MELATIH DIRI DALAM KEBENARAN
“Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya,
supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain,
jangan aku sendiri ditolak.”
1 Korintus 9:27
Ayat di atas adalah ayat yang sangat menarik untuk
dipelajari sekaligus ayat penting untuk mengingatkan
kita semua. Rasul Paulus adalah hamba Tuhan dengan
segudang reputasi pelayanan. Ia:
• menulis sebagian besar dari kitab Perjanjian Baru,
• berkeliling dari satu kota ke kota lain,
• mengajar pemimpin-pemimpin Jemaat,
• menguatkan Jemaat,
• memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus,
• banyak menderita demi Injil
dan lain sebagainya.
Ia menyatakan betapa perlunya melatih tubuh dan
menguasainya seluruhnya. Bahwa, sekalipun sudah
melakukan segala pelayanan untuk Tuhan, ia tetap dapat
ditolak juga.
Dua kata yang sangat menarik untuk kita semua pelajari
dan sekaligus menjadi pengingat buat kita adalah kata
‘melatih’ tubuhku dan ‘menguasai’ seluruhnya. Sejenak
kita lihat teks asli yang disampaikan oleh Rasul Paulus:
- Kata ‘melatih’ dalam teks aslinya (Bahasa Yunani)
digunakan kata HUPOPIAZO, yang dalam Bahasa Inggris
diterjemahkan menjadi: to keep under/to conquer. Secara
bebas diterjemahkan menaklukkan atau mengalahkan.
- Kata ‘menguasai’ dalam teks aslinya digunakan kata
DOULAGOGEO, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan
menjadi bring it into subjection/to enslave. Secara
bebas diterjemahkan memperhamba atau memperbudak.
Ketika Rasul Paulus menggunakan kalimat tersebut dalam
suratnya kepada Jemaat di Korintus, sebenarnya Rasul
Paulus sedang mengajak kita semua bukan hanya berlatih
seperti berlatih sekedarnya saja. Contohnya seperti
seseorang yang secara sekilas saja berlatih bagaimana
cara menyajikan suatu masakan, atau orang yang hanya mau
tahu bagaimana cara menyanyi, atau seorang anak yang
secara terpaksa berlatih mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Tetapi Rasul Paulus sedang mengajak kita semua untuk
punya keinginan, menaklukkan/mengalahkan tubuh (daging)
dengan segala keinginannya, mengingatkan kita bahwa
tubuh (daging) adalah hamba/budak, bukan tuan yang
mengatur kehidupan kita.
Diri kita, tubuh kita, hidup kita harus dapat dikuasai/ditaklukkan
untuk selalu tunduk dalam Kebenaran. Melatih diri untuk
hidup dalam kebenaran memiliki arti bahwa kita harus
mampu menguasai dan menaklukan diri kita sendiri untuk
tetap hidup dalam Kebenaran. Pikiran, perasaan,
keinginan, ucapan, tingkah laku kita harus dikendalikan
supaya tunduk dalam kebenaran.
Paulus memberikan contoh bagaimana ia berkomitmen dalam
hidup ini. Walaupun ia sangat berhasil dalam pelayanan -
sebagai Rasul, sebagai Pengajar, sebagai Penulis Kitab,
sebagai Penginjil, sebagai Pengkotbah - namun ia tetap
mempunyai kesadaran, yaitu bahwa keberhasilan dalam
pelayanan menjadi tidak berarti kalau tidak dapat
menjaga hidup kita dengan cara menguasai (mengalahkan)
tubuh atau daging. Ingat sekali lagi tubuh atau daging
adalah hamba bukan tuan.
Dalam kitab Matius dan Markus, Yesus Kristus sendiri
pernah mengatakan bahwa “roh memang penurut, tapi daging
lemah.” Perkataan Yesus menyadarkan kita bahwa tubuh
harus dikuasai — kita tidak boleh menuruti tubuh yang
lemah, sebaliknya tubuh tersebut harus dikuasai dan
ditaklukkan supaya menjadi alat yang efektif untuk
selalu tetap dalam kebenaran.
Keberhasilan dalam hal keseharian pun membutuhkan niat
yang sungguh-sungguh kuat untuk mengalahkan keinginan
tubuh ini. Sebagai contoh:
- Seorang atlet yang berhasil adalah atlet yang punya
kegigihan dalam berlatih, pagi-pagi benar ia sudah
bangun dari tidurnya, mengalahkan keinginan tubuh yang
maunya tetap terlelap di atas kasurnya, selama berjam-jam
ia harus dengan gigih terus berlatih, bukan dalam hal
berlatih saja, ia pun harus disiplin dalam menjaga apa
yang ia makan dan minum — walaupun mungkin punya
keinginan untuk mengkonsumsi makan dan minuman yang
tidak sehat.
- Seorang pelajar dapat lulus dengan nilai yang sangat
memuaskan hanya jika ia dengan gigih belajar dan
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Hal tersebut
dapat ia lakukan dengan tidak sedikit berkorban untuk
tidak melakukan hal-hal yang sebetulnya ia sukai,
seperti bermain bersama dengan teman, menonton acara
kesukaan, dan lain sebagainya.
Jika dalam hal sehari-hari untuk mencapai keberhasilan
saja dibutuhkan niat yang sungguh-sungguh dan kegigihan
untuk mengalahkan kedagingan ini, apalagi untuk hidup
dalam Kebenaran, dibutuhkan kesungguhan yang jauh lebih
besar karena berakibat kepada keselamatan.
Beberapa bentuk praktis melatih diri untuk tetap dalam
kebenaran adalah dengan tetap setia dan disiplin dalam
melakukan hal-hal rohani yang di antaranya adalah
membaca dan mempelajari Firman Tuhan, terlibat dalam
Menara Doa, berkomitmen dalam Saat Teduh, setia dalam
Pertemuan-pertemuan Ibadah bersama dengan Persekutuan
dengan sesama anggota tubuh Kristus.
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang,
tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Ibrani 10:25
Waktu kita sungguh-sungguh memperhatikan sekeliling kita,
baik dari kejadian sehari-hari, dari berita yang kita
baca dan dengar, kita mendapat sebuah kesimpulan bahwa
memang kita hidup di saat-saat akhir di mana kita semua
sedang menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua
kali. Tetapi ironisnya, di tengah-tengah kesadaran bahwa
hari Tuhan yang semakin mendekat, sebagian orang Kristen
malah memiliki kebiasaan yang sangat berlawanan dengan
komitmen awal sebagai pengikut Kristus. Mereka memilih
untuk memiliki kebiasaan menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah, dengan berbagai macam alasan
— kemalasan, keinginan daging, kesibukan, dan lain
sebagainya. Sebenarnya waktu kita sadar dan mengakui
bahwa hari Tuhan semakin mendekat, seharusnya kita
semakin rajin bertemu, bersekutu, berhimpun untuk
beribadah kepada Tuhan.
Tetaplah setia, tetaplah berkomitmen, tetaplah disiplin
dalam membaca dan mempelajari Firman Tuhan, terlibat
dalam Menara Doa, dalam Saat Teduh, juga dalam
Pertemuan-pertemuan Ibadah bersama dengan Persekutuan
dengan sesama anggota tubuh Kristus. Ingat Tuhan sudah
memberikan kita tujuh hari seminggu, dua puluh empat jam
dalam sehari; masakan kita tidak menggunakannya untuk
membangun hidup tetap dalam kebenaran? (NS)