MENGIKUT TUHAN DENGAN SEPENUH HATI
“Aku menasihatkan engkau, supaya
engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan
dalam api,
agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya,
agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan;
dan lagi minyak
untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.”
(Wahyu 3:14-18)
Jemaat Laodikia adalah salah satu dari ketujuh jemaat di
Asia Kecil yang dikirimi ‘Surat Cinta’ oleh Tuhan Yesus.
Banyak teolog berpendapat bahwa surat kepada ketujuh
jemaat yang tertulis dalam kitab Wahyu pasal 2-3 itu
adalah gambaran dari keadaan gereja Tuhan dari zaman ke
zaman. Jemaat Laodikia mengalami teguran keras dari
Tuhan, karena mereka suam-suam kuku di hadapan Tuhan.
Mereka sangat mengacuhkan Tuhan dalam kehidupannya,
seolah-olah Tuhan hanya menjadi pelengkap saja karena
mereka sudah memiliki semua yang dibutuhkan untuk hidup
di dunia ini. Tuhan bahkan seperti ada diluar rumah
sampai-sampai Ia harus mengetuk pintu untuk dibukakan
dan masuk ke dalam rumah mereka. (Why 3:20)
Sejarah mencatat bahwa Laodikia adalah kota perdagangan
yang sangat maju pada waktu itu. Orang-orang Kristen di
sana sangat diberkati Tuhan dengan kemewahan dan kekayan
materi yang berlimpah. Tapi justru dalam kondisi itulah
mereka melupakan Tuhan. Memang mereka tidak meninggalkan
Tuhan, tetapi Tuhan bukanlah yang nomor satu dalam
hidupnya. Tuhan hanya menjadi pemenuhan salah satu unsur
kehidupan yakni ‘Memiliki Agama’. Bukankah ini juga
adalah keadaan gereja Tuhan di akhir zaman? Yang penting
sudah percaya Yesus, yang penting sudah ke gereja,
tetapi hidupnya sama sekali tidak menunjukkan identitas
kekristenannya; itulah yang terjadi atas jemaat Laodikia.
Mereka ber-Tuhan tetapi hidup diluar Tuhan, beragama
Kristen tetapi tidak hidup dalam kebenaran Firman-Nya.
Ada 3 dosa yang mereka lakukan yang dicela oleh Tuhan,
bahkan mereka akan dimuntahkan oleh-Nya kalau tidak
bertobat. Ketiga dosa itu adalah:
1. Sombong karena merasa diri kaya.
2. Menjalani hidup yang mempermalukan Tuhan.
3. Hidup di luar tuntunan dan kehendak Tuhan.
Kita harus mengikut Tuhan dengan sungguh- sungguh,
jangan suam-suam kuku. Dia harus menjadi yang nomor satu
dan yang terutama dalam hidup kita. Agar tidak suam-suam
kuku, maka ada 3 nasehat yang Tuhan berikan kepada kita,
yaitu agar kita:
1. Menjadi Seperti Emas yang Telah Dimurnikan
Emas di dalam Alkitab adalah simbol Karakter Ilahi yang
terbentuk dalam diri kita, melalui proses atau pemurnian
yang mau kita lalui bersama Tuhan hingga lulus proses
dan keluar seperti emas dimana karakter Kristus itu
muncul. (Ayub 23:10)
Ketika karakter kita berubah, maka orang akan melihat
pribadi Kristus di dalam kita.
Salah satu penyebab mengapa orang Kristen sulit untuk
berubah dan menjadi semakin serupa dengan Kristus adalah
kesombongan. Kesombongan membuat kita menjadi keras
kepala, merasa diri paling benar, susah diajar, akhirnya
menjadikan kita susah untuk berubah. Padahal untuk
berubah kita perlu kerendahan hati. Rendah hati membuat
kita selalu berharap dan bergantung kepada Tuhan.
Seringkali kekayaan, kepintaran, ketenaran membuat kita
menjadi angkuh dan menomor-sekiankan Tuhan. Itulah yang
dilakukan jemaat Laodikia.
2. Mengenakan Pakaian Putih
“Lenan halus berwarna putih bersih” adalah
perbuatan-perbuatan benar dari setiap orang kudus.
Mengenakan “Pakaian Putih” artinya kita harus hidup di
dalam kebenaran dan kekudusan. Kebenaran dan kekudusan
itu harus dikerjakan sebagai buah dari keselamatan. Kita
memang sudah dikuduskan oleh darah Anak Domba Allah di
atas kayu salib, tetapi setelah itu Dia mau kita hidup
di dalam kekudusan yang sudah diberikan-Nya itu.
Hiduplah setiap saat dalam pertobatan maka itu akan
membuat diri kita mengenakan jubah putih itu setiap
waktu.
3. Memiliki Minyak yang Dari Tuhan
Minyak adalah lambang dari Roh Kudus; lambang dari
kehadiran dan pengurapan Allah. Sebagai orang percaya
kita harus haus dan lapar akan hadirat Tuhan/pengurapan
Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Allah sendiri yang
tinggal di tengah-tengah gereja-Nya, bahkan tinggal di
dalam kita. Dialah yang menuntun hidup kita setiap saat
supaya bisa berjalan dalam kehendak Bapa. Tanpa Roh
Kudus kita tidak bisa berbuat apa-apa, dan artinya semua
yang kita lakukan adalah dengan kekuatan sendiri. Tanpa
Roh Kudus kita tetap masih bisa beraktivitas tetapi
tidak bisa menghasilkan buah. Hanya Roh Kudus yang
sanggup memampukan dan memyempurnakan kita. Tanpa Dia
kita seperti orang buta yang meraba-raba tanpa arah dan
tujuan. Sebab itu marilah kita selalu rindu untuk
dipenuhi dan diurapi oleh Roh-Nya yang kudus supaya kita
hidup berkenan di hadapan Tuhan. (MK)
“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar;
sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!”
(Wahyu 3:19)