PENTAKOSTA MENGHADIRKAN KESATUAN
Pada malam sebelum Yesus diserahkan untuk disalibkan,
ada beberapa peristiwa penting yang tercatat yang Ia
lakukan bersama murid-murid-Nya. Salah satunya adalah
doa Tuhan Yesus untuk murid-murid-Nya sebagaimana
dicatat dalam Yohanes 17:1-26 sebagai berikut:
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga
untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh
pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di
dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya
dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang
Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu,
sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan
Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu,
agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku
dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau
mengasihi Aku.
Yohanes 17:20-23
Keinginan hati Tuhan Yesus adalah agar murid-murid-Nya
tetap menjadi satu sesudah Ia kelak naik ke sorga. Tuhan
Yesus tahu dengan pasti bahwa salah satu tantangan yang
dihadapi oleh murid-murid-Nya dan gereja-Nya kelak
adalah perpecahan atau dis-unity. Sejarah bangsa Israel
dalam Perjanjian Lama menunjukkan betapa sukarnya untuk
menjaga kesatuan; perpecahan bisa terjadi karena berbeda
pandangan politik, suku, berbeda bisnis, berbeda tempat
tinggal, bahkan berbeda secara teologis.
Dis-unity juga berpotensi besar terjadi di dalam
kehidupan murid-murid Yesus dan penerus mereka. Beberapa
kali dalam Alkitab dicatat bahwa murid-murid pernah
memiliki perbedaaan pandangan yang cukup tajam, bahkan
ketika mereka masih bersama Tuhan Yesus secara fisik.
Tidaklah heran doa Tuhan Yesus ini ada dalam rangkaian
peristiwa sebelum penyerahan diri-Nya, memiliki nuansa
dan pesan unity. Menggunakan Yohanes 13-16 sebagai
telaah, kita melihat segmen-segmen di mana banyak pesan
unity Tuhan Yesus ajarkan:
• Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya dan meminta mereka
untuk saling melakukannya satu sama lain. (Yohanes
13:13-17)
• Yesus memerintahkan murid-murid-Nya saling mengasihi.
(Yohanes 13:34-35)
• Yesus merindukan dan mempersiapkan tempat bagi
murid-murid-Nya agar kelak bisa bersama-sama di rumah
Bapa di sorga. (Yohanes 14:1-4)
• Roh Kudus akan dicurahkan atas murid-murid-Nya, salah
satunya agar mereka tidak merasa bahwa mereka sendirian
seperti yatim piatu. (Yohanes 14:16-19)
• Yesus ingin murid-murid tetap jadi satu sama seperti
Allah Tritunggal itu satu. (Yohanes 14:20-31)
• Yesus minta murid-murid-Nya setia bersama-sama hidup
dalam Tuhan seperti ranting yang melekat pada pokok
anggur. (Yohanes 15:1-8)
• Yesus mengingatkan kembali agar murid-murid saling
mengasihi apapun yang terjadi (Yohanes 15:9-18; 16:33)
Yang sangat menarik adalah bahwa agar semua tersebut
terjadi, murid-murid membutuhkan Roh Kudus. Tanpa Roh
Kudus, unity di antara mereka dan generasi sesudah
mereka, tidak akan dapat terjadi dengan mulus.
Tidak heran dalam Yohanes 14:15-31 dan 16:4-16 Yesus
mengajarkan mereka perihal Roh Kudus dan apa yang akan
Roh Kudus lakukan atas gereja-Nya. Roh Kudus adalah
Allah dan menjadi sentral yang penting agar murid-murid
dan gereja-Nya dapat melakukan apa yang Yesus ajarkan
dan menjawab keinginan isi hati Yesus akan unity.
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus mengingatkan
murid-murid-Nya agar menantikan Roh Kudus terlebih
dahulu sebelum bergerak melakukan apa yang Ia telah
ajarkan dan perintahkan.
“Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku.
Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu
diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”
(Lukas 24:49)
“Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan
mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan
menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa,
yang – demikian kata-Nya – ”telah kamu dengar dari pada-Ku.
Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama
lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ”Tuhan,
maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi
Israel?” Jawab-Nya: ”Engkau tidak perlu mengetahui masa
dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut
kuasa-Nya.
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:4-8)
Pencurahan Roh Kudus – ‘Pentakosta’ – bukan saja
memperlengkapi murid-murid dan gereja Tuhan dengan kuasa
ilahi untuk melakukan apa yang Tuhan perintahkan, tetapi
juga memampukan mereka (“kita”) untuk hidup dalam
kesatuan. Ini terbukti dalam kitab Kisah Para Rasul
tercatat beberapa peristiwa bahwa ketika pencurahan Roh
Kudus terjadi, ketika Roh Kudus bergerak, maka
potensi-potensi perpecahan ditiadakan dan sebaliknya
kesatuan-lah yang terjadi. Mari kita perhatikan beberapa
peristiwa tersebut:
• Pada hari raya Pentakosta, mereka yang
menanti-nantikan pencurahan Roh Kudus mendapatkan
baptisan Roh Kudus dan mendapatkan tanda awal berbahasa
roh. (Kisah Para Rasul 2:1-4)
Banyak orang yang menyaksikan apa yang terjadi saat itu
memiliki pandangan yang berbeda-beda atas apa yang
terjadi, tetapi setelah Petrus menjelaskan bahwa yang
sedang terjadi adalah nubuat Yoel sedang digenapi dan
Roh Kudus bergerak di antara para pendengarnya. (Kisah
Para Rasul 2:5-13)
Yang terjadi adalah ribuan orang bertobat dan memberi
diri dibaptis, dan bahkan tetap bersatu sesudah itu. (Kisah
Para Rasul 2:14-41, 44)
Pada hari itu, orang-orang dari berbagai tempat dan
bahasa dan pendapat bisa bersatu karena adanya
Pentakosta. (Kisah Para Rasul 2:7-13)
• Atas tuntunan Roh Kudus, gereja dapat menunjuk tujuh
orang yang akan bertanggung-jawab atas pelayanan jemaat.
(Kisah Para Rasul 6:3-6)
Ketujuh orang ini akhirnya banyak yang melayani di luar
tanggung jawab awal yang dipercayakan kepada mereka,
termasuk kepada orang-orang dan tempat-tempat yang
sebelumnya tidak akan pernah terpikirkan oleh
orang-orang Yahudi Kristen. Lihatlah misalnya Filipus
yang melayani di Samaria dan melayani sida-sida Etiopia.
(Kisah Para Rasul 8:4-40)
• Kornelius, seorang perwira pasukan Italia, menerima
baptisan Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh saat
dilayani oleh Rasul Petrus. (Kisah Para Rasul 10:1-48)
Bagi Petrus, seorang Yahudi, fakta bahwa Allah
memberikan rahmat-Nya kepada kaum gentiles adalah hal
yang tidak terpikirkan sebelumnya. Namun itulah yang
terjadi. Pencurahan Roh Kudus yang dialami oleh seisi
rumah Kornelius menjadi hal yang tidak terbantahkan
bahwa anugerah Allah tercurah pada semua orang dan
karena itu tidak ada alasan bagi orang Yahudi Kristen
dan gentiles Kristen untuk tidak bersatu.
• Ketika terjadi perbedaan pendapat yang cukup tajam di
antara jemaat dan pimpinan gereja pada saat itu mengenai
sunat, hal itu mendorong diadakannya sidang di Yerusalem.
(Kisah Para Rasul 15)
Berbagai kesaksian bagaimana Roh Kudus tercurah kepada
orang-orang non-Yahudi menjadi sentral pemikiran dan
pertimbangan dalam sidang tersebut untuk menyikapi
apakah orang-orang Kristen non-Yahudi harus disunat atau
tidak. Masalah ini cukup pelik waktu itu daripada yang
kita bayangkan. Namun setelah semua kesaksian dibagikan
dan dipelajari, dan terutama adanya tuntunan Roh Kudus
pada para peserta sidang, akhirnya masalah tersebut
diselesaikan dan penegasan bahwa anugerah keselamatan
bagi semua bangsa dinyatakan. Amanat Agung dilakukan
dengan lebih kencang dan lebih bersemangat setelah
keputusan sidang dibagikan kepada jemaat-jemaat yang
sudah banyak bertebaran berdiri di berbagai bangsa.
Kesatuan antar jemaat-jemaat lokal terjadi dan bertambah
kuat.
‘Pentakosta’ – membawa kesatuan. Di mana Roh Kudus
dicurahkan dan bekerja, itu akan membawa banyak
pertobatan, memberikan pengertian yang lebih dalam akan
firman Tuhan, menuntun Gereja-Nya dalam menyikapi
berbagai hal dan situasi dan membawa umat-Nya dalam
kesatuan. Paulus mengingatkan agar umat Tuhan tidak
terpetak-petakkan seperti pandangan dunia, namun hidup
sebagai satu-kesatuan dalam Kristus Yesus:
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di
dalam Yesus Kristus.
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah
mengenakan Kristus.
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki
atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”
(Galatia 3:26-28)
Tugas kita sekarang ini adalah melanjutkan apa yang
telah Yesus, para rasul dan gereja mula-mula telah
kerjakan. Kita harus hidup dalam kesatuan oleh karena
telah dipersatukan oleh kasih Kristus dan karena
menerima Roh Kudus. Kita juga harus berdoa agar
pencurahan Roh Kudus yang besar-besaran – ‘Pentakosta
Ketiga’ – terjadi atas umat manusia sehingga jiwa-jiwa
bertobat dan dipersatukan sebagai anggota keluarga
Allah. Amin. (CS)