MEWARISKAN KEKAYAAN ROHANI
PENGERTIAN SPIRITUAL LEGACY
Spiritual Legacy adalah warisan iman yang diberikan oleh
satu generasi kepada generasi berikutnya. Penyebutan
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Keluaran
3:6; 4:5 menjelaskan secara implisit bahwa Abraham
memiliki spiritual relationship dengan Ishak anaknya,
demikian juga dengan Ishak kepada anaknya Yakub. Abraham
dikenal sebagai seorang bapa orang beriman, karena
langkah-langkah imannya; ia berani meninggalkan
negerinya, sanak saudaranya, dari rumah bapanya ke
negeri yang dia sendiri belum mengetahuinya. (Kejadian
12:1-4)
Demikian juga ketika Abraham taat saat diuji Allah yang
meminta dia mempersembahkan anaknya yang tunggal. (Kejadian
22:1-19)
Abraham mendidik anaknya Ishak melalui tidakan iman,
sehingga Ishak pun dapat mencontoh dengan baik. Demikian
juga dengan Ishak melakukan tindakan iman, sehingga
Yakub pun dapat melihat teladan yang hidup melalui kakek
dan ayahnya.
Dalam Perjanjian Baru, Paulus menyaksikan kehidupan
Timotius yang memiliki iman yang tulus ikhlas, yaitu
iman yang pertama-tama hidup dalam neneknya Lois dan di
dalam ibunya Eunike dan juga hidup dalam diri Timotius.
(2 Timotius 1:5)
Dalam teks ini juga mencakup tiga generasi, yaitu nenek
Lois yang mengasihi Tuhan mendidik putrinya Eunike untuk
juga mencintai Tuhan, dan Timotius juga dididik oleh
ibunya Eunike sehingga memiliki iman yang tulus ikhlas.
PENTINGNYA SPIRITUAL LEGACY
Dalam Perjanjian Lama, Spiritual Legacy adalah pemuridan
berbasis keluarga yang diperintahkan oleh Allah melalui
Musa agar setiap kepala keluarga mengajar dan mendidik
anak-anak mereka secara berulang-ulang, karena itu hal
ini adalah perintah Allah yang harus dilakukan umat-Nya.
(Ulangan 6:7)
“Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum
Taurat diberi-Nya Israel; nenek moyang kita
diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada
anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang
kemudian, supaya anak-anak, yang lahir kelak, bangun dan
menceritakan kepada anak-anak mereka.”
Mazmur 78:5-6
Dalam Perjanjian Baru gaya hidup jemaat yang pertama
juga adalah pemuridan berbasis keluarga, seperti yang
dijelaskan dalam Kisah Para Rasul 2:46-47,
“Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul
tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti
di rumah masing-masing secara bergilir dan makan
bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
sambil memuji Allah.
Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan
menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
Dalam kalimat “mereka memecahkan roti di rumah
masing-masing secara bergilir” memiliki makna melibatkan
seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak, disinilah
terjadi proses mewariskan nilai-nilai rohani juga kepada
kepada anak-anak.
BEBERAPA HAL YANG BISA KITA WARISKAN
1. Iman
Hal itu jelas kelihatan dalam beberapa teks Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. (Ulangan 4:9,6:1-7; Keluaran
10:2, 13:8; Mazmur 78:5-7; Yesaya 38:19; Yoel 1:2-3,
Efesus 6:4; 1 Tesalonika 2:11)
Merupakan tanggung jawab orang tua untuk mengajar dan
membimbing setiap anak yang Tuhan berikan untuk
secepatnya anak dapat mengenal, menerima Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Setelah itu membimbing
anak untuk bertumbuh dalam iman.
2. Perjalanan Rohani
Setiap pribadi memiliki perjalanan rohani yang berbeda
dan unik, namun indah di dalam Tuhan. Bagaimana kepala
keluarga dapat mengenal kasih Tuhan Yesus dan pengalaman
dalam mengikuti dan melayani Tuhan, menjadi warisan
sejarah perjalanan hidup yang berharga bagi anak-anaknya.
Demikian juga halnya kisah perjalanan hidup Gembala
Sidang GBI Jl. Gatot Subroto, Pdt. DR. Ir. Niko
Njotorahardjo, yang menerima panggilan untuk melayani
sepenuh waktu sebagai pemuji dan penyembah, merupakan
orang pertama di Indonesia. Karena ketaatannya kepada
tuntunan Tuhan dan hal itu disampaikan, diceritakan
secara berulang-ulang sehingga menjadi warisan yang
berharga bagi jemaat yang digembalakannya.
3. Warisan Kesaksian Hidup
Dalam mengikut Tuhan tidak selalu ada dalam kondisi yang
menyenangkan, kadang kala Tuhan izinkan berbagai masalah
terjadi sebagai pembentukan hidup anak-anak-Nya.
Bagaimana orang tua meresponi keadaan yang sulit,
bagaimana cara Tuhan memberikan pertolongan, bila hal
itu diceritakan kepada anak dapat menjadi warisan yang
berharga, karena dapat ditiru oleh anak; baik anak
secara jasmani dan anak rohani.
Beberapa hal secara praktis yang perlu diwariskan
melalui keteladanan:
a. Mengasihi Tuhan dan takut akan Dia.
b. Hubungan dengan Tuhan dan melayani Tuhan.
c. Hubungan yang baik dalam keluarga.
d. Peduli kepada sesama dan membiasakan diri untuk
memberi.
e. Memberikan pengampunan.
f. Jujur dan dapat dipercaya.
g. Hidup yang berdampak kepada komunitas.
PROSES MEWARISKAN NILAI-NILAI SPIRITUAL
1. Melalui Keteladanan
Spiritual legacy membutuhkan waktu dan usaha dari pihak
orang tua, kepada anak-anak sejak anak masih kecil. Hal
ini membutuhkan keteladanan dari pihak orang tua, karena
anak akan lebih gampang mencontoh bila apa yang
disampaikan melalui kehidupan sehari-hari, daripada
hanya sekedar nasihat-nasihat melalui kata-kata. Hal-hal
yang perlu diwariskan di atas, orang tua terlebih dahulu
melakukannya.
2. Melalui Membangun Mezbah Keluarga
Mezbah keluarga adalah satu sarana menghadirkan Tuhan
dalam keluarga, dimana semua anggota keluarga
menyepakati waktu bersama. Mezbah keluarga berarti
tempat dimana Allah ditinggikan oleh semua anggota
keluarga. Mezbah keluarga setidak-tidaknya terdiri dari
tiga elemen:
Pertama : Puji-pujian atau penyembahan kepada Allah.
Kedua : Doa ucapan syukur dan doa syafaat.
Ketiga : Pembacaan Alkitab, dapat dilanjutkan dengan
sharing bersama.
Dalam mezbah keluarga, ayah-lah yang bertanggung jawab
sebagai imam dalam keluarga.
Berkat-berkat dalam mezbah keluarga:
a. Memiliki gaya hidup yang takut akan Tuhan.
b. Mengakui Allah selaku kepala dan mengukuhkan ayah
selaku pemimpin rohani dalam keluarga.
c. Meningkatkan kerukunan, rasa keterikatan secara emosi
sesama anggota keluarga sehingga tercipta suasana kasih,
sukacita dan damai sejahtera.
d. Menyediakan kesempatan untuk menyelesaikan
masalah-masalah.
e. Mendorong anak untuk belajar mengenal Allah, berdoa,
memuji Tuhan dan akrab dengan kebenaran-kebenaran
Alkitabiah.
f. Mendatangkan berkat-berkat secara rohani dan jasmani.
(Mazmur 133; Matius 18:19)
g. Menjadi perisai bagi keluarga. (Nehemia 7:3c;
Yehezkiel 13:5)
3. Menceritakan Berulang-ulang
Perbuatan-perbuatan Tuhan perlu diceritakan kepada anak,
karena story telling berdampak luar biasa bagi seorang
anak. (Ulangan 6:4-7; Mazmur 78:3-6).
4. Menceritakan Dari Generasi Kepada Generasi
Setiap generasi perlu mewariskan nilai-nilai rohani
kepada generasi berikutnya. (Mazmur 78:5-64)
KESIMPULAN
Spiritual legacy merupakan hal yang sangat penting
dilakukan oleh setiap orang tua, melebihi warisan yang
bersifat material. Bila hal ini dilakukan orang tua
dengan baik, maka setiap anak dalam keluarga akan
menerima warisan yang sangat mahal dan berdampak kepada
kemuliaan Allah.(JS)