NAPAS PENTAKOSTAL dalam PENGAKUAN IMAN GBI
Di dalam sejarah gereja, tercatat bahwa para bapa-bapa
gereja telah merumuskan beberapa pengakuan iman yang
adalah pokok-pokok yang penting, mendasar, dan yang
menjadi tulang punggung iman Kristen. Melalui suatu
konsili yang ekumenis, mereka melakukan suatu
kesepakatan, yang tentu dituntun oleh Roh Kudus, di
dalam merumuskan ajaran dasar ke-Kristen-an yang
terutama bertujuan; selain sebagai pegangan pertama
jemaat Kristen, juga menjadi benteng pertahanan iman
gereja terhadap ajaran sesat, yang berkembang dari zaman
ke zaman.
Contoh pengakuan iman yang dimaksud adalah: Pengakuan
Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, Pengakuan Iman
Kalsedon, dan Pengakuan Iman Athanasius. Dua di antara
pengakuan iman ini memiliki tempat yang khusus di dalam
ke-Kristen-an, yaitu Pengakuan Iman Rasuli (Symbolum
Apostolicum) dan Pengakuan Iman Nicea (Symbolum Nicaenum).
PENGAKUAN IMAN GEREJA BETHEL INDONESIA
Sinode Gereja Bethel Indonesia, sebagai bagian dari
Gereja Kristus yang Am, selain menerima Pengakuan Iman
Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea yang berisi pengakuan
kepada Allah Tritunggal, juga memiliki pengakuan iman
sendiri, yang terdiri dari 12 butir pengakuan, yang
merupakan ringkasan pokok-pokok kepercayaan dan
pengajaran GBI.
Seperti yang kita pahami, bahwa GBI adalah gereja yang
berlatar belakang Pentakostal, maka karena itu ajaran
Pentakostal tampak jelas dalam butir-butir pengakuan
tersebut. Adapun Pengakuan Iman GBI versi ringkas adalah
sebagai berikut:
Aku percaya bahwa:
• Alkitab adalah Firman Allah.
• Allah yang esa itu Tritunggal adanya.
• Yesus yang lahir, mati, bangkit, naik ke Surga adalah
Juruselamat, Pengantara kita dan Raja segala raja.
• Manusia berdosa harus bertobat dan beriman agar
diampuni, dibenarkan, dan dilahirkan baru, lalu dibaptis
secara selam dan hidup suci.
• Bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus.
• Gereja melakukan perjamuan kudus dan meyakini
kesembuhan Ilahi.
• Tuhan Yesus akan datang kembali, ada kebangkitan tubuh,
kerajaan seribu tahun, hukuman kekal, dan hidup kekal.
Pengakuan Iman GBI versi ringkas dapat diucapkan dalam
kebaktian hari raya gerejawi, sedangkan dalam sidang MD,
MPL GBI, Sinode maupun kebaktian peresmian jemaat baru
digunakan Pengakuan Iman GBI versi lengkap.
Dari butir-butir Pengakuan Iman GBI versi ringkas di
atas, maka dapat kita lihat dengan jelas napas
Pentakostal yang kental di dalam pengakuan iman ini,
yaitu melalui poin “Bahasa roh adalah tanda awal
baptisan Roh Kudus”. Di dalam Pengakuan Iman GBI versi
lengkap, perumusan perihal baptisan Roh Kudus tertulis
di dalam butir ke-8 yang berbunyi sebagai berikut:
“Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua
orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan
Roh Kudus adalah berkata-kata dalam bahasa lidah
sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus”
Butir ini pun selaras dengan identitas teologi
Pentakosta yang lebih kita kenal dengan nama “Lima Pilar
Teologi Pentakosta” atau “The Five-fold Gospel” dimana
isinya adalah:
1. Jesus as Savior – Keselamatan.
2. Jesus as Sanctifier – Kekudusan.
3. Jesus as Spirit Baptizer – Baptisan Roh Kudus.
4. Jesus as Healer – Kesembuhan Ilahi.
5. Jesus as The Soon Coming King – Kedatangan Tuhan
Yesus kali yang kedua dengan segera.
KAITAN PENGAKUAN IMAN GBI DENGAN PENGAKUAN IMAN RASULI
DAN NICEA
Apa kaitan antara Pengakuan Iman Rasuli maupun Nicea
dengan Pengakuan Iman GBI dalam konteks napas
Pentakostal di dalamnya? Sebelum kita melihat kaitannya,
kita perlu mengetahui terlebih dahulu, apa yang
dirumuskan di dalam Pengakuan Iman Nicea mengenai Roh
Kudus:
“Aku percaya kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan Yang
menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak,
yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak
disembah dan dimuliakan; yang telah berfirman dengan
perantaraan para nabi.”
Mungkin banyak dari jemaat gereja-gereja Pentakostal
yang belum pernah mendengar atau mengetahui tentang isi
Pengakuan Iman Nicea ini, atau mungkin ada yang
berprasangka hal ini sebagai sesuatu yang sangat Katolik.
Namun, Keith Warrington, seorang professor teologi dari
The New International University, di dalam bukunya
“Pentecostal Theology” (hal. 29) berkata bahwa kaum
Pentakostal secara tidak sadar telah sering menegaskan
pengakuan iman klasik, mengadopsi kepercayaan ortodoks
Gereja Barat, seperti yang didefinisikan oleh Konsili
Nicea. Sebagai contoh, di dalam kehidupan doa dan
pelayanan kaum Pentakostal yang sering menitikberatkan
kepada Roh Kudus sebagai “Tuhan, Yang menghidupkan” dan
Roh Kudus yang “bersama dengan Sang Bapa dan Sang Anak
disembah dan dimuliakan”.
Penyembahan kepada Allah Tritunggal tidaklah lengkap
jika penekanan penyembahan hanya ditujukan kepada Bapa
dan Anak saja, dengan mengesampingkan Roh Kudus yang
juga adalah salah satu Pribadi dari Allah Tritunggal.
Penyembahan kepada Roh Kudus adalah hal yang sangat umum
dilakukan di dalam gereja-gereja Pentakostal.
Dari butir-butir Pengakuan Iman GBI, kita dapat melihat
dengan jelas; bukan saja penegasan tentang Tritunggal,
namun juga karya dari Pribadi Allah Tritunggal, termasuk
karya Allah Roh Kudus, dimana dalam konteks ini adalah
perihal Baptisan Roh Kudus.
Perlu diingat bahwa Baptisan Roh Kudus yang tertera di
dalam Pengakuan Iman GBI bukanlah satu peristiwa yang
sama dengan pertobatan dan penyatuan orang yang bertobat
ke dalam tubuh Kristus. Baptisan Roh Kudus sesungguhnya
dimaksudkan oleh Tuhan untuk memberdayakan orang percaya
di dalam sebuah pelayanan dan juga memberi daya tahan
kepada orang tersebut agar bertahan dalam penderitaan
akibat pelayanan yang diembannya.
Kita dapat melihat hal ini dalam diri Rasul Petrus, si
pengecut yang menjadi orang yang berani bersaksi; apa
pun resikonya. Ataupun dengan Rasul Paulus, si
penganiaya yang teraniaya karena pelayanannya. Dari sini,
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Baptisan Roh Kudus
sangatlah penting untuk membuat orang percaya dapat
melayani Tubuh Kristus dengan lebih maksimal. Tentu hal
ini sangat berkaitan dengan penyelesaian Amanat Agung di
akhir zaman ini, dimana kesaksian kita adalah sebuah
bentuk penginjilan kepada orang-orang yang belum percaya
kepada Kristus.
Walaupun singkat dan sederhana, Pengakuan Iman Rasuli
pun memiliki pernyataan penting mengenai Roh Kudus:
“Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus dan Am,
persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan
daging dan hidup yang kekal.”
Penempatan Roh Kudus sebagai pribadi yang setara dengan
Bapa dan Yesus Kristus tampak dalam kata-kata “Aku
percaya kepada” yang mendahului Roh Kudus. Kata-kata
yang sama juga tampak kepada Bapa dan Yesus Kristus. Ini
menyiratkan bahwa adorasi dan penyembahan orang-orang
yang telah dikuduskan oleh Allah adalah sama kepada Roh
Kudus sebagaimana kepada Bapa dan Kristus, yaitu Allah
Tritunggal, yang merupakan juga pandangan Pentakostal
seperti yang telah kita bahas diatas.
Dari penjelasan di atas, maka kita dapat menarik sebuah
benang merah yaitu bahwa Pengakuan Iman GBI memiliki
keterkaitan erat dengan Pengakuan Iman Rasuli maupun
Nicea, dimana pengakuan tentang Allah Tritunggal pun
dijabarkan disertai dengan napas Pentakostal. Jadi,
sangatlah penting bagi jemaat GBI untuk memahami
pengakuan iman ini, selain karena ia merupakan suatu
ringkasan pokok-pokok kepercayaan dan pengajaran GBI, ia
juga memberikan identitas yang unik bagi setiap insan
GBI.
Memahami Pengakuan Iman GBI bukanlah suatu usaha untuk
menjadi eksklusif, namun memang ada hal-hal tertentu
yang diperlukan dalam rangka pelayanan, sehingga membuat
hal tersebut menjadi satu butir pengakuan iman sinode
setempat adalah hal yang mendasar. Yang harus diutamakan
adalah kesatuan Tubuh Kristus, dimana dasarnya adalah 'kasih'.
Mari kita mengingat nasihat Rasul Paulus di dalam Kolose
3:14 (TB2), “Di atas semuanya itu: Kenakanlah kasih,
sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”
– (WP).