PENTAKOSTA
“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya
berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit
suatu bunyi seperti tiupan angin keras
yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan
tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api
yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang
diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya."
Kisah Para Rasul 2:1-4
Dalam masyarakat Yahudi, Pentakosta merupakan hari raya
penuaian, yaitu momen mereka bersukacita karena panen
yang mereka terima. Masyarakat Yahudi harus merayakan
Pentakosta, sekalipun mungkin tidak secara langsung
memiliki usaha agraria (pertanian atau perkebunan).
Secara tradisional, masyarakat Yahudi percaya bahwa hari
di mana Musa menerima hukum-hukum Allah adalah juga hari
Pentakosta. Jadi dari sudut pandang Yudaisme, Pentakosta
berarti penuaian dan diterimanya hukum Allah.
Hari Raya Pentakosta bagi umat Kristiani adalah hari
yang sangat bermakna. Kata "penta" yang artinya 50 (limapuluh)
merujuk kepada 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus
dari kematian. Kisah Para Rasul 2 mencatat bahwa hari
itu sebagai hari terjadinya pencurahan Roh Kudus kepada
120 orang di loteng atas dan mereka berbahasa roh
sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus. Tanda awal ini
secara konsisten muncul dalam berbagai peristiwa serupa
yang dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul. Peristiwa ini
juga sebagai hari lahirnya Gereja secara universal. Jadi
bagi kita Pentakosta memiliki makna:
a. Pencurahan Roh Kudus bagi orang yang percaya kepada
Kristus, untuk memiliki kuasa menuai jiwa-jiwa bagi
Tuhan. (Kis 1:8)
b. Penggenapan janji Kristus bahwa Roh Kudus akan
menuntun kita untuk mengerti firman (‘hukum’) Tuhan yang
ditorehkan dalam hidup kita. (Yoh 14:26 ; Ibr 8:10)
c. Hari di mana Allah meng-inagurasi lahirnya
persekutuan orang-orang yang percaya kepada-Nya di dalam
Kristus Yesus. (Kis 2:47)
Gereja tidak mungkin ada jika tidak ada pencurahan Roh
Kudus!
Patut juga diingat, bahwa ketika orang Israel berjalan
di padang gurun selepas mereka bebas dari Mesir, maka
Allah menuntun mereka dengan tiang awan dan tiang api.
Ini adalah perlambangan Roh Kudus yang akan menuntun
umat-Nya dalam perjalanan hidup mereka.
Di era Perjanjian Baru, perlambangan kehadiran Roh Kudus
untuk menuntun umat-Nya muncul kembali dalam lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap di antara
pengikut Yesus di loteng atas pada hari raya Pentakosta
yang pertama. (Kis 2:3)
Di sini kita bisa melihat adanya hubungan yang erat
antara apa yang didapatkan oleh masyarakat Yahudi di
zaman Perjanjian Lama dengan apa yang didapatkan oleh
orang Kristen di zaman Perjanjian Baru. Dari sini juga
kita bisa melihat bahwa apa yang dikerjakan oleh Roh
Kudus di Perjanjian Lama tetap berlangsung (continue) di
Perjanjian Baru, artinya tetap ada sampai sekarang.
Sebelum para murid menerima pencurahan Roh Kudus, mereka
menantikan dengan setia janji Yesus akan hal tersebut. (Kis
1:8) Mereka tidak langsung menjalankan Amanat Agung
Tuhan Yesus (Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16) karena tahu
bahwa tidak mungkin menjalankan apa yang Tuhan
perintahkan tanpa kepenuhan Roh Kudus (bdk. Kis 4:31).
Prinsip inilah yang dengan setia kita terapkan dalam
pelayanan, demikian juga yang dilakukan oleh berbagai
jemaat. Sebagai umat Kristen Perjanjian Baru, kita
mengerti bahwa baptisan Roh Kudus dengan tanda awal
berbahasa roh hanya terjadi sekali dalam hidup kita,
tetapi kita perlu terus-menerus dipenuhi oleh Roh Kudus.
(Kis 11:26,13:52; Ef 5:17-19)
EMPAT ALASAN MENGAPA KITA PERLU TERUS DIPENUHI ROH KUDUS
1. Untuk Menghasilkan Hidup yang Kudus
"Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan
karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi
karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan
oleh pembaharuan yang dikerjakan Roh Kudus, yang sudah
dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus,
Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang
dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima."
(Titus 3:5-7)
Kita diselamatkan oleh karena anugerah yang Tuhan
berikan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu
salib. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik,
tetapi semata-mata karena kasih karunia-Nya. Roh Kudus-lah
yang menggerakkan hati kita untuk percaya kepada
anugerah keselamatan yang Kristus sediakan buat kita.
Apakah berhenti di situ? Tentu tidak. Kita masih harus
diajar, dituntun dan diperbaharui oleh Roh Kudus dan
firman-Nya, agar pada akhirnya keselamatan kita
dituntaskan pada saat kita berjumpa dengan Tuhan.
Rasul Petrus dengan jelas dalam Kisah Para Rasul 2:38
dan 2:40 mengatakan bahwa hanya orang yang percaya
kepada Kristus-lah yang berhak menerima kepenuhan Roh
Kudus. Siapa yang dinyatakan sebagai "percaya kepada
Kristus"? Itu adalah mereka yang bertobat dan memberi
diri dibaptis (selam) dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosa. Setelah itulah orang percaya perlu
dipenuhi Roh Kudus agar mereka diselamatkan dari
cara-cara hidup dunia yang jahat ini. Jadi kepenuhan Roh
Kudus akan membantu kita dalam menjalani hidup yang
kudus.
2. Memberi Kuasa untuk Mengabarkan Injil dan Menjadi
Saksi Bagi Kristus
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)
Salah satu tujuan utama Roh Kudus dicurahkan kepada kita
adalah agar kita mampu mengabarkan Injil dan menjadi
saksi-saksi kasih karunia Tuhan. Pada titik ini mungkin
ada yang bertanya: “Bisakah seseorang mengabarkan injil
atau menjadi saksi tanpa Roh Kudus? Bagaimana dengan
para misionaris non-pentakostal yang menjalankan
pengabaran injil, apakah tanpa Roh Kudus?”
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah adalah
bahwa bisa saja seseorang mengabarkan injil dan menjadi
saksi tanpa kepenuhan Roh Kudus, tetapi hasilnya sangat
jauh berbeda dengan mereka yang dipenuhi Roh Kudus.
Kekristenan di abad-abad pertama meluas dengan sangat
cepat karena para pengikut Kristus dipenuhi Roh Kudus.
Kita tidak bisa memungkiri sejarah, bahwa sesudah itu
pengabaran Injil tidak secepat yang terjadi pada era
para rasul.
Namun ketika memasuki abad 20, khususnya setelah revival
di Azusa Street (‘Pentakosta Kedua’), pengabaran injil
berlangsung jauh lebih cepat, dan jutaan orang menjadi
saksi bagi kemuliaan Tuhan. Dari fakta sejarah ini saja
kita bisa melihat betapa significant-nya kepenuhan Roh
Kudus dalam menggerakkan orang percaya untuk mengabarkan
Injil.
Satu hal yang harus kita perhatikan juga adalah Markus
16:15-18. Jika kita perhatikan baik-baik ayat-ayat ini
maka jelaslah bahwa mujizat-mujizat menyertai
orang-orang yang memberitakan injil. Pemberitaan injil
harus disertai dengan kuasa dan kepenuhan Roh Kudus.
3. Menggairahkan Kehidupan Doa dan Persekutuan Dengan
Allah
"Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul
tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti
di rumah masing-masing secara bergilir dan makan
bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati." (Kisah
Para Rasul 2:46)
Salah satu hal yang tercatat dari gaya hidup jemaat
mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus adalah mereka suka
untuk berkumpul, senang untuk bersekutu, senang untuk
belajar firman Tuhan dan senang untuk memuji dan
menyembah Tuhan. Ini adalah gaya hidup dari orang-orang
yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Terdapat suatu kegairahan
di dalam diri orang percaya untuk selalu senang berdoa,
berhubungan erat dengan Tuhan dan sesama anak Tuhan.
Kita juga melihat dalam Kisah Para Rasul 16 misalnya,
Paulus dan Silas tetap berdoa dan memuji-muji Allah
sekalipun mereka sedang dipasung dalam penjara. Orang
percaya yang dipenuhi Roh Kudus, akan selalu on fire
dalam kehidupan doa-pujian-penyembahan.
Pastor Niko Njotorahardjo dalam suatu session pernah
mengajar, bahwa orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus
tidak akan pernah merasa lelah atau burn-out dalam
pelayanan. Jika ada diantara kita yang saat ini sedang
merasakan hal yang demikian, maka segeralah membangun
hubungan yang erat dengan Tuhan, masuk hadirat-Nya,
dipenuhi kembali dengan Roh Kudus, banyak berdoa, memuji,
dan menyembah, sehingga kita akan kembali berapi-api
untuk melayani Dia (Rm 12:11).
4. Menyatakan Hadirat Allah dalam Hidup Kita
"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang,
bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa
dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian." (Yohanes 4:23)
Perhatikanlah kata-kata yang diucapkan Yesus dalam ayat
di atas. Yesus mengatakan bahwa Bapa menghendaki agar
kita menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran. Ini
artinya, mereka yang menyembah Dia di dalam kepenuhan
Roh Kudus dan hidupnya sesuai dengan Firman Tuhan,
melakukan kehendak Bapa dan yang melakukan kehendak Bapa
pasti mengalami/merasakan hadirat Tuhan dalam hidup
mereka.
Di tengah-tengah situasi apapun, orang-orang yang
dipenuhi Roh Kudus akan tetap kuat dan bersukacita,
karena Roh Kudus yang ada dalam diri mereka jauh lebih
besar daripada apapun yang ada di dunia. (1 Yoh 4:4)
Di hari Pentakosta ini, marilah kita kembali menyatakan
kepada Tuhan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Dia dan
kita sangat membutuhkan kepenuhan Roh Kudus dalam
kehidupan kita. Amin. (CS)
Datanglah s'karang penuhi kami dengan kuasa-Mu
Penuhi kami sekarang ini dengan api Roh-Mu
Roh Kudus, ini hamba-Mu
Roh Kudus, penuhi hamba-Mu