangan berkat Tuhan, coz the best is yet to come.
3. Berlari Mengejar Panggilan-Nya
Di ayat 14, kata kunci di sana ialah 'berlari'. Kita
sudah melupakan masa lalu, kita sudah punya tujuan yang
jelas untuk dicapai, tapi untuk mengalaminya kita harus
berlari.
Berlari artinya tidak bisa santai dan hanya menunggu.
Berlari artinya harus mau bayar harga dengan
mengorbankan segenap hati, pikiran, tenaga dan segala
yang dimiliki agar tujuan akhir tercapai.
Ketika Paulus berjumpa dengan Tuhan maka perjumpaan itu
mengubah hidupnya 180 derajat. Apa yang dulu berharga
sekarang bagaikan sampah baginya. Paulus sekarang telah
menemukan tujuan hidupnya yang sempurna di mana
pengenalan akan Kristus adalah segalanya, lebih berharga
dari apapun juga.
Bagaimana dengan hidup kita? Apakah ada hal lain yang
lebih berharga dari pengenalan kita akan Kristus? Kalau
Dia adalah Tuhan dan Juruselamat hidup kita, maka
Kristus haruslah menjadi yang nomor satu. Panggilan
Tuhan supaya kita mengasihi dan melayani Dia haruslah
menjadi prioritas utama untuk kita kejar. Semua yang
kita miliki di dunia ini hanya sementara, tidak
sebanding dengan kekekalan yang akan kita alami bersama
Dia.
Sebab itu di atas segala-galanya, kita harus hidup untuk
Tuhan. Kita harus hidup memuliakan nama Tuhan, berapapun
harganya, kita bersedia membayarnya karena kitapun sudah
ditebus dan dibayar lunas oleh-Nya. Satu hari kita semua
akan datang menghadap Tuhan, biarlah kita menghadap Dia
dengan penuh damai, tanpa ketakutan dan penyesalan
karena kita telah menjalani hidup ini dengan penuh arti.
Kita boleh mengakhiri dengan baik karena hidup ini telah
menjadi berkat bagi hormat dan kemuliaan-Nya. (MK)
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib”
1 Petrus 2:9