PENYEMBAHAN YANG SEJATI
“Tetapi saatnya akan datang dan sudah
tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan
menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa
menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus
menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Yohanes 4:23-24
Sebagaimana seorang ayah ingin dekat dengan anak-anaknya,
Bapa di sorga menghendaki anak-anak-Nya hidup dekat
dengan-Nya, hidup dalam persekutuan yang intim. Salah
satu tanda hidup yang intim dengan Tuhan adalah hidup
dalam penyembahan yang sejati yang terjadi waktu
seseorang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Dalam
tulisan ini, kita fokus dengan kata ‘kebenaran.’ Bahasa
Yunani ‘kebenaran’ dalam ayat ini menggunakan kata
ἀλήθεια (alētheia) yang memiliki arti ‘truth’ dan
juga ‘verity’ yang berarti kebenaran, kejujuran,
ketulusan, integritas.
Pertanyaannya:
• Tanpa kecenderungan untuk menghakimi, “Apakah bukti
seseorang menyembah Bapa dalam kebenaran (jujur, tulus
dan berintegritas)?”
• Juga untuk memeriksa diri kita sendiri (introspeksi),
apakah penyembahan kita kepada Bapa sudah dalam
kebenaran (jujur, tulus dan berintegritas)?
MENGENALI SEORANG PENYEMBAH
Ada beberapa alat ukur untuk mengenali; apakah
seseeorang itu adalah seorang penyembah, baik orang
lain, terutama diri kita sendiri.
1. Orang Akan Menjadi Serupa Dengan Apa/Siapa yang Dia
Sembah (Mazmur 135:15-18)
Seorang penyembah, apabila sudah berulang-ulang,
berkesinambungan dan dalam kurun waktu yang lama
melakukan bahkan memimpin penyembahan, pasti akan
menjadi semakin serupa dengan yang disembah. Bila ia
sungguh-sungguh menyembah Bapa dalam kebenaran, pelan
tapi pasti ia akan memiliki sifat dan karakter Bapa.
Walaupun mungkin di masa lalu, saat baru memulai
menyembah ia masih jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan tapi dengan berjalannya waktu,
ia akan memiliki sifat dan karakter Bapa.
Salah satu sifat dan karakter Bapa adalah kudus. Seorang
penyembah yang sungguh-sungguh menyembah Bapa dalam
kebenaran, akan meninggalkan sifat-sifat yang tidak
bersih dan tidak suci karena ia akan mengalami
keserupaan karakter dengan Bapa.
Bila seorang berdiri di atas panggung, di depan banyak
orang memimpin penyembahan dalam ibadah, tetapi hidupnya
tidak menjadi serupa dengan Bapa bahkan semakin serupa
dengan dunia, akan menimbulkan pertanyaan, "Apakah ia
selama ini menyembah Bapa dalam kebenaran?"
Bila seorang menjadi sombong, mementingkan diri sendiri;
bahkan tidak hidup sama sekali dalam kekudusan,
sebetulnya siapa yang ia sembah?
Ingat prinsipnya bahwa seorang penyembah akan menjadi
serupa dengan yang dia sembah. Mungkin selama ini yang
ia sembah adalah kenikmatan dunia, sehingga ia menjadi
semakin serupa dengan apa yang dunia cari.
Atau mungkin selama ini yang ia sembah adalah
kedagingannya, dirinya sendiri yang tidak kudus,
sehingga ia menjadi sombong, mementingkan diri sendiri
bahkan hidupnya jauh dari kekudusan. Semakin ia
menyembah dunia dan dirinya sendiri, semakin jauhlah ia
dari sifat dan karakter Bapa.
2. Penyelewengan Secara Jasmani Dapat Ditelusuri dari
Penyembahan yang Semu/Salah (Mazmur 73:27)
Penyembahan yang salah dapat ditelusuri dari gaya hidup
si penyembah itu. Bila gaya hidupnya tidak benar, selama
ini siapa yang ia sembah dan bila ia berkata menyembah
Bapa, apakah ia sudah menyembah Bapa dalam kebenaran?
Faktanya apa yang ditampilkan dalam kehidupan
sehari-hari adalah cerminan dari arah (tujuan) serta
motivasi penyembahannya. Banyak orang yang mengaku
sebagai anak Bapa, tetapi belum mengalami pertobatan
yang sejati. Waktu ia masih belum bertobat, ia menyembah
banyak ilah-ilah lain dengan tujuan supaya mendapatkan
kekayaan, popularitas dan kenikmatan dunia. Waktu ia
bertobat dan mulai mengenal Bapa, namun pola pikirnya
yang lama belum berubah, ia memang sudah menyembah Bapa
yang benar tapi dengan cara dan motivasi yang salah. Ia
menyembah Bapa supaya apa saja yang ia kehendaki dapat
terwujud. Subjek dari penyembahannya bukanlah Bapa,
melainkan dirinya sendiri. Bapa hanya dianggap sebagai
pemuas kebutuhannya. Dalam penyembahan ia menempatkan
Bapa sebagai objek yang harus menuruti kehendaknya (keinginan
dagingnya). Ia tidak menganggap Bapa sebagai sentral (pusat)
penyembahan. Penyembah tipe seperti ini, dalam ibadah
akan terlihat sepertinya menyembah, tetapi tingkah laku
hidupnya sangatlah jauh dari kebenaran dan kekudusan.
3. Tuhan Tidak Berkenan dengan Penyembahan yang Hanya
Tampak Baik dari Luarnya Saja (Matius 15:8-9; Amos
5:21-24)
Sekali lagi; penyembahan yang sejati adalah menyembah
Bapa dalam roh dan kebenaran. Kebenaran memiliki arti
kejujuran, ketulusan, integritas, sehingga apa yang
ditampilkan di luar harus sama dengan apa yang ada di
dalam hati. Sayangnya, manusia tidak dapat menilai hati,
manusia memiliki kecenderungan menyukai apa yang tampak
dan tidak meneliti apa yang tidak tampak. Tapi Tuhan
tidak dapat dikelabui dengan apa yang tampak, Tuhan
melihat sampai jauh kedalaman hati.
Karena manusia memiliki kecenderungan untuk mengagumi
apa yang tampak, tidak sedikit penyembah dan pemimpin
upacara keagamaan fokus untuk menampilkan apa yang akan
dikagumi oleh manusia dan melupakan ketulusan hati dan
integritas. Padahal Tuhan sangat peduli dengan hati,
bukan dengan apa yang tampak, bukan dengan
upacara-upacara keagamaan yang palsu. Adalah baik
mempersiapkan untuk menampilkan yang terbaik, tapi
apapun yang ditampilkan harus dibarengi dengan hati yang
tulus dan benar. Apapun yang ditampilkan jangan menjadi
topeng untuk menutupi kepalsuan demi kepalsuan. Tuhan
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
yang kelihatan bersih di luar, tapi seperti kuburan yang
dicat putih di luar, tapi berisi tulang belulang dan
berbagai jenis kotoran di dalamnya. (Matius 23:27)
PEMURNIAN
Pemurnian menjadikan penyembahan orang percaya berkenan
di hadapan Tuhan (Maleakhi 3:1-4) Bagaimana supaya
penyembahan kita menjadi berkenan di hati Tuhan?
1. Relakan Diri Kita Untuk Masuk ke dalam Pemurnian
Tuhan
Pemurnian adalah sebuah kata yang tidak nyaman,
dimurnikan adalah sebuah proses yang tidak enak. Seperti
emas yang ingin memperoleh nilai yang tertinggi,
pemurnian adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindarkan
bila kita mau memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
Demikian juga kita, bila ingin menjadi penyembah yang
sejati, kita harus mau dimurnikan. Supaya hidup kita
diperkenan oleh Tuhan dan supaya penyembahan kita
kembali dapat menyenangkan hati Tuhan - kita harus rela
untuk selalu dimurnikan.
2. Relakan Hati dan Pikiran Kita Untuk Dimurnikan oleh
Tuhan
Supaya kita dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
(Roma 12:2)
Relakan hati kita dimurnikan oleh Tuhan, karena dari
hati kitalah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23) (NS)