PEMBENTUKAN SEORANG YEREMIA
Gereja GBI Jl. Jend. Gatot Subroto menerima pewahyuan
tentang Pentakosta Ketiga, dan mendoakannya. Salah satu
pemahaman Pentakosta Ketiga adalah “Pentakosta Ketiga
akan membangkitkan generasi Yeremia, yaitu anak-anak
muda yang dipenuhi Roh Kudus, cinta mati-matian kepada
Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa, dan bergerak
untuk memenangkan jiwa.
Nubuatan Russel Evans ini diadopsi dalam pemahaman
Pentakosta Ketiga dan diterima sebagai pesan Tuhan untuk
Gereja yang percaya tentang pencurahan Roh Kudus
besar-besaran di akhir zaman, seperti yang dinubuatkan
oleh Yoel 2:28-31, dan nubuatan ini menekankan pesan
tentang bangkitnya sebuah generasi anak muda yang
mewarisi mantel rohani Yeremia.
Sesuai dengan pemahaman Pentakosta Ketiga, bangkitnya
generasi Yeremia dikarenakan oleh pencurahan Roh Kudus
yang terbesar itu. Roh Kudus yang dicurahkan dalam
kapasitas besar ini, membangkitkan secara langsung
generasi Yeremia yang dimaksud. Bila itu kejadiannya,
maka bagian kita hanyalah percaya dan mendoakan untuk
hal itu terjadi. Namun bagaimana bila Roh Kudus juga
bekerja dengan cara yang lain? Roh Kudus sebagai
inisiator bangkitnya generasi Yeremia, memakai dan
menggerakkan semua potensi yang ada di sekitar anak-anak
muda untuk mendorong kebangkitan generasi Yeremia
terjadi?
"Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari
keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin."
Yeremia 1:1
KELUARGA YEREMIA
Yang perlu diketahui, Yeremia bukanlah nabi dari
kalangan orang biasa. Ia adalah keturunan imam, yang
artinya ia adalah keturunan Harun. Ada dua bukti yang
cukup yang diungkapkan Alkitab.
Bukti pertama adalah pernyataan di Yeremia 1:1,
“… Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam…”
Dan keturunan imam adalah juga keturunan Harun. (Keluaran
30:30; Bilangan 3:10; 2 Tawarikh 13:10; 2 Tawarikh
26:18)
Bukti kedua adalah alamat rumah Yeremia di Anatot di
tanah Benyamin. Menurut Yosua 21:17-19, berdasarkan
pembagian, menjadi salah satu milik anak-anak Harun.
Sebagai keturunan Harun, Yeremia tumbuh sebagai calon
imam, bahkan bila ada tambahan bukti sebagai keturunan
Eleazar bin Harun, ia punya peluang untuk menjadi Imam
Besar. Semua keturunan imam akan mengalami dan melalui
pendidikan seorang imam supaya siap bertugas. Bila
memenuhi syarat, maka mereka akan dilantik dan akan
masuk dalam jadwal tugas yang akan ditetapkan.
Pendidikan dan pelatihan ini yang akan membentuk dan
mempersiapkan seorang imam, dalam hal ini, seorang
Yeremia. Pembentukan yang pastinya dapat terjadi di
dalam rumah orangtuanya dan dapat terjadi juga di
lingkungan luar rumahnya. Sebagai keturunan imam,
Yeremia pasti mengalaminya.
PEMBENTUKAN SEORANG IMAM
1. Menjadi Paga
Seorang imam pada dasarnya menjadi jembatan yang
membantu membangun hubungan antara umat dan Tuhan.
Seperti Yesus, sang Imam Agung, membawa semua orang
percaya kepada Bapa, seorang imam berdiri di antara
Tuhan dan umat. Apapun yang dilakukannya dalam tugas,
akan berhubungan dengan ini. Kesadaran ini perlu
diajarkan berulang-ulang, dicontohkan oleh orangtuanya
dan dilatih. Orangtua dan lingkungan berperan untuk
membangkitkan prinsip Paga (Yun. Berdiri di antara).
2. Pentahiran untuk Bertugas
Setiap kali akan bertugas di Bait Allah yang kudus,
seorang imam diperintahkan Tuhan untuk menguduskan
dirinya lebih dahulu. Kesadaran untuk mentahirkan diri
dan menjaga kekudusan diri, demi melakukan tugas;
dijalani oleh seorang imam.
Seorang imam sadar bahwa kesulitan dan harga yang ia
bayar dalam menjaga kekudusan, bukanlah hal utama, imam
harus kudus demi panggilannya. Para orangtua, yang juga
adalah imam, menanamkan hal ini pada anak-anaknya.
3. Mempersembahkan Korban di Mezbah
Tugas imam di pelataran Bait Allah adalah
mempersembahkan korban di mezbah bakaran. Korban yang
dibakar ada bagian Tuhan dan ada bagian imam. Selain
kerelaan untuk melayani Tuhan dan umat, integritas dan
kejujuran imam diperlukan di sini. Para orangtua
mengajar dan mendidik para calon imam untuk melakukan
hal ini.
4. Roti Tiap Pagi
Walaupun digilir dan terpilih, semua orangtua ingin agar
anak mereka kelak akan mendapat tugas tidak hanya di
pelataran, tapi juga masuk ke Ruang Kudus. Di dalam
Ruang Kudus ada Meja Roti persembahan yang rotinya harus
diganti setiap pagi.
Selain ini berhubungan dengan disiplin bertugas di pagi
hari, dalam pengajaran tentang Tabernakel di buku KOM,
mengganti roti tiap pagi memiliki arti rohani disiplin
rohani terima firman setiap pagi. Disiplin rohani ini
menjadi tanggung jawab orangtua untuk mengajarkan dan
memberikan teladan dengan konsisten.
5. Merawat Api di Kaki Dian
Dalam ruang kudus, Kaki Dian perlu dijaga minyaknya,
agar apinya tetap menyala.
Arti rohani untuk kita di Perjanjian Baru yang diajarkan
di KOM, Kaki Dian bicara tentang kepenuhan dan karunia
Roh Kudus. Menjaga kepenuhan Roh Kudus dan mengalir
dalam karunia Roh Kudus adalah disiplin rohani yang
perlu dibangun sejak awal oleh para imam, juga untuk
para calon imam.
6. Menyalakan Mezbah Dupa
Aktivitas terakhir yang imam perlu kita ketahui di dalam
Ruang Kudus adalah membakar dupa di Mezbah Dupa. Dalam
pelajaran KOM, aktivitas ini bicara tentang doa, pujian
dan penyembahan bagi Tuhan. Yang lebih penting dari
semuanya, bahan-bahan yang akan dibakar di mezbah dupa,
adalah bahan-bahan olahan yang harus dipersiapkan lebih
dahulu sebelum bertugas, dan hanya imam yang boleh
membuatnya.
Para imam dan calon imam yang membakar Mezbah Dupa
mengerti bahwa dalam tugas ini waktu persiapannya lebih
panjang dari pada pelaksanaannya. Doa, pujian dan
penyembahan yang menjadi gaya hidup adalah bagian dari
pendidikan keluarga imam yang utama.
7. Bertemu Tabut dan Menerima Pesan
Tugas terakhir yang menjadi puncak tugas seorang imam,
dan amat terseleksi untuk melakukannya adalah mendapat
giliran untuk masuk ke dalam Ruang Maha Kudus, di mana
ada Tabut Allah, dan dimaknai sebagai lambang hadirat
Tuhan.
Seorang imam dalam kekudusan menghampiri takhta kasih
karunia dan bertemu Tuhan, untuk mendapatkan pesan Tuhan
yang akan disampaikan pada umat, seperti yang dialami
oleh imam Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis.
Arti rohani bagi kita di Perjanjian Baru bicara tentang
kesiapan kita untuk bertemu hadirat Tuhan dan menerima
amanat-Nya. Imam perlu paham bobot sesungguhnya dari
sebuah firman atau sabda Allah. Dan pemahaman ini
diajarkan secara tradisi turun temurun di seluruh
keluarga imam.
PERAN ORANG TUA YEREMIA
Pada waktu Roh Kudus dicurahkan dalam Pentakosta Pertama,
semua murid Kristus menerima kuasa, namun manifestasi
kuasa mereka untuk menjadi kesaksian tidak terjadi
besamaan. Salah satunya adalah Paulus sendiri. Paulus
butuh waktu dibentuk sebelum kemudian benar-benar
menempati panggilannya.
Dalam era Pentakosta Ketiga ini, Roh Kudus juga sanggup
memenuhi semua generasi Yeremia dengan kuasa yang
dahsyat. Ada yang langsung akan beroperasi memenangkan
jiwa dan jadi saksi, namun akan ada juga yang butuh
waktu pembentukan sedikit waktu lagi.
Masa Pandemi COVID-19, bukanlah tidak mungkin diijinkan
Tuhan untuk ‘memaksa’ semua orang tinggal di rumah dan
menjadi lebih dekat dengan keluarga mereka. Tantangan
ini adalah kesempatan untuk para imam-imam Kristus
mendidik, mengajar dan melatih semua anak-anak mereka.
Ijinkan mereka terpapar pembentukan ke-imam-an yang akan
mempersiapkan Yeremia-Yeremia dibangkitkan.
Tuhan yang nanti akan menentukan waktu panggilan bagi
Yeremia-Yeremia itu menempati posisinya dalam gerakan
Pentakosta Ketiga. Gereja dan bahkan dunia akan terkejut
saat mereka, generasi Yeremia bangkit, karena mereka
benar-benar akan melayani Tuhan dengan cara yang belum
pernah terjadi sebelumnya, tidak kompromi terhadap dosa
dan bergerak memenangkan jiwa. (JR)