Shalom..., Selamat Datang di GBI House Of Grace ~ Rayon 3

Renungan

NAPAS PENTAKOSTAL dalam PENGAKUAN IMAN GBI

Di dalam sejarah gereja, tercatat bahwa para bapa-bapa gereja telah merumuskan beberapa pengakuan iman yang adalah pokok-pokok yang penting, mendasar, dan yang menjadi tulang punggung iman Kristen. Melalui suatu konsili yang ekumenis, mereka melakukan suatu kesepakatan, yang tentu dituntun oleh Roh Kudus, di dalam merumuskan ajaran dasar ke-Kristen-an yang terutama bertujuan; selain sebagai pegangan pertama jemaat Kristen, juga menjadi benteng pertahanan iman gereja terhadap ajaran sesat, yang berkembang dari zaman ke zaman.

Contoh pengakuan iman yang dimaksud adalah: Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman Kalsedon, dan Pengakuan Iman Athanasius. Dua di antara pengakuan iman ini memiliki tempat yang khusus di dalam ke-Kristen-an, yaitu Pengakuan Iman Rasuli (Symbolum Apostolicum) dan Pengakuan Iman Nicea (Symbolum Nicaenum).

PENGAKUAN IMAN GEREJA BETHEL INDONESIA
Sinode Gereja Bethel Indonesia, sebagai bagian dari Gereja Kristus yang Am, selain menerima Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea yang berisi pengakuan kepada Allah Tritunggal, juga memiliki pengakuan iman sendiri, yang terdiri dari 12 butir pengakuan, yang merupakan ringkasan pokok-pokok kepercayaan dan pengajaran GBI.

Seperti yang kita pahami, bahwa GBI adalah gereja yang berlatar belakang Pentakostal, maka karena itu ajaran Pentakostal tampak jelas dalam butir-butir pengakuan tersebut. Adapun Pengakuan Iman GBI versi ringkas adalah sebagai berikut:
Aku percaya bahwa:
• Alkitab adalah Firman Allah.
• Allah yang esa itu Tritunggal adanya.
• Yesus yang lahir, mati, bangkit, naik ke Surga adalah Juruselamat, Pengantara kita dan Raja segala raja.
• Manusia berdosa harus bertobat dan beriman agar diampuni, dibenarkan, dan dilahirkan baru, lalu dibaptis secara selam dan hidup suci.
• Bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus.
• Gereja melakukan perjamuan kudus dan meyakini kesembuhan Ilahi.
• Tuhan Yesus akan datang kembali, ada kebangkitan tubuh, kerajaan seribu tahun, hukuman kekal, dan hidup kekal.

Pengakuan Iman GBI versi ringkas dapat diucapkan dalam kebaktian hari raya gerejawi, sedangkan dalam sidang MD, MPL GBI, Sinode maupun kebaktian peresmian jemaat baru digunakan Pengakuan Iman GBI versi lengkap.

Dari butir-butir Pengakuan Iman GBI versi ringkas di atas, maka dapat kita lihat dengan jelas napas Pentakostal yang kental di dalam pengakuan iman ini, yaitu melalui poin “Bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus”. Di dalam Pengakuan Iman GBI versi lengkap, perumusan perihal baptisan Roh Kudus tertulis di dalam butir ke-8 yang berbunyi sebagai berikut:

“Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dalam bahasa lidah sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus”

Butir ini pun selaras dengan identitas teologi Pentakosta yang lebih kita kenal dengan nama “Lima Pilar Teologi Pentakosta” atau “The Five-fold Gospel” dimana isinya adalah:
1. Jesus as Savior – Keselamatan.
2. Jesus as Sanctifier – Kekudusan.
3. Jesus as Spirit Baptizer – Baptisan Roh Kudus.
4. Jesus as Healer – Kesembuhan Ilahi.
5. Jesus as The Soon Coming King – Kedatangan Tuhan Yesus kali yang kedua dengan segera.

KAITAN PENGAKUAN IMAN GBI DENGAN PENGAKUAN IMAN RASULI DAN NICEA
Apa kaitan antara Pengakuan Iman Rasuli maupun Nicea dengan Pengakuan Iman GBI dalam konteks napas Pentakostal di dalamnya? Sebelum kita melihat kaitannya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu, apa yang dirumuskan di dalam Pengakuan Iman Nicea mengenai Roh Kudus:

“Aku percaya kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan Yang menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan; yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.”

Mungkin banyak dari jemaat gereja-gereja Pentakostal yang belum pernah mendengar atau mengetahui tentang isi Pengakuan Iman Nicea ini, atau mungkin ada yang berprasangka hal ini sebagai sesuatu yang sangat Katolik. Namun, Keith Warrington, seorang professor teologi dari The New International University, di dalam bukunya “Pentecostal Theology” (hal. 29) berkata bahwa kaum Pentakostal secara tidak sadar telah sering menegaskan pengakuan iman klasik, mengadopsi kepercayaan ortodoks Gereja Barat, seperti yang didefinisikan oleh Konsili Nicea. Sebagai contoh, di dalam kehidupan doa dan pelayanan kaum Pentakostal yang sering menitikberatkan kepada Roh Kudus sebagai “Tuhan, Yang menghidupkan” dan Roh Kudus yang “bersama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan”.

Penyembahan kepada Allah Tritunggal tidaklah lengkap jika penekanan penyembahan hanya ditujukan kepada Bapa dan Anak saja, dengan mengesampingkan Roh Kudus yang juga adalah salah satu Pribadi dari Allah Tritunggal. Penyembahan kepada Roh Kudus adalah hal yang sangat umum dilakukan di dalam gereja-gereja Pentakostal.

Dari butir-butir Pengakuan Iman GBI, kita dapat melihat dengan jelas; bukan saja penegasan tentang Tritunggal, namun juga karya dari Pribadi Allah Tritunggal, termasuk karya Allah Roh Kudus, dimana dalam konteks ini adalah perihal Baptisan Roh Kudus.

Perlu diingat bahwa Baptisan Roh Kudus yang tertera di dalam Pengakuan Iman GBI bukanlah satu peristiwa yang sama dengan pertobatan dan penyatuan orang yang bertobat ke dalam tubuh Kristus. Baptisan Roh Kudus sesungguhnya dimaksudkan oleh Tuhan untuk memberdayakan orang percaya di dalam sebuah pelayanan dan juga memberi daya tahan kepada orang tersebut agar bertahan dalam penderitaan akibat pelayanan yang diembannya.

Kita dapat melihat hal ini dalam diri Rasul Petrus, si pengecut yang menjadi orang yang berani bersaksi; apa pun resikonya. Ataupun dengan Rasul Paulus, si penganiaya yang teraniaya karena pelayanannya. Dari sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Baptisan Roh Kudus sangatlah penting untuk membuat orang percaya dapat melayani Tubuh Kristus dengan lebih maksimal. Tentu hal ini sangat berkaitan dengan penyelesaian Amanat Agung di akhir zaman ini, dimana kesaksian kita adalah sebuah bentuk penginjilan kepada orang-orang yang belum percaya kepada Kristus.

Walaupun singkat dan sederhana, Pengakuan Iman Rasuli pun memiliki pernyataan penting mengenai Roh Kudus:

“Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan Am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal.”

Penempatan Roh Kudus sebagai pribadi yang setara dengan Bapa dan Yesus Kristus tampak dalam kata-kata “Aku percaya kepada” yang mendahului Roh Kudus. Kata-kata yang sama juga tampak kepada Bapa dan Yesus Kristus. Ini menyiratkan bahwa adorasi dan penyembahan orang-orang yang telah dikuduskan oleh Allah adalah sama kepada Roh Kudus sebagaimana kepada Bapa dan Kristus, yaitu Allah Tritunggal, yang merupakan juga pandangan Pentakostal seperti yang telah kita bahas diatas.

Dari penjelasan di atas, maka kita dapat menarik sebuah benang merah yaitu bahwa Pengakuan Iman GBI memiliki keterkaitan erat dengan Pengakuan Iman Rasuli maupun Nicea, dimana pengakuan tentang Allah Tritunggal pun dijabarkan disertai dengan napas Pentakostal. Jadi, sangatlah penting bagi jemaat GBI untuk memahami pengakuan iman ini, selain karena ia merupakan suatu ringkasan pokok-pokok kepercayaan dan pengajaran GBI, ia juga memberikan identitas yang unik bagi setiap insan GBI.

Memahami Pengakuan Iman GBI bukanlah suatu usaha untuk menjadi eksklusif, namun memang ada hal-hal tertentu yang diperlukan dalam rangka pelayanan, sehingga membuat hal tersebut menjadi satu butir pengakuan iman sinode setempat adalah hal yang mendasar. Yang harus diutamakan adalah kesatuan Tubuh Kristus, dimana dasarnya adalah 'kasih'. Mari kita mengingat nasihat Rasul Paulus di dalam Kolose 3:14 (TB2), “Di atas semuanya itu: Kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” – (WP).






 

BACK..