PENGALAMAN SINAI DI PERMULAAN YANG BARU
“Ketika kita memasuki tahun permulaan
yang baru, kita tidak hanya sekedar masuk ke dalam
sebuah tahun dengan tema ‘permulaan yang baru’. Kita
sedang masuk ke dalam sebuah rentang waktu di mana kita
akan berhadapan dengan Tuhan yang mengerjakan
permulaan-permulaan yang baru (‘God of new beginnings’).
Kisah bagaimana Tuhan berperkara dengan Israel, umat
pilihan-Nya, sejatinya adalah kisah bagaimana Tuhan
mengerjakan serangkaian permulaan yang baru.
Dalam babak akhir dari kisah pembebasan Israel dari
Mesir, sesaat sebelum Tuhan mencurahkan tulah ke-10,
sebuah penanda waktu diberikan oleh Tuhan:
“Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu;
itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.”
(Kel 12:2)
Pembebasan dari Mesir adalah sebuah babak permulaan yang
baru bagi umat pilihan.
Tuhan tidaklah membebaskan Israel dari Mesir tanpa suatu
maksud. Tuhan lakukan pembebasan supaya Israel beribadah
kepada Tuhan dimulai di Gunung Sinai. Tibanya Israel di
Sinai juga adalah suatu permulaan yang baru bagi umat
pilihan.
Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?
Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau:
apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari
Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung
ini." (Kel 3:12)
Pengalaman seperti apakah yang Israel alami di dalam
permulaan yang baru di Sinai?
1. Israel Tiba di Sinai: Tuhan Singkapkan Tujuan
Apakah yang pertama-tama Tuhan nyatakan di Gunung Sinai?
Penyingkapan berkat Tuhan di tanah perjanjian? Rencana
peperangan untuk mengalahkan musuh-musuh? Di titik ini,
Tuhan belum menyatakan semuanya itu. Yang pertama-tama
Tuhan sampaikan kepada Israel adalah:
1. Tuhan meminta umat pilihan untuk mengingat akan
perbuatan-Nya yang membebaskan mereka keluar dari Mesir.
(Kel 19:4)
2. Tuhan menyatakan tujuan dari semua perbuatan-Nya atas
Israel, yaitu supaya mereka menjadi kerajaan imam dan
bangsa yang kudus. Mereka dipisahkan (“dikuduskan”) dari
bangsa lain untuk menjadi bangsa yang melayani Tuhan (“kerajaan
imam”). (Kel 19:6)
Hal yang sama berlaku untuk kita, umat perjanjian Tuhan
yang telah ditebus oleh darah Yesus. Kita perlu
merenungkan maksud Tuhan memanggil kita keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Apakah supaya
kita hidup sukses, menikmati berkat Tuhan? Bukanlah itu
yang terutama. Inilah tujuan panggilan Tuhan atas kita:
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Pet 2:9)
Tujuan yang telah dinyatakan-Nya kepada Israel, kini
Tuhan nyatakan juga kepada kita, yaitu supaya kita
dipisahkan dari orang-orang lain (“terpilih”, “kudus”)
untuk menjadi orang-orang yang melayani Tuhan (“imamat
yang rajani”). Untuk itu kita patut merenungkan:
1. Apakah tujuan hidup kita saat ini sama atau selaras
dengan tujuan yang Tuhan tetapkan atas hidup kita?
2. Apakah sumber daya yang kita miliki dalam hidup ini -
waktu (time), harta (treasure), talenta (talent) – telah
kita pakai untuk melayani tujuan ilahi?
“Ketika engkau menyadari tujuan Tuhan untuk hidupmu
adalah bukan tentang engkau sendiri,
Dia akan memakai engkau dengan dahsyat”
Tony Evans
3. Israel Tiba di Sinai: Tuhan Menjumpai
Pengalaman Israel bersama dengan Tuhan sebelum Sinai,
meskipun dahsyat, tetaplah terbatas: Tuhan berbicara
kepada Israel lewat Musa; Tuhan mengekspresikan
kehadiran-Nya kepada Israel lewat tiang awan dan tiang
api. Dalam permulaan yang baru di Gunung Sinai, Tuhan
punya rencana baru buat Israel, yaitu: menyatakan
kehadiran-Nya secara personal.
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa
itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan
besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. Menjelang
hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga
TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di
gunung Sinai.” (Kel 19:10-11)
Kehadiran Tuhan secara ‘langsung’ dimaksudkan Tuhan
supaya Israel takut akan Tuhan dan tidak berbuat dosa. (Kel
20:20)
Seperti apakah manifestasi kehadiran-Nya?
Akitab mencatat adanya “guruh mengguntur, kilat
sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap”
dan “seluruh gunung itu gemetar sangat.” (Kel 19:18)
Kehadiran pribadi Tuhan yang seperti ini ternyata
menggentarkan Israel. Mereka menjadi takut dan gemetar
dan berdiri jauh-jauh. (Kel 20:18)
Umat pilihan Allah tidak siap berjumpa dengan Tuhan
dalam babak permulaan yang baru. Kondisi ketakutan yang
sangat membuat mereka berkata:
"Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan
mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan
kami, nanti kami mati." (Kel 20:19)
Ketidaksiapan untuk berjumpa dengan Tuhan dalam
permulaan yang baru membuat mereka lebih memilih ‘cara
lama’, yaitu mendengarkan Tuhan hanya lewat Musa.
Sementara Musa pergi mendekati hadirat Tuhan, bangsa
Israel kembali dikatakan “berdiri jauh-jauh” (Kel 20:21,
bandingkan dengan Kel 20:18b).
Permulaan yang baru membawa kita semua kepada perjumpaan
dalam dimensi yang baru dengan Tuhan.
1. Kita tidak bisa membatasi kehadiran Tuhan dengan
pengenalan kita yang tidak bergerak maju.
2. Kita tidak boleh mengenal “Tuhan” yang membuat kita
tidak takut berbuat dosa.
3. Kita tidak mungkin berada di dalam hadirat Tuhan yang
tidak membuat kita berubah menjadi semakin serupa dengan
Yesus.
Tuhan itu jauh melebihi apa yang sanggup kita pikirkan
dan bayangkan; kita akan memiliki kekekalan di langit
dan bumi yang baru untuk bersekutu dengan Dia. Karenanya,
harapkan pengenalan yang akan Tuhan kerjakan di Tahun
Permulaan yang Baru. (HT)
“Ada perbedaan yang besar antara mengenal Tuhan dan
mengenal tentang Tuhan. Ketika engkau sungguh-sungguh
mengenal Tuhan, engkau akan memiliki energi untuk
melayani Dia; keberanian untuk bersaksi tentang Dia; dan
kepuasan (J.I. Packer)