PENGELOLA BUKAN PEMILIK (STEWARD NOT AN OWNER)
"Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas,
demikianlah firman TUHAN semesta alam.” Hagai 2:9
“Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan
dunia serta yang diam di dalamnya.” Mazmur 24:1
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa apa saja yang kita
miliki: jabatan, bakat, keahlian bahkan uang atau harta
benda lainnya adalah kepunyaan Tuhan. Semua itu
dititipkan kepada kita untuk dikelola dan dikembangkan.
Tuhan punya kehendak dan rencana atas penciptaannya,
yaitu bahwa Tuhan menginginkan semua ciptaannya dapat
menggunakan potensinya dengan maksimal untuk memuliakan
nama Tuhan. Edisi kali ini kita akan membahas khusus
mengenai pengelolaan uang dan harta.
MENGEJAR KEPERCAYAAN DARI TUHAN
Suatu pemahaman yang salah jika harta benda atau uang
yang kita miliki adalah kepunyaan kita. Jika pandangan
kita berpandangan bahwa harta kekayaan ini adalah milik
kita, maka kita akan menggunakan harta ini sesuai dengan
apa yang kita ingini. Kita berpendapat bahwa sebagai
orang yang berhasil mengumpulkan harta ini kita berhak
atas segala kenikmatan yang bisa diperoleh dari harta
ini. Padahal uang hanya menjanjikan kenikmatan dan
kekuasaaan yang sesaat bukan yang hakiki. Sebab ini
adalah milik kita. Kita bisa menggunakannya untuk apa
saja sesuai keinginan kita, sekalipun itu bertentangan
dengan kebenaran Firman Tuhan.
Kualitas Rohani seseorang dapat dipengaruhi oleh cara
mereka mengelola uang dan harta. Pendeta Billy Graham
pernah berkata:
“Give me five minutes with a person’s checkbook, and I
will tell you where their heart is.”
Artinya, kemana kita membelanjakan uang kita, itu
mencerminkan isi hati kita, sebab “di mana ada hartamu
di situlah hatimu.” Apakah banyak dipergunakan untuk
membeli benda-benda yang berharga demi memberikan nilai
harga diri kita? Atau uang itu kita gunakan untuk
hal-hal kerajaan sorga seperti:
• mengembalikan perpuluhan,
• menghidupi janda-janda miskin dan
• menolong sesama?
Di sini kita bisa mengerti bahwa uang dan harta menjadi
saingan utama Tuhan.
Mazmur 24:1 dengan jelas berkata,
“Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan
dunia serta yang diam di dalamnya.”
Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa kita ini hanya
pengelola dan Tuhan adalah pemiliknya. Bahkan dalam
Imamat 25:23 Tuhan pun menyatakan diri-Nya sebagai
pemilik tanah.
“Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah
itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku.”
Pengelola tidak punya hak sama sekali untuk menentukan
penggunaan harta tersebut selain dari pemilik. Pengelola
hanya memelihara dan melaksanakan amanah dari si pemilik.
Pemilik berhak untuk mencabut hak pengelolaan hartanya
dari para pengelolanya jika pemilik merasa bahwa si
pengelola tidak mengelola sesuai dengan yang
dikehendakinya dan hilang kepercayaan kepada si
pengelola.
Itulah sebabnya, seorang pengelola harta harus
senantiasa memelihara kepercayaan yang diberikan oleh si
pemilik. Jika kepercayaan pemilik bertumbuh, maka akan
bertumbuh pula harta yang dititipkan kepada si pengelola.
Ketika kita mengakui kepemilikan Tuhan atas harta benda
kita, segala keputusan-keputusan untuk penggunaan harta
menjadi keputusan yang sama rohaninya dengan
keputusan-keputusan dalam peribadahan. Kita tidak lagi
berkata:
• “Tuhan apa yang aku mau lakukan dengan uangku ini?”
melainkan bertanya:
• “Tuhan apa yang engkau mau aku lakukan atas uang-Mu
ini?”
FIRMAN TUHAN MENJADI PENUNTUN
Tuhan telah memberikan petunjuk lewat firman-Nya dalam
hal mengelola harta atau kekayaan yang dititipkan kepada
kita sebagai pengelola. Tuhan Yesus banyak berbicara
mengenai uang dan harta. Di dalam Alkitab ada:
• 16 dari 38 perumpamaan berkaitan dengan cara kita
mengendalikan uang dan harta
• 500 ayat mengenai doa,
• kurang dari 500 ayat mengenai iman, tetapi
• lebih dari 2.350 ayat mengenai uang dan harta.
Firman Tuhan mengatakan di 2 Timotius 3:16,
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran.”
Sejak dari taman Eden, Tuhan tidak pernah menetapkan
bahwa semua ciptaan-Nya itu adalah milik kita. Firman
Tuhan menggariskan sebagai berikut:
• Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh
bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi.”
Kejadian 1:26
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya
dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman
itu.”
Kejadian 2:15
Doktrin mengenai penciptaan ini jelas meneguhkan bahwa
Tuhan ingin manusia menjadi pengelola, bukan pemilik.
Sebagai wakil Tuhan yang wajib memelihara dengan
sebaik-baiknya semua ciptaan ini. Ini yang disebut
secara teologia “Creation Mandate”. Kita diciptakan
untuk mewakili Tuhan di bumi ini. Tuhan telah menitipkan
kekayaan dari ciptaan-ciptaan-Nya ini di bawah
pengawasan kita.
Namun dosa membuat manusia bukan lagi menjadi pengelola.
Manusia telah menjadi ‘money lover’ bukan ‘money
master’. Hubungan manusia dengan Tuhan terputus. Manusia
jadi sangat mengandalkan uang dan hartanya sebagai
sumber kebahagiaan dan kekuasaan sehingga rasa aman
terletak pada berapa banyaknya uang dan harta yang kita
peroleh. Karena merasa hidup ini hanya sementara setelah
itu tidak tahu apa yang terjadi, maka mereka memuaskan
hawa nafsu mereka. Rela melakukan hal-hal yang tidak
berkenan kepada Allah, antara lain: korupsi, penipuan,
exploitasi, investasi fiktif, dsb. Semua itu dilakukan
semata-mata demi memperoleh keuntungan yang maksimal
tanpa memikirkan hak-hak orang lain, bahkan melupakan
rencana Allah atas kita. Mereka terjebak kedalam zona
‘cinta uang’.
Firman Tuhan dalam 1 Timotius 6:10 menyatakan:
“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab
oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang
dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai
duka.”
Tetapi dengan adanya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat,
maka semua itu bisa diputarbalikkan. Dengan menerima
Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita, maka kita bisa
dipindahkan dari zona kutuk dosa ke zona berkat. Bukan
hanya menerima keselamatan kekal di sorga nanti tetapi
juga masuk zona berkat ilahi. Ada rasa aman di mana kita
berhak atas Janji Allah. Dia tidak pernah lalai dalam
menepati janjinya untuk memenuhi kebutuhan hidup kita.
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan
hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan
janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak
kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada
makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”
Matius 6:25
Roh Kudus akan mengubah cara kita memandang uang dan
harta. Hikmat dan roh kreativitas dalam mengelola uang
terjadi atas kita, dan semuanya ditujukan untuk
memuliakan Tuhan. Ada rasa haus akan hadirat Tuhan. Kita
jadi berhak atas segala janji-janji Tuhan yang
dijanjikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub.
“Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga
adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji
Allah.” Galatia 3:29
Memang hidup ini membutuhkan uang, tetapi uang bukan
segala-galanya yang kita butuhkan. Terutama juga bukan
uang yang menjadi pengendali kehidupan kita, tetapi
kitalah yang harus mengendalikan sebagai pengelolanya.
Biarlah kita tetap menjadi pengelola yang dapat
dipercaya dan diandalkan oleh Tuhan. Jangan terjebak
dalam obsesi untuk mengejar kekayaan, tetapi kejarlah
kepercayaan dari TUHAN. Kekayaan itu buah dari ketaatan
dan kejujuran dalam mengelola harta sesuai kehendak
pemiliknya yaitu Tuhan. (RL)