PENTECOST: HIS-STORY CONTINUES
Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Roh
TUHAN turun dan hinggap dalam rupa lidah-lidah api yang
menyala ke atas 120 orang yang bertekun sehati dalam doa
bersama-sama (Kisah Para Rasul 1:14) dalam kamar di
loteng atas, karena pemimpin yang mereka harapkan
menegakkan kembali Kerajaan atas Israel kenyataannya
telah ditangkap, dihukum mati namun kemudian bangkit
kembali dan sebelum terangkat kembali ke tempat
kediaman-Nya, Kemudian Dia berpesan agar mereka tidak
meninggalkan kota Yerusalem sampai mereka menerima dari
Bapa, apa yang telah dijanjikan-Nya.
Tepat di hari yang kesepuluh dalam penantian mereka (50
hari setelah kebangkitan Yesus), di saat kota Yerusalem
dipenuhi dengan kira-kira 250.000 orang dari berbagai
suku bangsa yang datang untuk berziarah ke Bait Allah
dalam rangka merayakan hari raya orang Yahudi terjadilah
peristiwa yang sangat luar biasa itu.
“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya
berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit
suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah
kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang
diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang
saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika
turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka
bingung karena mereka masing-masing mendengar
rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata:
"Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang
Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar
mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu
bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang
Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan
Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir
dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene,
pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun
penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita
mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri
tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat
termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain:
"Apakah artinya ini?" Tetapi orang lain menyindir: "Mereka
sedang mabuk oleh anggur manis." (Kisah Para Rasul
2:1-13)
Apakah peristiwa ini hanya berhenti sampai disini?
Apakah peristiwa pentakosta hanya merupakan bagian dari
sejarah gereja mula-mula yang tidak mungkin terulang
kembali di masa gereja modern sekarang ini?
Dalam khotbahnya, Rasul Petrus mengutip Yoel 2:28-32, “…Kemudian
dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan
Roh-Ku ke atas semua manusia…” kata ‘akan terjadi’ dalam
bahasa Inggris ‘shall come to pass’ dan Ibrani ‘hayah’
yang salah satu artinya adalah continue (berlangsung
terus / terus berlanjut).
Dalam Kisah Para Rasul 2:17, tabib Lukas penulis Kisah
Para Rasul dengan inspirasi Roh Kudus menambahkan
kalimat “pada hari-hari terakhir” (Yunani: Eskatos) pada
kalimat “akan terjadi” dari Yoel 2:28. Albert Barnes
notes on the bible memberikan catatan bahwa ungkapan
‘hari-hari terakhir’ ini bagi orang Yahudi melambangkan
masa depan secara umum, namun di mana kedatangan Mesias
merupakan sebuah peristiwa penting dari masa depan.
Sedangkan bagi para penulis Perjanjian Baru, ungkapan
ini dipahami merujuk kepada zaman Injil, dan peristiwa
penting dari masa depan adalah kedatangan Mesias (baca:
Tuhan Yesus) yang kedua kali.
Peristiwa pencurahan Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul
2:1-13 haruslah dimaknai sebagai bagian dari penggenapan
janji Tuhan akan pencurahan Roh Kudus secara luar biasa
di hari-hari terakhir sebelum kedatangan Mesias (menurut
orang Yahudi), kedatangan Tuhan Yesus kali yang kedua (menurut
gereja), di mana pada waktu itu terjadi tepat 50 hari
setelah kebangkitan Tuhan Yesus dan berdekatan dengan
hari raya Shavuot orang Yahudi. Penggenapan janji
pencurahan Roh Kudus secara luar biasa tentu tidaklah
terjadi hanya satu kali pada masa itu saja, sehingga
peristiwa pencurahan Roh Kudus pada hari kelima puluh
yang kemudian disebut dengan hari Pentakosta bukanlah
sebagai sejarah (peristiwa sekali untuk selamanya),
melainkan sebagai sebuah awal penggenapan janji TUHAN.
Namun demikian, tidak semua peristiwa bisa disamakan
sebagai “peristiwa Pentakosta” seperti dalam Kisah Para
Rasul. Jika di sebuah gereja lokal atau dalam sebuah KKR
jemaat mengalami baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia
Roh Kudus bekerja, itu merupakan lawatan Roh Kudus,
namun tidak dapat disamakan dengan peristiwa Pentakosta.
Jika kita menyimak kitab Kisah Para Rasul secara
keseluruhan, kita akan mendapati bahwa ada beberapa ciri
khusus dari peristiwa Pentakosta:
1. Terjadi Secara Terang-terangan dan Disaksikan oleh
Banyak Orang
Pencurahan Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul 2:1-13 tidak
terjadi secara diam-diam, melainkan secara
terang-terangan dan ditengah keramaian orang-orang
dengan bunyi seperti tiupan angin yang keras, belum lagi
saat 120 murid berkata-kata dalam bahasa roh. Itulah
sebabnya ribuan orang berkumpul (jika yang mendengar dan
bertobat saja 3000 orang, pasti pendengar pada waktu itu
lebih dari 3000 orang) dan menyaksikan peristiwa ‘heboh’
yang sedang terjadi.
“Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak.
Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar
rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.”
(Kisah Para Rasul 2:6).
2. Dampaknya Bagi Bangsa-Bangsa
Sebab kerumunan orang banyak yang menyaksikan peristiwa
itu datang dari berbagai bangsa, bukan hanya sekedar
penduduk kota Yerusalem.
“Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang
saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.” (Kisah
Para Rasul 2:5)
“Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka
berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa
yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia,
Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia,
Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan
daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene,
pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun
penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita
mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri
tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
(Kisah Para Rasul 2:8-11)
3. Terjadi Penuaian Jiwa-jiwa Yang Luar Biasa
Dampak dari peristiwa pencurahan Roh Kudus yang dahsyat
itu adalah penuaian jiwa yang luar biasa yang dimulai
dengan 3.000 orang, setelah itu tiap-tiap hari TUHAN
menambahkan jiwa-jiwa yang bertobat sampai bangsa-bangsa
lain pun datang.
“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah
kira-kira tiga ribu jiwa.” (Kisah Para Rasul 2:41)
“Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan
orang yang diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 2:47)
Sejak peristiwa di kamar loteng lebih dari 2.000 tahun
yang lalu, sejarah Gereja mencatat bahwa ada satu
peristiwa yang memiliki ciri seperti ketiga ciri yang
terjadi pada peristiwa pentakosta, yakni pencurahan Roh
Kudus di Azusa Street.
Kegerakan Pentakosta yang terkenal dengan Azusa Street
Revival itu di mulai di rumah Richard dan Ruth Asbery,
214 Bonnie Brae Street, pada tanggal 9 April 1906 ketika
Edward Lee dipenuhi Roh Kudus setelah didoakan oleh
William J. Seymour, kemudian diikuti enam orang lain
yang juga mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
termasuk Jenny Moore, yang di kemudian hari menjadi
isteri William J. Seymour.
Berita pencurahan Roh Kudus cepat tersebar sehingga
orang-orang berdatangan dari mana-mana sehingga sudah
tidak ada tempat lagi untuk mendekati rumah tersebut
oleh karena begitu banyaknya orang yang datang, sampai
fondasi rumah tersebut ambruk tetapi tidak ada
seorangpun yang cedera. Mereka terus berdoa dan banyak
orang-orang yang menerima baptisan Roh Kudus walau
sesungguhnya mereka datang hanya untuk melihat apa yang
sedang terjadi, juga banyak yang disembuhkan dari
berbagai penyakit, dan banyak lagi dari orang-orang yang
datang, bertobat menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat. Dengan begitu cepat rumah di 214 Bonnie
Brae Street tersebut tidak dapat lagi menampung
orang-orang yang datang ke tempat itu. Kemudian mereka
berpindah di sebuah gedung tua di 312 Azusa Street.
Selama tiga tahun mereka mengadakan ibadah tiga kali
sehari setiap hari yang dimulai dari pagi hingga sampai
malam hari. Dan sampai sekarang, kegerakan Roh Kudus ini
terus terjadi dan tidak lagi hanya menjadi bagian dari
Azusa Street, tetapi menjalar ke seluruh dunia.
Untuk mempermudah jika kita memberikan urutan angka
berdasarkan urutan tahun peristiwa yang terjadi, maka
kita bisa mengatakan bahwa Pentakosta dalam Kisah Para
Rasul 2:1-13 sebagai PENTAKOSTA PERTAMA, dan Peristiwa
Pencurahan Roh Kudus di Azusa Street sebagai PENTAKOSTA
KEDUA. Ini sekedar istilah untuk memudahkan kita saat
berbicara tentang Pencurahan Roh Kudus mana yang
dimaksudkan. Mengingat janji TUHAN akan pencurahan Roh
Kudus secara dahsyat masih terus terjadi sampai
kedatangan Tuhan Yesus kali yang kedua, maka Peristiwa
Pencurahan Roh Kudus secara dahsyat yang terjadi dan
memiliki 3 (tiga) ciri di atas, setelah peristiwa Azusa
Street dapat dikatakan sebagai PENTAKOSTA KETIGA!
Sejak Azusa Street 1906, belum ada lagi peristiwa
pencurahan Roh Kudus dengan ketiga ciri seperti yang
dicatat dalam Kisah Para Rasul, namun yang luar biasa,
pada tahun 1909-1910 William. J. Seymour pernah
bernubuat bahwa 100 tahun kemudian Tuhan akan
mencurahkan Roh-Nya berlipat kali ganda, tahun-tahun
yang dimaksud adalah tahun-tahun yang kita lalui saat
ini. Nubuatan yang sama datang dari seorang rasul iman
Smith Wigglesworth yang dipakai Tuhan secara luar bisa
dengan tanda-tanda yang heran dan ajaib. Dalam
pelayanannya, Tuhan telah memakai hidupnya untuk
membangkitkan 26 orang mati. Ia menyampaikan pesan Tuhan
bahwa 110 tahun setelah kebangunan rohani di Azusa
Street, Tuhan akan melanda bangsa-bangsa dalam Kuasa-Nya,
sehingga terjadi penuaian jiwa-jiwa.
Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dengan tegas dan
berulang-ulang menyampaikan pesan TUHAN yang kuat bahwa,
PENTAKOSTA KETIGA terjadi di Indonesia, tepatnya dimulai
dari SICC (Sentul International Convention Center). Dan
bukan sebuah kebetulan kalau pada tanggal 17-20 Juli
2018 akan dilaksanakan Empowered21 Asia – Global, dimana
bangsa-bangsa akan datang dan menerima pencurahan Roh
Kudus yang dahsyat. Sangat tepat dengan ketiga ciri
seperti yang telah dibahas diatas. Saat ini kita sedang
berada di era PENTAKOSTA KETIGA, persiapkan diri kita
untuk menjadi bagian dalam kegerakan TUHAN ini. Jangan
ragu, percaya saja! Amin. (DL)