Shalom..., Selamat Datang di GBI House Of Grace ~ Rayon 3

Renungan

 PENGALAMAN SINAI DI PERMULAAN YANG BARU

“Ketika kita memasuki tahun permulaan yang baru, kita tidak hanya sekedar masuk ke dalam sebuah tahun dengan tema ‘permulaan yang baru’. Kita sedang masuk ke dalam sebuah rentang waktu di mana kita akan berhadapan dengan Tuhan yang mengerjakan permulaan-permulaan yang baru (‘God of new beginnings’). Kisah bagaimana Tuhan berperkara dengan Israel, umat pilihan-Nya, sejatinya adalah kisah bagaimana Tuhan mengerjakan serangkaian permulaan yang baru.
Dalam babak akhir dari kisah pembebasan Israel dari Mesir, sesaat sebelum Tuhan mencurahkan tulah ke-10, sebuah penanda waktu diberikan oleh Tuhan:
“Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.” (Kel 12:2)
Pembebasan dari Mesir adalah sebuah babak permulaan yang baru bagi umat pilihan.
Tuhan tidaklah membebaskan Israel dari Mesir tanpa suatu maksud. Tuhan lakukan pembebasan supaya Israel beribadah kepada Tuhan dimulai di Gunung Sinai. Tibanya Israel di Sinai juga adalah suatu permulaan yang baru bagi umat pilihan.
Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini." (Kel 3:12)

Pengalaman seperti apakah yang Israel alami di dalam permulaan yang baru di Sinai?
1. Israel Tiba di Sinai: Tuhan Singkapkan Tujuan
Apakah yang pertama-tama Tuhan nyatakan di Gunung Sinai? Penyingkapan berkat Tuhan di tanah perjanjian? Rencana peperangan untuk mengalahkan musuh-musuh? Di titik ini, Tuhan belum menyatakan semuanya itu. Yang pertama-tama Tuhan sampaikan kepada Israel adalah:
1. Tuhan meminta umat pilihan untuk mengingat akan perbuatan-Nya yang membebaskan mereka keluar dari Mesir. (Kel 19:4)
2. Tuhan menyatakan tujuan dari semua perbuatan-Nya atas Israel, yaitu supaya mereka menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Mereka dipisahkan (“dikuduskan”) dari bangsa lain untuk menjadi bangsa yang melayani Tuhan (“kerajaan imam”). (Kel 19:6)
Hal yang sama berlaku untuk kita, umat perjanjian Tuhan yang telah ditebus oleh darah Yesus. Kita perlu merenungkan maksud Tuhan memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Apakah supaya kita hidup sukses, menikmati berkat Tuhan? Bukanlah itu yang terutama. Inilah tujuan panggilan Tuhan atas kita:
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Pet 2:9)
Tujuan yang telah dinyatakan-Nya kepada Israel, kini Tuhan nyatakan juga kepada kita, yaitu supaya kita dipisahkan dari orang-orang lain (“terpilih”, “kudus”) untuk menjadi orang-orang yang melayani Tuhan (“imamat yang rajani”). Untuk itu kita patut merenungkan:
1. Apakah tujuan hidup kita saat ini sama atau selaras dengan tujuan yang Tuhan tetapkan atas hidup kita?
2. Apakah sumber daya yang kita miliki dalam hidup ini - waktu (time), harta (treasure), talenta (talent) – telah kita pakai untuk melayani tujuan ilahi?

“Ketika engkau menyadari tujuan Tuhan untuk hidupmu adalah bukan tentang engkau sendiri,
Dia akan memakai engkau dengan dahsyat”
Tony Evans

3. Israel Tiba di Sinai: Tuhan Menjumpai
Pengalaman Israel bersama dengan Tuhan sebelum Sinai, meskipun dahsyat, tetaplah terbatas: Tuhan berbicara kepada Israel lewat Musa; Tuhan mengekspresikan kehadiran-Nya kepada Israel lewat tiang awan dan tiang api. Dalam permulaan yang baru di Gunung Sinai, Tuhan punya rencana baru buat Israel, yaitu: menyatakan kehadiran-Nya secara personal.
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai.” (Kel 19:10-11)
Kehadiran Tuhan secara ‘langsung’ dimaksudkan Tuhan supaya Israel takut akan Tuhan dan tidak berbuat dosa. (Kel 20:20)

Seperti apakah manifestasi kehadiran-Nya?
Akitab mencatat adanya “guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap” dan “seluruh gunung itu gemetar sangat.” (Kel 19:18)
Kehadiran pribadi Tuhan yang seperti ini ternyata menggentarkan Israel. Mereka menjadi takut dan gemetar dan berdiri jauh-jauh. (Kel 20:18)
Umat pilihan Allah tidak siap berjumpa dengan Tuhan dalam babak permulaan yang baru. Kondisi ketakutan yang sangat membuat mereka berkata:
"Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati." (Kel 20:19)
Ketidaksiapan untuk berjumpa dengan Tuhan dalam permulaan yang baru membuat mereka lebih memilih ‘cara lama’, yaitu mendengarkan Tuhan hanya lewat Musa. Sementara Musa pergi mendekati hadirat Tuhan, bangsa Israel kembali dikatakan “berdiri jauh-jauh” (Kel 20:21, bandingkan dengan Kel 20:18b).
Permulaan yang baru membawa kita semua kepada perjumpaan dalam dimensi yang baru dengan Tuhan.
1. Kita tidak bisa membatasi kehadiran Tuhan dengan pengenalan kita yang tidak bergerak maju.
2. Kita tidak boleh mengenal “Tuhan” yang membuat kita tidak takut berbuat dosa.
3. Kita tidak mungkin berada di dalam hadirat Tuhan yang tidak membuat kita berubah menjadi semakin serupa dengan Yesus.
Tuhan itu jauh melebihi apa yang sanggup kita pikirkan dan bayangkan; kita akan memiliki kekekalan di langit dan bumi yang baru untuk bersekutu dengan Dia. Karenanya, harapkan pengenalan yang akan Tuhan kerjakan di Tahun Permulaan yang Baru. (HT)

“Ada perbedaan yang besar antara mengenal Tuhan dan mengenal tentang Tuhan. Ketika engkau sungguh-sungguh mengenal Tuhan, engkau akan memiliki energi untuk melayani Dia; keberanian untuk bersaksi tentang Dia; dan kepuasan (J.I. Packer)


 

BACK..