PENTAKOSTA KETIGA SEBAGAI KELAHIRAN PENTAKOSTA YANG BARU
PENTAKOSTA
Jika kita mendengar kata ‘Pentakosta’ tentunya pikiran
kita langsung tertuju pada sebuah peristiwa yang terjadi
lebih dari 2000 tahun yang lalu di kamar loteng atas
kota Yerusalem yang dicatat oleh tabib Lukas dalam kitab
Kisah Para Rasul 2:1-13.
Tanpa kita sadari beberapa orang telah mempersempit
pemahaman akan pencurahan Roh Kudus yang telah
dijanjikan TUHAN sejak Perjanjian Lama. Salah satu janji
Tuhan yang paling dikenal adalah dalam Yoel 2:28-29.
Mereka menganggap bahwa janji itu telah sempurna
digenapi dalam gereja mula-mula, jadi janji itu telah
selesai, Pentakosta telah berakhir dan tidak mungkin
terulang lagi setelah peristiwa yang terjadi lebih dari
2000 tahun yang lalu itu. Hal inilah yang membuat tidak
sedikit orang yang mempertanyakan tentang istilah
Pentakosta Kedua dan Pentakosta Ketiga.
Jika kita ingin menelaah lebih terperinci, janji yang
dimuat dalam Yoel 2:28-29, ini adalah janji pencurahan
Roh Kudus, bukan janji “peristiwa” Pentakosta sebagai
sebuah event atau monument, melainkan God’s movement
untuk memperlengkapi orang percaya sampai kedatangan-Nya
yang kedua kali. Kita mengenang dan menyebutnya sebagai
Pentakosta karena itu penggenapan pertama dari janji
pencurahan Roh Kudus yang terjadi secara terang-terangan,
dampaknya meluas sampai ke bangsa-bangsa dan itu terjadi
pada Hari Raya Pentakosta orang Yahudi (Kisah Para rasul
2:1) yaitu Hari Raya Menuai (Keluaran 23:16). Itulah
sebabnya dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan
judul perikopnya ditulis “Roh Kudus datang pada hari
Pentakosta”, artinya yang menjadi highlight adalah
kedatangan Roh Kudus yang dijanjikan dan terjadi pada
perayaan hari Pentakosta.
Bukan suatu kebetulan semua peristiwa penting tentang
penebusan Kristus terjadi bertepatan dengan hari raya
orang Yahudi seperti Paskah, Hari Raya Tujuh Minggu,
Hari Raya Menuai, sebab dengan demikian bangsa Israel
seharusnya menyadari bahwa perayaan-perayaan mereka
bukan hanya memiliki nilai peribadatan saja atau
liturgis (Yun: Leitourgia) semata, melainkan juga
profetis yang menuju pada kematian-kebangkitan-kenaikan
Yesus Kristus, pencurahan Roh Kudus dan penuaian
jiwa-jiwa. Dengan kata lain, keselamatan dan penebusan
dapat mereka peroleh bukan karena melakukan ritual
peribadatan hari raya agamawi, melainkan melalui karya
penebusan Kristus.
Janji pencurahan Roh Kudus belumlah berakhir, secara
sederhananya jika kita membaca Yoel 2:28-29 “Kemudian
dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan
Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki
dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua
akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat
penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu
laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada
hari-hari itu.”
Secara jelas ada bagian yang belum terpenuhi secara
sempurna dalam peristiwa Pentakosta Pertama, yakni Roh
Tuhan belumlah dicurahkan ke atas “semua manusia”.
Lagipula jika kita berkata bahwa penggenapan janji ini
sudah sempurna digenapi pada peristiwa Pentakosta
Pertama dan tidak mungkin terulang dikemudian hari,
bagaimana kita bisa menjelaskan tentang pencurahan Roh
Kudus yang terjadi pada tahun 1906 di Azusa Street, 1907
di Wales dan beberapa tempat lainnya? Apa yang terjadi
lebih dari 2000 tahun lalu adalah awal dari penggenapan
janji Tuhan tentang pencurahan Roh Kudus yang akan terus
digenapi semakin besar dan dahsyat sampai kedatangan
Tuhan Yesus yang kedua kali, sesuai dengan prinsip hujan
awal dan hujan akhir (Ulangan 11:14; Ayub 29:23; Hosea
6:3; Yoel 2:23; Zakharia 10:1 dan; Yakobus 5:7).
Sejarah membuktikan bagaimana setelah peristiwa
Pentakosta Pertama (Kisah Para Rasul 2:1-13) yang luar
biasa itu, pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada tahun
1906 di Azusa Street merupakan gelombang berikutnya yang
jika diibaratkan sebagai hujan dengan intensitas yang
jauh lebih deras dan lebat dari Pentakosta Pertama,
dampaknya juga meluas ke bangsa-bangsa. Itulah sebabnya
kita menyebutkannya sebagai Pentakosta Kedua. Mengapa
peristiwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi di beberapa
tempat dalam kurun waktu tahun 37-1906 atau 1907-2018
tidak diperhitungkan sebagai bagian dari gelombang ini?
Mengacu kepada Kisah Para Rasul 2:1-13, tidak semua
peristiwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi
diperhitungkan dalam gelombang Pentakosta, sebab harus
memenuhi kriteria: “Apakah terjadi secara
terang-terangan dan disaksikan banyak orang? Apakah
berdampak meluas sampai kepada bangsa-bangsa? Apakah
berdampak langsung terhadap penuaian jiwa-jiwa?”
Pentakosta pertama di Yerusalem dan Pentakosta kedua di
Azusa Street memenuhi kriteria tersebut.
Dalam buku berjudul ‘Azusa Street, They Told Me Their
Stories’ (The Youth and Children of Azusa Street Tell
Their Stories), ditulis oleh J. Edward Morris, Cindy
McCowan dan Tom Welchel (1909), Menceritakan tentang
pemimpin dari kebangunan rohani Azusa Street yang
bernama William Seymour, menubuatkan bahwa “100 tahun
dari waktu itu akan terjadi pencurahan Roh Kudus dan
Kemuliaan Tuhan (Shekinah Glory) yang jauh lebih besar
dan lebih luas jangkauannya dibandingkan dengan yang
dialami di Azusa.” Haleluya!
Masa atau era 100 tahun setelah 1909 itu adalah era yang
sedang kita jalani sekarang ini. Kita sedang berada di
era gelombang berikutnya dimana pencurahan Roh Kudus
terjadi jauh lebih dahsyat dengan jangkauan yang jauh
lebih luas. Pada tanggal 17-20 Juli 2018 yang lalu di
SICC, pada acara Empowered 21 Asia-Global telah
dideklarasikan bahwa Pentakosta Ketiga sudah dimulai.
Pentakosta Ketiga ini sebagai kelahiran Pentakosta yang
baru.
APA PENTAKOSTA KETIGA?
Banyak orang bertanya “Sebenarnya apa yang dimaksud
dengan Pentakosta Ketiga?” Secara tegas dan jelas telah
diuraikan oleh Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
bahwa Pentakosta Ketiga adalah:
1. Masa pencurahan Roh Kudus pada zaman now yang membuat
terjadinya penuaian jiwa yang terbesar dan terakhir
sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
2. Masa penyelesaian Amanat Agung Tuhan Yesus.
3. Pencurahan Roh Kudus yang akan melanda seluruh dunia
dan dimulai dengan kegerakan anak-anak muda di Indonesia
dan akhirnya gerakan ini akan kembali ke Yerusalem.
Dengan uraian dan penjelasan tersebut diatas, kita
mengerti bahwa Pentakosta Ketiga memiliki makna yang
luas - bukan sempit, bukan hanya sekedar berbicara
tentang momen atau peristiwanya saja sehingga
menimbulkan keraguan bahkan ‘nyinyiran’ yang
mempertanyakan, “Mana, katanya Pentakosta Ketiga, kok
kita belum melihat peristiwa seperti yang tertulis dalam
Kisah Para Rasul?” Mereka yang meragukan dan bersikap
sinis jangan-jangan hanya mengamati dan berpikiran
secara lokal saja, melihat hanya yang nampak kasat mata
di depan pandangannya. Ibarat melihat lukisan yang besar,
kita baru bisa menikmati keindahannya secara utuh ketika
kita melihat gambaran besarnya. Dengan kata lain, kita
harus melihat dan memiliki pola pikir secara nasional
dan global tentang apa yang sedang terjadi dan apa yang
sedang Roh Kudus kerjakan di era atau masa ini.
Bagaimana orang-orang di bangsa-bangsa menerima
pencurahan Roh Kudus, penuaian jiwa-jiwa yang luar biasa
sedang terjadi, banyak orang bertobat dan percaya kepada
Tuhan Yesus, bagaimana misi pekabaran Injil baik secara
langsung maupun melalui media massa dan media sosial
menjangkau semua lapisan masyarakat di semua belahan
dunia, serta bagimana Tuhan sedang membangkitkan gerakan
anak-anak muda di Indonesia yang berdampak pada
pencurahan Roh Kudus yang akan melanda seluruh dunia
sampai akhirnya kembali ke Yerusalem. From East to West
and Back to Jerusalem!
Terkait dengan Pentakosta Ketiga sebagai kelahiran
Pentakosta yang baru, adalah hal yang baik
mempertanyakan secara logika, namun jauh lebih jika kita
berdoa, buka hati, ‘tangkap isi hati Tuhan’, dan menjadi
bagian dari Pentakosta yang baru, Pentakosta Ketiga.
Dengan atau tanpa kita, TUHAN pasti tetap melaksanakan
apa yang menjadi rencananya atas Indonesia dan
bangsa-bangsa. (DL)