New Attitudes For New Beginnings
Perubahan adalah sesuatu yang tidak
dapat dihindari. Secara natural, perubahan selalu
terjadi; siang jadi malam, muda jadi tua, ada kelahiran
ada kematian, musim berganti musim, dan sebagainya.
Perubahan merupakan hal yang alamiah. Karena yang
alamiah ini diciptakan oleh TUHAN maka kita dapat
berkata perubahan merupakan suatu yang baik bagi-Nya.
Bukankah kitab Ratapan berkata demikian mengenai Dia?
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya
rahmat-Nya,
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
(Ratapan 3:22-23)
Pertanyaannya bagi kita adalah: jika perubahan
senantiasa terjadi dalam kehidupan, bahkan kasih TUHAN
pun selalu baru setiap pagi, bukankah sudah sepantasnya
kita menyikapinya dengan baik? Bukankah sepantasnya kita
meresponi hal-hal baru yang TUHAN berikan dengan sikap
yang sesuai? Masalah yang timbul adalah karena kita
tidak meresponi perubahan yang terjadi dengan sikap yang
benar. Banyak orang merindukan "terobosan", "keberhasilan",
"kesuksesan" dan semacamnya; namun tidak melakukan
perubahan dalam hidupnya, terutama sikapnya. Kita perlu
memiliki sikap yang benar dalam meresponi
perubahan-perubahan yang terjadi, yang TUHAN berikan
dalam hidup kita.
1. Buka Mata Kita
Telah lama TUHAN memberitahukan kepada Hagar bahwa anak
yang ia kandung dari Abraham, yaitu Ismael, akan menjadi
bangsa yang besar. Sebagai anak Abraham maka semua janji
Allah kepada keturunan Abraham pun berlaku atasnya.
Hagar seharusnya sadar bahwa akan tiba waktunya kelak
Ismael akan berpisah dari Abraham oleh karena rencana
Allah ini. Sayangnya ketika hari perubahan besar itu
tiba, Hagar hanya memandang kepada permasalahan yaitu
air yang habis di kirbatnya saat mereka melintasi padang
gurun. Ia mengira Ismael akan mati kehausan, tetapi
Allah membuka matanya sehingga ia melihat bahwa
sebenarnya ada sumur disana dan tidak ada alasan baginya
untuk putus asa. (Kejadian 16; 21:8-21)
Kita harus membuka mata terhadap kenyataan bahwa
perubahan pasti terjadi. Kita mungkin tidak siap dengan
perubahan yang terjadi, kita mungkin menemukan tantangan
saat akan menerima hal-hal baru yang TUHAN berikan bagi
kita. Pada saat seperti itu, penting untuk selalu
melihat kepada Dia dan bukan hanya terfokus pada masalah.
TUHAN tidak akan memberikan tugas atau perintah tanpa Ia
juga menyediakan hal-hal yang kita butuhkan untuk
melakukannya. Saat bingung menghadapi perubahan mungkin
rasanya seperti "buta", maka mintalah kepada TUHAN untuk
membuka mata kita agar kita mengerti apa yang harus
dilakukan. Peganglah ini baik-baik: TUHAN yang
melindungi Hagar dan Ismael adalah TUHAN yang sama
melindungi kita. Dialah El Roi; TUHAN yang melihat (memperhatikan)
kita.
2. Menerima Proses Dengan Lapang Hati
Kisah Elia dan janda di Sarfat adalah suatu pelajaran
berharga. Saat Elia datang ke Sarfat dan meminta air
serta roti kepada janda di Sarfat oleh karena kekeringan
yang melanda negeri itu, perempuan tersebut mengira ia
dan anaknya akan segera mati karena persediaan tepung
terakhir akan dimakan oleh Elia. Nyatanya TUHAN
melakukan mujizat kepada perempuan dan anaknya ini:
tepung dalam tempayannya tidak habis dan minyak dalam
buli-bulinya tidak berkurang. Namun tidak tercatat
respon apapun, misalnya mengucap syukur, dari perempuan
ini terhadap apa yang TUHAN lakukan padanya. TUHAN
akhirnya melakukan satu peristiwa lagi, yaitu membuat
anaknya meninggal. Perempuan itu menyalahkan Elia dan
juga dirinya sendiri atas dosa-dosanya di masa lalu.
TUHAN kemudian mendengarkan doa Elia, anak itu hidup
kembali dan barulah saat itu sang ibu mengakui bahwa
semua ini adalah karena dari TUHAN. (1 Raja-raja
17:7-24)
Permulaan-permulaan baru yang TUHAN berikan pasti luar
biasa. Melalui hal itu TUHAN membawa kita ke naik ke
dimensi kehidupan rohani yang lebih tinggi. Namun TUHAN
juga memastikan kita siap untuk menerimanya dan karena
itu memproses hidup kita. Proses itu sendiri bisa saja
hal-hal yang dipandang negatif oleh manusia: penderitaan,
kekeringan, dan bahkan mungkin kematian. Tetapi semua
itu bisa TUHAN gunakan untuk meneguhkan iman kita, untuk
menyatakan kuasa-Nya dan mengubah cara pandang serta
respon kita. Kita harus menerima proses yang TUHAN beri
dalam hidup kita dengan lapang hati; percaya bahwa apa
yang dari TUHAN pada akhirnya pasti mendatangkan
kebaikan kepada kita yang mengasihi Dia.
3. Mengasihi Semua Orang Termasuk Yang Memusuhi Kita
Suatu kali Kerajaan Israel (10 suku) dikepung oleh
pasukan Aram. Keadaan menjadi sangat kristis dan secara
logika, Israel dalam posisi akan dikalahkan oleh Aram.
Tetapi terjadi hal yang luar biasa; perlindungan
supranatural dari Allah sendiri. Dengan cara yang ajaib,
seluruh pasukan Aram dapat ditawan oleh Israel. Israel
memiliki kesempatan untuk membantai seluruh pasukan
Aram, tetapi sebaliknya atas petunjuk Elisa mereka malah
memberi makan minum dan menyuruh seluruh pasukan Aram
pulang ke negerinya.
Satu hal yang harus kita ingat adalah di setiap
perubahan yang terjadi, setiap kali sesuatu yang luar
biasa TUHAN janjikan akan datang, maka tingkat
peperangan rohaninya juga akan bertambah. Si jahat tidak
akan diam begitu saja; ia akan berusaha agar anak-anak
TUHAN tidak mengalami janji-Nya dengan cara mempengaruhi
mereka sehingga meresponi perubahan-perubahan dengan
cara yang salah. Di tahun permulaan yang baru ini kita
tidak boleh lengah; tetap berdoa dan berjaga-jaga.
Peperangan rohani itu nyata, termasuk serangan terhadap
mental dan perasaan. Kita harus menjaga respon hati dan
perasaan, terutama saat musuh atau orang-orang yang
membenci kita hendak melakukan hal-hal yang buruk. Pada
saat seperti itulah kita harus menunjukkan sikap yang
benar, yaitu mengasihi mereka dan tetap ramah kepada
mereka. Jangan mengikuti kelakuan yang sama, namun
tunjukkanlah bahwa kita berbeda, bahwa kita adalah
anak-anak Allah yang memiliki karakter Kristus yaitu
mendoakan dan mengasihi siapa saja, termasuk orang-orang
yang membenci dan memusuhi kita. (2 Raja-raja 6:8-23)
Berbahagilah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi.
Berbahagialah orang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah.
Berbahagilah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan
dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di
sorga,
sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum
kamu.
(Matius 5:5,9,11-12)
4. Teruskan Perjalanan Rohani Sampai Tuntas
Selama masih hidup di dunia ini, perjalanan rohani kita
tidak akan berhenti. Kita harus menuntaskan perjalanan
rohani bersama-Nya hingga garis akhir. Iblis dan dunia
akan terus berusaha agar kita tidak mencapai tujuan
hidup kita, yaitu menjadi serupa dengan gambaran Kristus
untuk akhirnya bersama dengan Dia selama-lamanya. Jangan
biarkan tantangan hidup atau siapapun membuat kita
berhenti dalam persekutuan kita dengan Kristus maupun
dalam pelayanan kita kepada-Nya. Jangan mau dikalahkan
dan jangan pernah berhenti. Maju terus, makin bertumbuh
dewasa melalui kebenaran Firman dan kepenuhan Roh Kudus,
menjadi pribadi yang semakin baik dan tiada henti
menanti-nantikan kedatangan-Nya. (Filipi 3:1-16) (CS)