NEW PARADIGM
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.”
Roma 12:2
Ketika melihat suatu peristiwa atau suatu hal, biasanya
orang-orang memiliki pandangan yang berbeda-beda.
Misalnya ketika Musa mengutus 12 pengintai ke Tanah
Perjanjian untuk menyelidiki, mereka melihat tanah yang
sama, daerah yang sama, orang Kanaan yang sama, namun
menyampaikan dua macam laporan yang berbeda. Sebagian
mengatakan bahwa mereka tidak dapat masuk tanah itu,
karena banyak raksasa dan beberapa berpendapat bahwa
mereka dapat menaklukkan musuh karena Tuhan akan
menolong menghadapi raksasa-raksasa tersebut. Mereka
memiliki pandangan yang berbeda mengenai raksasa dan
mengenai Tuhan. Cara orang memandang inilah yang secara
umum dimaksud dengan paradigma.
PARADIGMA LAMA YANG DUNIAWI
Setelah kejatuhan Adam dan Hawa, tanpa sadar manusia
dibentuk dan dipengaruhi oleh dosa sehingga menjadi
serupa dengan dunia. Yang menjadi tujuan hidup adalah
nilai-nilai atau konsep hidup yang dosa tawarkan
sebagaimana yang rasul Yohanes tuliskan:
"Sebab semua yang ada di dalam dunia,
yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup,
bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."
1 Yohanes 2:16
Dengan memegang konsep hidup yang seperti itu, maka cara
berpikir, cara memandang dan pengambilan keputusan hanya
berdasarkan kesenangan diri sendiri dan pemuasan hawa
nafsu. Apa yang dikejar manusia adalah keinginan daging,
keinginan mata dan keangkuhan hidup. Semua yang
diciptakan manusia diarahkan untuk mencapai keinginan
tersebut. Manusia tidak menyadari keberadaan Tuhan dan
tujuan Tuhan menciptakan manusia.
Pola pikir, sudut pandang atau paradigma lama, akan
menghambat manusia untuk mengenal dan memahami
jalan-jalan Tuhan. Orang akan hidup secara manusiawi
semata-mata. Hidupnya sudah dicetak atau mengikuti pola
dunia. Yang dilakukan bukan kehendak Tuhan, namun
kehendaknya sendiri yang sudah tercemar oleh dosa.
Tujuannya adalah menjadi yang terbesar dan terhebat,
agar mendapatkan kenikmatan dan penghargaan dari dunia
ini. Namun itu melenceng dari tujuan Tuhan. Manusia
perlu ditolong agar tidak menjadi serupa dengan dunia,
namun menjadi serupa dengan Kristus.
PARADIGMA BARU
Cara pandang atau sudut pandang seseorang ternyata
sangat penting. Cara pandang akan menentukan pengambilan
keputusan dan tindakan orang tersebut yang pada akhirnya
berpengaruh pada masa dengannya. Rasul Paulus
menasihatkan jemaat:
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna..."
Roma 12:2
Proses kelahiran baru yang dialami orang percaya
menghasilkan perubahan yang besar dalam hidupnya.
Perjalanan menuju kematian kekal yang dipimpin oleh dosa,
berbalik menjadi perjalanan menuju kehidupan kekal
bersama Tuhan Yesus. Seiring dengan perubahan tersebut,
cara pandangnya pun mengalami perubahan. Ada paradigma
baru yang terbentuk oleh peristiwa keselamatan tersebut.
Puncak kehidupan seseorang terjadi ketika orang tersebut
dapat menemukan dan menjalani kehendak Allah yang baik,
berkenan dan sempurna dalam hidupnya. Hidup kita akan
sungguh-sungguh memuliakan Tuhan dan berdampak bagi
orang lain, karena melakukan kehendak-Nya tersebut.
Untuk mengetahui seluruh kehendak Allah, harus dimulai
dari akal budi atau pikiran yang telah dibaharui. Tanpa
memiliki paradigma yang baru, orang tidak mungkin dapat
mengerti kehendak Tuhan. Tentu saja orang dapat meng-copy
kegiatan baik yang dilakukan orang lain, namun itu belum
tentu merupakan kehendak Tuhan atas dirinya. Orang
percaya yang mau mengerti dan melakukan kehendak Allah
harus mengalami perubahan akal budi atau perubahan
paradigma.
JALAN KE ARAH PARADIGMA BARU
Rasul Paulus adalah contoh yang sangat baik bagaimana
seseorang mengalami perubahan hidup dan perubahan
paradigma. Nama sebelumnya adalah Saulus, seorang ahli
Taurat yang sangat taat dan teguh menegakkan hukum.
Sebagai anggota mahkamah agama di Israel yang sangat
berkuasa atas kehidupan sosial dan keagamaan bangsa
Israel, Saulus rela menjadi pelindung orang-orang yang
menghukum mati Stefanus. Saulus juga mengambil bagian
penting dalam upaya mengembalikan kepercayaan orang
Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus agar kembali
kepada Yudaisme dengan berbagai cara; termasuk
menganiaya. Tujuan besarnya adalah membinasakan iman
Kristen.
Dalam perjalanan ke Damsyik, Saulus mengalami perjumpaan
dengan Tuhan Yesus. Seketika hidupnya berubah,
paradigmanya pun berubah. Saulus memiliki tujuan hidup
yang baru yang sesuai dengan kehendak Allah yaitu
mengabarkan Injil Keselamatan bagi semua orang.
Setelah lahir baru, kita ingin mengerti kehendak Allah
dan melakukannya. Dari mana kita mulai? Kita dapat
memiliki paradigma yang baru dengan mengambil keputusan
yang dipengaruhi oleh Firman dan Roh Kudus.
Rasul Paulus setelah berjumpa dengan Yesus, mengambil
keputusan untuk mengikut Yesus dan memberitakan Injil
sesuai dengan Firman Allah yang didengarnya. Firman
Tuhan yang kita baca dan pelajari akan merubah paradigma
kita, dari cara pandang duniawi menjadi cara pandang
sorgawi. Roh Kudus yang ada dalam diri orang percaya
akan menuntun dan mengajar orang percaya yang mau
membuka hati, bergaul karib dan dengar-dengaran
kepada-Nya. Kemudian kita mengambil keputusan untuk
melakukan kehendak Allah.
Dengan paradigma baru, orang percaya melakukan kehendak
Allah dengan kasih dan sukacita, mengetahui bahwa Tuhan
menuntun pada kehidupan yang penuh berkat dan hidup
kekal, bukan karena takut dan terpaksa. Orang yang
melakukan hal baik dan benar dengan paradigma lama akan
melakukannya hanya karena takut neraka dan takut susah.
Tuhan mau kita mengetahui kehendak-Nya yang sempurna,
termasuk motif dalam melakukannya. Orang yang mengasihi
Tuhan akan menuruti segala perintah Tuhan.
DAMPAK PARADIGMA BARU
Memiliki paradigma yang baru dalam mengikut Tuhan adalah
sebuah KEHARUSAN. Firman Tuhan menunjukkan dengan jelas
bahwa kita harus meninggalkan cara hidup yang lama
ketika kita berbalik untuk mengikut Tuhan. Cara hidup
yang lama ini termasuk: pola pikir, tutur kata, tingkah
laku dan perbuatan kita sehari-hari, di mana harus
mengalami perubahan. Tidak boleh sama seperti dulu,
ketika belum mengenal Tuhan. Ada pola, standar,
peraturan yang baru, yang harus kita lakukan sekarang,
yang seringkali bertolak belakang dengan apa yang kita
percaya atau pegang selama ini.
Perubahan paradigma ini akan menghasilkan perubahan
besar dalam hidup orang yang mengalaminya dan juga
berdampak bagi orang-orang di sekitarnya.
Salah satu cerita yang terkenal di Alkitab adalah wanita
di kota Sikhar yang berjumpa dengan Yesus di tepi sebuah
sumur. Wanita itu mengisi hidupnya dengan kesenangan
daging. Dia pasti tahu bahwa itu keliru, namun tidak
berdaya. Ketika berjumpa dan bercakap-cakap dengan Yesus,
hidupnya diubahkan dan tentu saja pola pikirnya
mengalami perubahan. Tidak diragukan, keluarganya pun
mengalami pemulihan. Lebih jauh, wanita yang sebelumnya
dikenal sebagai pezinah, membawa orang-orang di kotanya
untuk percaya kepada Yesus. Dampak yang luar biasa,
wanita itu membawa kebangunan rohani yang besar di
kotanya.
Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai yang kaya
raya tinggal di kota Yerikho. Pada zaman itu memungut
cukai adalah profesi yang dipandang hina karena dianggap
memeras bangsa Israel sendiri untuk kepentingan Romawi.
Zakheus mendengar berita-berita mengenai Yesus dan
penasaran ingin berjumpa dengan-Nya. Yesus menyapa
Zakheus yang ada di atas pohon dan akhirnya makan di
rumahnya. Ketika berjumpa dengan Yesus, hidup Zakheus
berubah dan dia mengambil keputusan untuk memberikan
setengah dari hartanya kepada orang miskin. Tidak
diragukan, paradigmanya berubah terhadap uang. Dampak
ekonomi dan sosial yang luar biasa terjadi di kota
Yerikho saat itu. Banyak keluarga yang ditolong secara
ekonomi akibat pertobatan dan perubahan paradigma
Zakheus.
Tuhan menghendaki kita meninggalkan paradigma lama yaitu
pola pikir duniawi yang menuntun pada kehidupan duniawi
yang berujung pada kebinasaan kekal dan beralih kepada
kehidupan baru dengan pola pikir atau paradigma baru,
yang menuju hidup kekal. Hidup baru adalah hidup dalam
kebenaran, selalu dituntun oleh Firman dan Roh-Nya yang
akan selalu mengubah paradigma kita.
Dengan paradigma baru kita akan mengetahui kehendak
Allah dan menurutinya. Dampaknya adalah hidup, keluarga,
pelayanan, cara berbisnis dan bekerja pun akan berubah.
(Kompilasi Tim Teologi - RD)