PENTAKOSTA KETIGA
Persiapan Menyambut Penuaian Yang Terakhir
Di tengah keadaan dunia saat ini,
perang yang begejolak di beberapa belahan dunia, wabah
penyakit yang menggentarkan banyak penduduk bumi,
kemerosotan moral yang nyaris tidak terbendung, dan
masih banyak lagi fenomena-fenomena buruk yang terjadi
di sekeliling kita, maka sebagai orang percaya kita
sadar bahwa apa yang kita dapatkan dari Tuhan, apa yang
selalu kita doakan yakni PENTAKOSTA KETIGA adalah
satu-satunya JAWABAN dari semua persoalan di atas. Kita
perlu kuasa dan lawatan Tuhan untuk menghadapi dan
mengatasi semua hal tersebut.
Adalah tanggung jawab Gereja; baik secara institusi dan
pribadi-pribadi orang percaya untuk mempersiapkan diri
kita agar kita mengalami semua itu. Kita harus
menyelaraskan diri kita dengan kehendak Tuhan diakhir
zaman ini supaya penuaian yang terbesar dan terakhir itu
sungguh-sungguh terjadi.
Kita harus menyadari bahwa sebuah revival tidaklah
terjadi dengan sendirinya. Sejarah mencatat bahwa setiap
kali Tuhan akan mencurahkan Kebangunan Rohani atas suatu
bangsa atau dalam satu lingkup yang lebih luas, hal
pertama yang Dia cari adalah orang-orang yang akan
dipakai oleh-Nya untuk menjadi pembawa Api Penuaian, Api
Revival itu.
Kisah Para Rasul 1, dapat menjadi tolak ukur dan
pembelajaran yang sangat penting kalau kita ingin
menyongsong datangnya penuaian yang terbesar itu.
1. Pola Pikir yang Selaras Dengan Prinsip-prinsip
Kerajaan
Dibutuhkan para pemimpin yang Rasuli untuk dapat
mengubah pola pikir jemaat. Dibutuhkan
pengajaran-pengajaran yang kuat untuk merubah pola pikir
dan paradigma yang salah di dalam jemaat menjalani
kehidupan mereka sehari-hari.
Jemaat harus mulai bisa menghidupi prinsip-prinsip
kebenaran, prinsip-prinsip kerajaan sorga; dalam
menjalani hidupnya. Ada begitu banyak pergumulan dan
masalah yang selama ini membelenggu hidup mereka akan
segera dapat terselesaikan ketika hidup dalam kebenaran
Firman Tuhan. Selama ini, ada begitu banyak energi yang
kita hamburkan ‘dengan percuma’ hanya untuk membenahi
‘efek-efek kesalahan’ yang dilakukan oleh jemaat itu
sendiri.
Seandainya jemaat mulai hidup berdasarkan
prinsip-prinsip Kerajaan, otomatis tidak ada lagi celah
yang akan dapat dimanfaatkan oleh musuh untuk menyerang
hidup mereka. Sekalipun menghadapi suatu pergumulan
tertentu, mereka memiliki posisi rohani yang
memampukannya untuk menang dalam menghadapinya.
Dengan paradigma yang baru di mana jemaat hidup dalam
prinsip kerajaan, maka yang ada dalam pikiran dan hati
jemaat adalah perkara yang sama seperti yang ada dalam
pikiran dan hati Tuhan. (Kis 1:3)
2. Hidup Dalam Destiny Ilahi Yang Telah Tuhan Berikan
Apa yang Tuhan akan lakukan atas satu komunitas atau
satu bangsa, akan selalu Ia lakukan melalui Gereja-Nya.
Kalau tidak ada Gereja yang bisa menangkap isi hati
Tuhan pada zaman ini, tidak ada yang akan terjadi.
Sejujurnya tanpa kehadiran sebuah Gereja yang Apostolik
dan Profetik, tidak akan pernah terjadi perubahan apapun
di daerah tersebut. Dengan bangkitnya para pemimpin yang
Apostolik atas suatu daerah, maka secara otomatis Gereja
yang bergerak secara apostolikpun akan mulai bangkit dan
bergerak. Kita harus menemukan Gereja seperti itu dan
terhisap di dalamnya. Saat kita melakukannya maka kita
akan mulai menemukan panggilan dan destiny ilahi yang
Tuhan sudah siapkan bagi setiap umat-Nya.
Bagi seorang pemimpin yang Rasuli (Apostolic
Leadership), pelayanan bukanlah hanya suatu aktivitas
rohani yang dilakukan oleh jemaatnya di dalam gedung
gereja. Pelayanan adalah suatu aktivitas yang kita
lakukan bagi sang Raja yang dimotivasi oleh suatu beban
Ilahi yang Ia taruh dalam hati kita sementara kita
berada di dalam hadirat-Nya. Aktivitas apapun yang kita
lakukan karena beban Ilahi – suatu aktivitas rohani
ataupun aktivitas yang didasarkan atas disiplin ilmu
yang pernah kita pelajari – dan menghasilkan dampak yang
nyata di tengah sebuah komunitas, itu adalah sebuah
pelayanan.
Akibatnya, sebagai jemaat, kita akan mengaktivasikan
setiap potensi Ilahi yang sudah Tuhan taruh dalam hidup
kita agar betul-betul dapat dimanfaatkan untuk
mempengaruhi dan mengubah komunitas di mana kita berada.
(Kis 1:4, bnd. 6-7)
3. Hidup Dalam Kingdom Lifestyle
Gaya hidup doa, pujian dan penyembahan adalah sebuah
keharusan. Kegiatan ini bukanlah sekedar ritual agamawi,
melainkan ekspresi yang lahir dari kehausan akan
hadirat-Nya dan pengurapan-Nya.
Untuk mengubah kehidupan seseorang, dibutuhkan seseorang
yang hidupnya sudah berubah. Ketika kita terus
menghidupi kebenaran-kebenaran seperti yang diteladankan
para Rasul (kebenaran Rasuli), maka kehidupan
sehari-hari kitapun akan menimbulkan dampak yang sangat
kuat di tengah-tengah masyarakat. Hidup kita yang
berubah menjadi seperti ‘benih Ilahi yang siap
ditaburkan dan menghasilkan buah yang lebat’ di tengah
komunitas di mana kita berada. Hidup kita menjadi sebuah
‘garam dan terang’ – menyatakan pengaruh Ilahi yang kuat
untuk memberi perubahan. (Mat 13:38)
4. Memfokuskan Diri Pada Kehidupan di Masa Depan
Hari itu Petrus berdiri sebagai pemimpin dan mengambil
sikap untuk satu keputusan yang penting. Dia
melakukannya dengan wibawa dan pengurapan ilahi. Apa
pelajaran yang penting di sini?
Tidak ada seorangpun yang memiliki ‘kehidupan yang mulus’,
sebab tidak ada yang sempurna. Pada setiap kehidupan
akan selalu ada ‘cacat, noda dan masa lalu yang ingin
dilupakan’. Setan akan selalu berusaha untuk membuat
kita memfokuskan diri pada ‘masa lalu yang ingin kita
lupakan’ itu dengan tujuan agar setiap kali kita ingin
bangkit dalam kuasa Roh, kita akan selalu terbentur oleh
banyaknya ‘cacat dan kelemahan manusiawi’ yang kita
miliki. Karena itu kita harus hidup di atas dasar
kebenaran-Nya, bukan kebenaran kita sendiri. Saat kita
menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, Ia
menyatakan bahwa kita adalah ciptaan yang baru di dalam
Dia. (II Kor 5:17; Rom 8:1)
Memang dahulu kita adalah manusia yang rusak dan berdosa,
tidak perlu ditutup-tutupi, itulah realita yang memang
kita miliki. Tetapi sejak kita mengalami pengalaman
kelahiran baru, kita adalah manusia yang baru di dalam
Dia; kita merasakannya ataupun tidak, percaya ataupun
tidak, itulah sebuah fakta kebenaran. Dengan kita
menerima dan mempercayai fakta kebenaran ini, kita akan
memiliki cukup rasa percaya diri untuk terus melangkah
dan menyongsong masa depan yang sudah Tuhan sediakan
bagi kita.
Kebenaran ini memiliki kuasa untuk memutuskan semua
pengaruh masa lalu yang selama ini mengganggu hidup kita.
Kebenaran itu membebaskan hidup kita yang sekarang dan
sekaligus membangun masa depan yang lebih indah dari
yang dapat kita perkirakan secara manusiawi.
Saat Gereja bangkit dalam kuasa Roh Kudus untuk
mematahkan belenggu masa lalu ini maka Gereja akan
sanggup mengalirkan aliran kehidupan Roh tanpa ada yang
dapat menghalangi lagi. Revival sudah di depan mata….
Sampai sejauh ini, sudah seberapa jauhkah kita
mempersiapkan diri untuk menyongsong Revival yang selama
ini kita rindukan? Amin. (MK)