MENABUR ADALAH CIRI KEDEWASAAN ROHANI
"Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru
kamu taburkan di ladangmu,
dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat
dan berlimpah-limpah.
Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang
rumput yang luas."
Yesaya 30:23
Melihat sejarah perjalanan bangsa Israel, ada sebuah hal
yang menarik yang dapat kita pelajari dari cara Tuhan
memelihara kehidupan mereka. Pada saat mereka sedang
dalam perjalanan di padang gurun setelah keluar dari
Mesir menuju Tanah Perjanjian, banyak sekali mujizat
yang Tuhan lakukan untuk menolong dan memelihara mereka.
Hal ini dapat kita lihat dari cara Tuhan memberikan
makanan dari sorga yaitu manna kepada mereka selama
berada di padang gurun. Namun setelah mereka tiba di
Tanah Perjanjian, Tuhan tidak lagi menyediakan manna.
Orang Israel harus bekerja, bertani dan berternak untuk
mendapatkan makanan mereka.
Mengapa Tuhan tidak lagi memberikan manna kepada mereka
setelah mereka ada di Tanah Perjanjian? Karena
sebenarnya Tuhan menginginkan umat-Nya hidup dalam
berkat. Berkat di sini sama sekali tidak berbicara soal
kelimpahan berkat materi yang banyak dikejar orang dunia,
tetapi berbicara tentang pemeliharaan Tuhan dalam setiap
aspek kehidupan kita.
Mujizat adalah salah satu cara Tuhan untuk memelihara
dan menolong kita, namun jika kita membaca Alkitab maka
kita akan menemukan beberapa kriteria yang menyertai
mujizat-mujizat yang tercatat di dalam Alkitab.
1. Mujizat Selalu Melampaui Hukum Alam
Ketika Tuhan menciptakan alam semesta ini, Ia menaruh
hukum-hukum alam supaya seluruh ciptaan bisa berjalan
dengan teratur.
• Bulan berputar mengelilingi bumi,
• bumi berputar mengelilingi matahari, sedangkan
• bumi sendiri juga berputar pada porosnya.
Semua hal tersebut adalah sebagian kecil dari
keteraturan yang Tuhan buat; yang dijaga oleh hukum alam.
Salah satu hukum alam yang setiap hari kita alami adalah
hukum gravitasi bumi. Kita bisa melakukan semua hal di
muka bumi ini dengan teratur karena kita tahu akan
adanya kepastian akan hukum gravitasi tersebut.
Seseorang bisa saja tidak percaya kepada hukum gravitasi,
tetapi jika dia mencoba untuk melompat dari lantai 3
sebuah gedung; dapat dipastikan ia akan jatuh.
Namun ketika terjadi sebuah mujizat, maka akan ada
sebuah hukum alam yang tidak diikuti atau dihentikan
untuk sementara.
• Pada saat Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur, hal
tersebut tidak sesuai dengan hukum kimia.
• Ketika Yesus dan Petrus berjalan di atas air, hukum
gravitasi dihentikan untuk sementara.
Itulah sebabnya mujizat selalu bersifat sementara.
Bangsa Israel menerima manna hanya selama mereka berada
di padang gurun saja. Setelah mereka ada di Tanah
Perjanjian, pengiriman manna berhenti. Jika sebuah
mujizat berlangsung seterusnya, maka itu bukan lagi
menjadi mujizat, tetapi sudah menjadi sebuah hukum alam.
Karena Tuhan sendirilah yang menetapkan hukum-hukum alam
ini, maka tentunya Tuhan menginginkan kita untuk hidup
sesuai dengan hukum-hukum tersebut. Jika tidak, buat apa
Tuhan membuatnya? Hal ini tidak hanya berlaku untuk
hukum alam, tetapi juga dalam hukum rohani.
Banyak orang Kristen yang merasa bahwa jika mereka
adalah anak-anak Allah maka mereka akan menerima
perlakuan khusus dari Tuhan dalam bentuk dispensasi dari
hukum-hukum Tuhan. Mereka merasa tidak perlu bekerja,
karena Tuhan pasti akan menyediakan segala yang mereka
inginkan secara ajaib. Padahal firman Tuhan jelas
mengatakan bahwa semua orang harus bekerja jika mereka
mau diberkati. (1 Tesalonika 3:10).
Dalam kisah Bartimeus, orang buta di Yerikho yang
dicatat dalam Injil Markus pasal 10, kita menemukan
bahwa Bartimeus mengalami mujizat kesembuhan dari Tuhan
Yesus. Namun jangan lupa, bahwa setelah disembuhkan,
Bartimeus tidak lagi bisa duduk dipinggir jalan dan
meminta-minta. Ia harus bekerja supaya bisa hidup. Namun
hal itu jauh lebih baik, karena itulah kehidupan yang
sesuai dengan hukum Tuhan.
Ada saat dan situasi hidup kita yang hanya bisa dilalui
dengan mujizat dari Tuhan. Namun dalam kondisi lainnya,
jika kita ingin hidup kita dipelihara oleh Tuhan,
hiduplah sesuai dengan hukum-hukum yang Tuhan sudah
tetapkan, maka kita pasti akan diberkati.
2. Mujizat Selalu Menjawab Sebuah Kondisi Yang Sangat
Kritis
Tidak pernah ada mujizat di dalam Alkitab yang terjadi
pada saat kondisi yang damai, aman, tidak kekurangan dan
tidak ada masalah. Mujizat sangat dibutuhkan ketika ada
situasi yang sangat mendesak dan kadang-kadang mustahil
bisa dijawab dengan cara-cara biasa.
Ketika bangsa Israel ada di padang gurun selama 40 tahun,
mereka tidak bisa bercocok tanam karena mereka harus
senantiasa berpindah-pindah dan lokasi perjalanan mereka
adalah di tempat yang sangat sukar untuk bercocok tanam.
Jadi Tuhan mengadakan sebuah mujizat, yaitu memberikan
roti dari sorga.
Setelah mereka berangkat dari Elim, tibalah segenap
jemaah Israel di padang gurun Sin, yang terletak di
antara Elim dan gunung Sinai, pada hari yang kelima
belas bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah
Mesir.
Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah
Israel kepada Musa dan Harun; dan berkata kepada mereka:
"Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan
TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging
dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami
keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah
ini dengan kelaparan."
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku
akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka
bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari
sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba,
apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.” (Keluaran
16:1-4)
Dalam Perjanjian Baru pun, semua mujizat yang Tuhan
Yesus lakukan juga terjadi karena ada sebuah situasi
kritis atau masalah yang terjadi.
• Orang lumpuh berjalan,
• orang buta melihat,
• orang kusta ditahirkan,
• mereka yang dirasuk setan dilepaskan.
Tidak ada mujizat terjadi tanpa ada masalah sebelumnya.
Oleh karena itu, mujizat identik dengan krisis. Jika
demikian, apakah ada manusia yang mau mengalami krisis?
Manakah yang kita pilih;
• Menerima mujizat kesembuhan atau hidup dalam berkat
kesehatan?
• Ditolong secara ajaib dari krisis keuangan atau hidup
dalam kelimpahan, sehingga bisa menjadi saluran mujizat
dengan menolong orang lain?
Hidup dalam mujizat sama artinya dengan hidup dalam
krisis.
Sekali lagi tidak berarti kita tidak memerlukan mujizat,
karena kita pun sudah menerima mujizat terbesar ketika
kita diselamatkan lewat percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus yang mati dan bangkit untuk menebus kita dari
kondisi kritis, yaitu dosa. Namun setelah kita
diselamatkan, usahakanlah agar kita menjauhkan diri dari
situasi krisis. Caranya adalah dengan mengikuti
hukum-hukum Tuhan.
3. Mujizat Tidak Semelimpah Berkat
Mujizat selalu secukupnya, tidak lebih, tidak kurang.
Ketika Tuhan menyediakan manna kepada orang Israel di
padang gurun, manna tersebut selalu cukup untuk semua
orang Israel. Tidak ada orang Israel yang tidak kebagian
manna. Di sisi lain, tidak ada juga yang berkelebihan
manna. (Kel 16:16-18)
Bahkan kalau ada orang Israel yang menimbun manna, maka
manna tersebut akan menjadi busuk pada keesokan harinya.
Manna yang disediakan oleh Tuhan bagi orang Israel
sangat cukup bagi hari itu, dan hanya untuk hari itu
saja. Pada keesokan harinya mereka harus menantikan
Tuhan untuk kembali menyediakan manna bagi mereka. Hal
ini berlangsung selama 40 tahun. (Kel 16:19-20)
Manna yang Tuhan sediakan membuat orang Israel tidak
kelaparan selama 40 tahun. Namun tidak ada pilihan lain,
Tuhan hanya menyediakan manna saja. Bisa dibayangkan
selama 40 tahun setiap hari mereka makan hal yang sama.
Orang Israel begitu muak dengan manna sehingga mereka
bersungut-sungut kepada Tuhan.
Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan
nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta
berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging?
Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir
dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka,
bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi
sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun,
kecuali manna ini saja yang kita lihat." (Bilangan
11:4-6)
Tentunya kita tidak pernah membayangkan akan berkata
‘muak’ terhadap mujizat Tuhan. Namun itulah yang terjadi
kepada bangsa Israel. Lalu apa yang terjadi ketika
mereka tiba di Tanah Perjanjian?
"Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya
setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel
tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka
makan yang dihasilkan tanah Kanaan." (Yosua 5:12)
Dapat dipastikan tidak ada orang Israel yang
bersungut-sungut ketika manna berhenti, walaupun
sebenarnya mereka bisa makan manna tanpa harus bekerja
atau berusaha. Namun sebaliknya kita yakin bahwa mereka
justru bersukacita, karena akhirnya mereka bisa
menikmati makanan lain selain manna. Walaupun untuk
mendapatkannya mereka harus bekerja di ladang.
Kondisi orang Israel di padang gurun menggambarkan
kondisi rohani yang kanak-kanak. Mereka seringkali
menuntut dan bersungut-sungut. Mereka merasa berhak
untuk diperlakukan istimewa oleh Tuhan. Mereka menerima
pemeliharaan Tuhan dengan cara instan dan mudah.
Karakteristik utama mereka adalah meminta-minta.
Kehidupan bangsa Israel di Tanah Perjanjian
menggambarkan kondisi rohani yang dewasa.
• Mereka mau bekerja untuk mendapatkan berkat
• Mereka menabur supaya dapat menuai sesuai dengan hukum
alam
Mereka sadar harus mengikuti proses, mulai dari menabur
benih, sampai menuai hasilnya, dan kadang tidak selalu
berhasil. Mereka sadar punya tanggung jawab mengusahakan
tanah yang sudah Tuhan berikan kepada mereka. Akibatnya
mereka hidup dalam kelimpahan dan pelipatgandaan. (PT)
"Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk
dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu
dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah
kebenaranmu." 2 Korintus 9:10