MENGALAMI DIMENSI BARU
Tahun 2018 adalah Tahun Permulaan
yang Baru. Pengertiannya adalah kita akan mengalami
suatu awal yang baru, memasuki musim baru dan mengalami
dimensi baru. Dimensi baru di sini adalah suatu kondisi
yang melampaui kondisi lahiriah yaitu kondisi
supranatural. Orang yang hidup dalam dimensi baru akan
mengalami kepenuhan hidup yang sejati.
KEBENARAN MENGENAI DIMENSI BARU
1. Perkara Yang Di Atas Dan Bukan Di Bumi (Kolose 3:1-4)
Secara umumnya orang berpikir bahwa kehidupan adalah
mengenai hal-hal jasmaniah semata. Untuk hidup yang
bahagia, orang memerlukan kesuksesan, ketenaran,
pengakuan dan kekayaan. Sebaliknya kenyataan hidup
sepertinya menunjukkan bahwa yang tidak memiliki uang,
kehidupannya buruk. Akibatnya fokus kehidupan orang itu
hanya mencari hal-hal jasmaniah saja. Inilah orang yang
disebut memikirkan dan mencari perkara yang di bumi.
Orang-orang yang seperti itu tidak akan mengalami
dimensi baru.
‘Perkara yang di atas’ bukanlah apa yang selama ini
dikejar dan dicari oleh manusia selama di bumi. ‘Perkara
yang di atas’ melampaui itu semua, yakni perkara rohani
atau sorgawi. Untuk mendapatkannya kita perlu memikirkan
dan mencarinya. Memikirkan “perkara yang di atas”
artinya merenungkan sisi yang lebih tinggi dibanding
yang terlihat oleh mata jasmani.
Contohnya dalam kisah Ayub. Ayub disebut sebagai seorang
yang sangat kaya, saleh dan menjauhi kejahatan. Secara
manusia, Ayub sudah mencapai level yang maksimal dari
apa yang dikatakan oleh dunia sebagai orang yang sukses.
Suatu hari semua yang dimiliki Ayub habis tanpa dia
mengerti apa sebabnya. Ayub sempat menyangka bahwa
ketika semua habis, hidupnya juga berakhir. Namun Tuhan
memiliki rencana yang Ayub belum tahu. Dalam penderitaan
yang hebat, Ayub mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Ayub
mendengar Firman Tuhan yang membuka mata rohaninya lebih
tinggi. Ternyata kesuksesan dalam hidup bukanlah tujuan
utama hidup manusia, melainkan pengenalan akan Tuhan
secara pribadi. (Ayub 38:1)
Ayub pada akhirnya mengerti mengapa semua kesulitan itu
dia alami. Dia mengalami dimensi baru dalam hidupnya.
Ayub berkata: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar
tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang
Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan
dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” (Ayub
42:5-6). Hidup Ayub tidak menjadi hancur karena
kehilangan harta, justru mengalami peningkatan rohani.
2. Pekerjaan Roh Kudus Di Era Pentakosta Ketiga
Murid-murid Yesus mengalami pencurahan Roh Kudus di
loteng Yerusalem. Itulah kejadian dahsyat yang mengubah
hidup sekelompok murid yang sederhana menjadi tentara
Kerajaan Allah. Pekerjaan Roh Kudus yang dahsyat itu
mengubah dunia yang berdosa (era tanpa keselamatan)
memasuki era baru, yaitu era anugerah, di mana orang
berdosa mendapatkan keselamatan. Peristiwa itu disebut
Pentakosta Pertama dan menghasilkan penuaian jiwa yang
besar.
Pencurahan Roh Kudus di era modern di Asuza Street tahun
1906 disebut sebagai Pentakosta Kedua juga mengubah
wajah dunia kerohanian. Terjadinya pertobatan besar di
mana-mana ke seluruh dunia. Pentakosta Pertama dan Kedua
selalu diiringi dengan mujizat-mujizat dan penuaian jiwa
yang besar.
Menjelang kedatangan Kristus yang kedua, akan terjadi
penuaian jiwa yang terbesar. Melihat keadaan dunia
sekarang, hal itu terasa mustahil, dunia sedang memasuki
era di mana kerohanian sangat merosot. Roh antikristus
sedang bekerja keras di seluruh dunia, contohnya
pernikahan sesama jenis semakin meluas dan kejahatan
semakin menjadi-jadi. Namun rencana Tuhan adalah
terjadinya pemulihan dalam segala hal. Dalam era
Pentakosta Ketiga, kita percaya karya Roh Kudus akan
jauh lebih besar dan lebih dahsyat. Akan terjadi
mujizat-mujizat yang luar biasa dan penuaian jiwa yang
terbesar dan terakhir sebelum kedatangan Tuhan Yesus
yang kedua kali.
Nabi Yesaya menyatakan: “Lihat, Aku hendak membuat
sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah
kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di
padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.” (Yesaya
43:19)
Membuat jalan di padang gurun bukanlah hal yang mudah,
ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Inilah dimensi baru yang
akan Tuhan kerjakan.
3. Menjadi Prajurit Tuhan Yang Gagah Perkasa
Kita tahu bahwa Tuhan akan melakukan pekerjaan-Nya yang
besar. Yang harus kita lakukan untuk mengalami dimensi
yang baru adalah menjadi prajurit Tuhan yang gagah
perkasa. Artinya kita perlu mengalami perubahan dari
jemaat menjadi prajurit Tuhan untuk dapat mengalami
mujizat dan penuaian dahsyat di akhir zaman.
APA YANG HARUS KITA LAKUKAN UNTUK MENGALAMI DIMENSI YANG
BARU?
Tuhan menghendaki kita memasuki dan mengalami dimensi
baru dalam kehidupan kita. Apa yang harus kita lakukan?
1. Miliki Cara Berpikir Yang Baru
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Cara berpikir baru adalah cara berpikir yang diubahkan
oleh Firman TUHAN. Dengan demikian kita bisa mengikuti
kehendak Allah dengan benar. Membaca dan merenungkan
Firman Tuhan setiap hari adalah cara untuk memiliki cara
berpikir yang baru.
2. Miliki Cara Hidup Yang Baru
“Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama
dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup
dalam hidup yang baru.” (Roma 6:4)
Cara hidup yang baru berarti kita harus membuang hal-hal
lama yang tidak berkenan di hadapan TUHAN, segala dosa,
hawa nafsu, kedagingan, kompromi dengan dosa dan
keduniawian. Kita harus menjaga hidup kita
sungguh-sungguh kudus dalam takut akan TUHAN.
3. Hati Yang Siap
Gembala Sidang/ Pembina menyampaikan, ada 4 hal yang
harus kita perhatikan untuk terjadinya mujizat:
a. Kita harus percaya bahwa mujizat itu ada.
b. Jika TUHAN berbicara kita harus percaya dan bertindak
meskipun tidak masuk akal.
c. Ada harga yang harus dibayar
d. Kesombongan akan membuat mujizat tidak terjadi.
Selain itu, TUHAN juga mengingatkan:
“Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya
kepada manusia.” (Mazmur 118:8)
“Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang
mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya
sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia
akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak
akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal
di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin
yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang
mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang
merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang
tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya
tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan
yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
(Yeremia 17:5-8)
Hati yang siap adalah hati yang percaya ketika mendengar
bahwa Tuhan akan melakukan mujizat yang tidak lazim
(unusual miracles).
Hati yang siap juga adalah hati yang mengandalkan Tuhan,
bukan mengandalkan kekuatan dan kepintaran kita maupun
orang lain. Orang yang mengandalkan TUHAN, hidupnya
bergantung kepada Tuhan. Dia senantiasa membangun
hubungan yang intim, akrab dengan TUHAN melalui berdoa,
memuji dan menyembah, membaca Firman dan melakukannya
setiap hari. (AR)