MEMBANGUN GENERASI YANG MENGHIDUPI SUMPAH PEMUDA DI TAHUN INTEGRITAS
Oktober bisa dikatakan bulannya pemuda Indonesia, karena
Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan pada tanggal 27-28
Oktober 1928 di Jakarta. Banyak nilai yang terkandung
dalam peristiwa ini, intinya adalah suatu pergerakan
kemerdekaan Republik Indonesia yang dilakukan pemuda
Indonesia dengan menyatakan janji satu tanah air, satu
bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia.
Marilah kita bertanya pada diri sendiri, “Masihkah kita
menjadi orang berintegritas yang menghidupi nilai Sumpah
Pemuda hari-hari ini, atau justru nilai itu sudah
merosot?”
Zaman dulu kondisi bangsa kita tidak semudah seperti
sekarang ini. Sebelumnya pemerintah kolonial Belanda
mengizinkan pendirian gerakan-gerakan politik lokal,
tetapi ketika ideologi nasionalisme Indonesia
diradikalisasi pada tahun 1920-an, Belanda kemudian
mengubah kebijakannya itu. Sebuah rezim yang relatif
toleran diganti dengan rezim represif yang menekan semua
tindakan yang diduga subversif. Rezim represif ini
memperparah keadaan dengan meradikalisasi seluruh
gerakan nasionalis Indonesia. Pemimpin nasionalis muda,
seperti Soekarno dan Mohammad Hatta ditangkap dan
diasingkan.
Pemuda zaman dulu harus menghadapi keadaan mencekam
akibat penjajahan, tetapi karena adanya semangat
persatuan, mereka bersatu mendobrak egoisme kesukuan dan
kedaerahan saat itu dan menyadari bahwa satu-satunya
jalan mengusir penjajah adalah menggalang kekuatan
bersama dengan semangat persatuan, dan tekad itu
terwujud dalam sebuah ikrar untuk berbangsa, berbahasa
dan bertanah air INDONESIA.
Dahulu musuh kita mungkin adalah penjajah, namun di era
saat ini tidak lagi, musuh kita justru berasal dari
internal. Seiring perkembangan zaman dan teknologi yang
pesat, semakin besar juga tantangan pemuda dalam merawat
semangat Sumpah Pemuda. Pemuda Indonesia saat ini
sepertinya sudah kehilangan makna sejati Sumpah Pemuda:
1. Pemuda yang dulu bersenjata bambu runcing melawan
penjajah, sekarang banyak yang sibuk bersenjata gadget
meraih eksistensi dirinya sendiri.
2. Pemuda yang dulu berkorban banyak hal untuk merebut
kemerdekaan, sekarang banyak yang sibuk berteriak
mencari kesenangan pribadi. Dikhawatirkan generasi muda
saat ini menjadi apatis dan kehilangan kepekaan terhadap
kondisi sosial masyarakat sekitarnya.
3. Banyak generasi milenial lebih suka memakai barang
branded yang bonafit buatan luar daripada menggunakan
produk lokal, kontras dengan makna Sumpah Pemuda untuk
kita saling gotong royong bersatu untuk Tanah Air
Indonesia.
Padahal peran generasi muda sangat dibutuhkan untuk
membantu perekonomian negara dengan ikut memakai bahkan
mempromosikan brand lokal. Dan lebih baik lagi jika
generasi muda memunculkan potensi dirinya sebagai
entrepreneur yang menciptakan brand lokal. Hal ini
termasuk salah satu kontribusi positif untuk menjaga,
melestarikan dan merawat Sumpah Pemuda.
4. Terkadang generasi muda tidak bersikap selektif,
sehingga informasi yang didapatkan dari berbagai media
tidak dicari kebenarannya dan hal inilah yang
menyebabkan mereka mudah terpengaruh berita hoaks dan
ikut memprovokasi pihak lain.
Padahal peran generasi muda sangat diperlukan, dan punya
pengaruh dan peranan yang besar dalam menentukan
kepemimpinan bangsa beberapa tahun ke depan. Dengan
kemudahan informasi yang didapatkan harusnya generasi
muda lebih mampu berkontribusi positif.
5. Banyak anak muda Indonesia menyukai film dan lagu
dari luar, bahkan ikut-ikutan trend, sangat bangga
menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi,
menyanyikan lagu luar terus menerus sehingga melupakan
lagu Indonesia.
Baik jika generasi muda berintelektual tinggi sampai
menguasai berbagai bahasa asing, tetapi jangan pernah
melupakan jati diri bangsa, terlalu bangga dengan bahasa
asing sampai tidak lagi bangga dengan Bahasa Indonesia.
Hal ini kontras dengan makna Sumpah Pemuda yang
mengikrarkan “Berbahasa yang satu, Bahasa Indonesia.”
Padahal seharusnya generasi ini bisa menjadi kebanggaan
Indonesia dengan intelektualitas dan kemampuan yang
dimiliki, tetapi tetap dengan konsisten menjaga makna
sejati Sumpah Pemuda.
Dari sisi rohaninya, sesuai tema 2021 yang diberikan
Tuhan kepada Bapak Gembala, kita harus memiliki
INTEGRITAS. Salah satu ciri seorang benar yang
berintegritas terletak pada perkataannya yang selaras
dengan perbuatannya. Bukan hanya berkata-kata yang
muluk-muluk, tetapi tidak dilakukan. Integritas sangat
diperlukan anak Tuhan zaman ini.
Jika melihat kembali kepada ayat emas tahun ini, The
Year of Integrity yang terdapat di Mazmur 24:3 di mana
tempat yang kudus dan gunung Tuhan itu yang kita
nanti-nantikan, momen kembali bertemu dengan Tuhan di
tempat Mahakudus. Lalu siapa yang boleh naik dan
diterima? Jawabannya Mazmur 24:4,
“Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan,
dan yang tidak bersumpah palsu.”
Orang berlomba menjadi yang terbaik dan menghalalkan
segala cara untuk mencapainya, tapi percayalah ada
reward yang indah dari-Nya untuk kita yang masih
memegang prinsip integritas. Di tengah krisis integritas,
ayat tadi jelas mengatakan bahwa reward bagi orang yang
berintegritas; yang perkataannya selaras perbuatannya,
tidak menipu, tidak bersumpah palsu, bersih tangannya
dan murni hatinya adalah tempat yang sangat indah.
Bersama DIA kita diperbolehkan naik ke gunung-Nya,
berdiri di tempat-Nya yang Mahakudus. Bayangkan tidak
ada manusia mana pun yang bisa membeli reward yang Tuhan
berikan kepada kita orang yang berintegritas.
Kristus adalah teladan dalam hidup berintegritas. Kita
harus menjadi serupa Kristus. Dia akan memampukan kita
yang mau terus menjaga integritas tetap ada di dalam
kita. Di lain sisi kita harus belajar bagaimana
membangun kembali generasi yang menghidupi Sumpah Pemuda
di tahun integritas ini. Berikut beberapa poin cara
membangunnya:
1. Introspeksi, tanyakan pada diri sendiri apakah sudah
melakukan sesuatu untuk bangsa?
2. Mengusahakan kesejahteraan bangsa dengan memberikan
kontribusi secara aktif dan nyata.
3. Menanamkan sikap cinta Tanah Air dalam diri sendiri.
4. Terbeban untuk berdoa bagi bangsa.
Bukan perpecahan bangsa dan hilangnya rasa cinta tanah
air yang harusnya ada saat ini.
"Jangan tanyakan apa yang bangsa ini sudah berikan untuk
kita,
tetapi tanyakan pada diri kita sendiri; apa yang sudah
kita lakukan untuk bangsa ini?”
Yeremia 29:7 berkata:
“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang,
dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan,
sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”
Penting melakukan suatu hal yang nyata untuk
kesejahteraan kota atau bangsa di mana kita ditempatkan
Tuhan. 'Mengusahakan' itu mencakup banyak hal:
• turut memikirkan untuk mencari solusi bagi
masalah-masalah bangsa ini.
• melakukan sesuatu sebagai kontribusi bagi bangsa ini.
Seperti yang terlihat, mengusahakan kesejahteraan bukan
hal yang sepele. Saat Tuhan minta untuk mengusahakannya,
harusnya hal itu menjadi fokus kita, bukan angin lalu.
Mari kita perlihatkan kontribusi dan peran aktif dan
nyata kita untuk membangun kesejahteraan bangsa.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk berkontribusi
mengusahakan kesejahteraan bangsa:
1. Hindari perpecahan; jangan memprovokasi isu SARA,
rasisme dan lainnya.
2. Jangan melupakan nilai-nilai persatuan bangsamu.
3. Tunjukkan sikap cinta tanah air, cinta akan bangsamu
dengan mengingat dan mendengungkan lagu-lagu Indonesia.
4. Gaya hidup tidak terlampau kebarat-baratan,
ketimur-timuran atau kekorea-koreaan hanya untuk
mengikuti trend.
5. Mendukung produk lokal dan bepergian ke daerah-daerah
di Indonesia akan menambah devisa Negara.
Hal positif lainnya, khususnya berdoa bagi bangsa. Kita
tidak bisa memberikan kontribusi dan berdoa bagi bangsa,
jika kita tidak mencintainya. Jika kita benar-benar
mencintai Indonesia termasuk penduduk dan alamnya, kita
akan memiliki kerinduan untuk mengusahakan dan
mengerahkan kemampuan yang dimiliki demi kesejahteraan
Indonesia. Kuncinya adalah tumbuhkan sikap cinta tanah
air, cintailah bangsa seperti dulu saat Sumpah Pemuda
diikrarkan, dan hidup berintegritas bukan hanya di depan
manusia, tetapi juga di hadapan Tuhan. Amin. (KG)