PERANG, TANDA AKHIR ZAMAN?
“Ketika
Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah
murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap
sendirian dengan Dia. Kata mereka, "Katakanlah kepada
kami, kapankah itu akan terjadi dan apakah tanda
kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?"
Jawab Yesus kepada mereka, "Waspadalah supaya jangan ada
orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan
datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias,
dan mereka akan menyesatkan banyak orang.Kamu akan
mendengar tentang deru perang atau kabar-kabar tentang
perang.
Namun, waspadalah jangan kamu gelisah; sebab semuanya
itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan
melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di
berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah
permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Matius
25:3-8
Banyak orang memasuki tahun 2022 dengan perasaan gembira
dan penuh sukacita. Tahun 2021 telah dilalui dengan
susah payah ditengah gelombang kedua COVID-19 Delta, dan
di awal tahun 2022 gelombang Omicron pun dapat pula
dilalui dengan baik. Vaksinasi berjalan merata dan terus
ditingkatkan menjadi booster. Gereja-gereja dan COOL pun
sudah hampir semua melakukan kegiatan secara onsite
dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Kita semua
menyongsong 2022 dengan pengharapan yang baru, semangat
yang baru dan tentunya dengan paradigma yang baru.
Namun ditengah-tengah pandemi ini, ternyata muncul
persoalan lain yang membuat banyak orang menjadi
khawatir. Konflik antara Rusia dan Ukraina berkembang
menjadi perang terbuka antara keduanya. Perang ini
menganggu stabilitas ekonomi di Eropa dan Amerika
Serikat. Salah satu dampak langsung dari perang ini
adalah krisis pangan (gandum), oleh karena Rusia dan
Ukraina adalah penghasil gandum terbesar di dunia. Jika
perang diantara mereka tidak segera berakhir, maka
negara-negara pengkonsumsi gandum akan mencari bahan
pangan lain dan itu tentu akan mengganggu stabilitas
ketahanan pangan di negara-negara yang tidak
mengkonsumsi gandum. Belum lagi kedua negara tersebut
juga memiliki persenjataan nuklir yang dikhawatirkan
akan digunakan jika situasi perang memburuk.
Banyak yang kemudian bertanya, “Apakah perang yang
terjadi saat ini merupakan bagian dari tanda akhir zaman?”
Jawaban singkatnya, "Ya!”. Dari pengajaran Tuhan Yesus
yang dicatat oleh Matius di pasal 25 dan juga Lukas
mencatat hal yang serupa dalam Lukas 21:10, jelas Yesus
sendiri menjelaskan bahwa berbagai perang yang terjadi
dari waktu-ke-waktu adalah bagian dari tanda akhir zaman.
Untuk mengerti hal ini lebih lanjut, ada hal-hal yang
perlu kita samakan pengertiannya terlebih dahulu.
Sebagaimana pernah dijelaskan dalam Sikap atau Pandangan
GBI Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta, yang berjudul
“Pandemi sebagai Bagian dari Tanda Kedatangan Tuhan
Yesus yang Kedua Kali” , ada dua tahap yang berbeda
dalam konteks kedatangan Kristus yang kedua kali yaitu:
• Pengangkatan gereja (rapture atau parousia) dan
• Penampakan Kristus dalam kemuliaan (glorious coming)
Baik Matius dan Lukas mencatat pengajaran Yesus tentang
hal ini. Namun pertanyaan para murid saat itu
menunjukkan mereka memiliki pandangan bahwa kedua
peristiwa itu terjadinya bersamaan. Itulah sebabnya
Yesus menjelaskan kepada mereka bahwa kedua hal tersebut
berbeda dan memiliki tanda-tanda yang berbeda pula. Dari
tanda-tanda yang Tuhan Yesus jabarkan, ada yang spesifik
untuk orang-orang Yahudi, ada yang untuk Gereja-Nya, dan
ada juga yang untuk semua orang.
Pandemi dan perang adalah tanda-tanda goncangan untuk
semua orang. Perlu diingat bukan berarti setiap kali
terjadi pandemi dan perang artinya Tuhan Yesus datang,
tetapi berbagai peristiwa tersebut mengingatkan kita
bahwa kedatangan-Nya semakin mendekat.
Salah satu hal yang cukup memprihatinkan adalah
pernyataan Tuhan Yesus bahwa deru perang, kabar perang
dan 'bangsa bangkit melawan bangsa' (yang juga dapat
diartikan terjadinya perang saudara dalam satu negara)
akan terjadi dan terdengar di mana-mana. Namun semua itu
harus dipandang sebagai hal yang memang akan terus
terjadi. Ini sebenarnya tidaklah mengherankan karena
dalam ayat-ayat sebelumnya Tuhan Yesus sendiri
mengatakan bahwa kasih akan menjadi semakin dingin (Matius
24:12) dan pula terjadinya penyesatan di dalam
pengajaran (Matius 24:11) sehingga banyak orang
berpaling dari kasih dan Tuhan yang tidak lain adalah
perwujudan kasih itu sendiri.
TIME Magazine International pada edisi khusus "Y2K yaitu
edisi khusus memasuki tahun 2000, mengatakan bahwa abad
ke-20 adalah abad yang paling berdarah dalam sejarah
umat manusia (“the bloodiest century in human history”).
Jumlah total korban akibat konflik bersenjata yang
terjadi setelah Perang Dunia Kedua hingga tahun 1999
sesungguhnya sudah jauh lebih banyak dari total korban
akibat Perang Dunia Pertama dan Kedua digabung. Itu
artinya bahkan 55 tahun setelah Perang Dunia berakhir,
perang-perang lain masih terjadi dan korban nyawa masih
berjatuhan; bahkan lebih banyak lagi.
Di dalam konteks 'bangsa melawan bangsa', maka konflik
bersenjata dalam satu negara yang sama pun dapat
dikatakan sebagai perang. Tindakan-tindakan genosida
atau upaya penghapusan etnis tertentu, biasanya
dilakukan oleh etnis lawan, juga masih terjadi di
beberapa tempat di dunia. Bahkan kalau ditarik lebih
jauh, maka tindakan-tindakan terorisme pun dapat
dikategorikan sebagai perang. Memasuki dekade 2020-an
malah kita melihat lagi konflik antar ras dan golongan
seperti yang terjadi di Amerika Serikat dengan peristiwa
“black lives matters” yang juga menelan korban jiwa;
maupun konflik senjata karena perbedaan ideologi yang
banyak terjadi di Afrika, Asia dan Timur Tengah.
Eskalasi dari peperangan antara bangsa dan etnis ini
tidak boleh dipandang remeh. Tuhan Yesus sendiri
mengingatkan bahwa itu adalah tanda-tanda bahwa
kedatangan-Nya sudah semakin mendekat. Ya, deru perang
adalah bagian dari tanda akhir zaman segera mendekat.
SIKAP KITA TERHADAP DERU PERANG AKHIR JAMAN
Lalu bagaimana kita menyikapi deru perang yang terjadi
dimana-mana?
1. Tetap Teguh dan Setia Kepada Tuhan (Matius 24:13;
Lukas 21:19)
Perang dan konflik terjadi karena kasih semakin dingin.
Banyak orang memalingkan diri dari Tuhan yang adalah
kasih itu sendiri. Konsekuensi dari semakin banyaknya
orang menjauhkan diri dari Tuhan adalah meningkatnya
permusuhan kepada orang-orang yang tetap setia pada
Tuhan. Itulah sebabnya setelah menjelaskan mengenai
tanda-tanda, Yesus mengingatkan bahwa penganiayaan
terhadap orang percaya juga terjadi.
2. Tetap Mengasihi dan Melakukan yang Terbaik Agar
Perdamaian Tercapai (Matius 5:9)
Tuhan Yesus mengingatkan melalui khotbah-Nya di bukit,
bahwa pengikut Tuhan atau anak-anak Allah, memiliki ciri
'membawa damai'. Kita tetap berdoa untuk perdamaian,
kita memperkatakan perdamaian dan kita lakukan apa yang
kita bisa untuk tetap membawa damai dimanapun kita
berada. Ini adalah tugas dan ciri kita sebagai anak-anak
Allah.
[Catatan: sangat menarik di ayat berikutnya, yaitu 10
dan 11, Tuhan Yesus mengangkat soal penganiayaan yang di
derita anak-anak Allah karena kebenaran dan karena teguh
beriman kepada Allah].
3. Tetap Waspada dan Jangan Gelisah (Matius 25:7)
Kita tidak menjadi takut atau gelisah karena kita tahu
Allah memegang segala sesuatu dan apapun yang terjadi di
dunia ini, termasuk perang, ada dalam kendali Allah.
Namun kita tetap perlu waspada. Tuhan Yesus mengajar di
pasal sebelumnya agar kita berjaga-jaga (24:42), siap
sedia (24:44) dan terus setia lakukan perintah-Nya
(24:46) karena kedatangan-Nya sudah semakin mendekat dan
Tuhan Yesus akan menjemput kita yang percaya.
Tuhan Yesus akan segera datang, mari kita
sungguh-sungguh ada di dalam Dia dan melakukan apa yang
Tuhan kehendaki. Amin. (CS)
Sikap Pandangan GBI Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta: Pandemi Sebagai
Bagian Tanda Kedatangan Tuhan Yesus yang Kedua Kali
(https://hmministry.id/userfiles/osp/PandemiBagianTandaKedatangan.pdf
diakses 25 Juli 2022 pk.14.05 WIB)
James B. Shelton, Life in The Spirit New Testament
Commentary: Matthew (French L. Arrington & Roger
Strongstad, Editors), Tulsa, OK: Empowered Life
Academics, 1999, 269.
TIME Magazine, Commerative Issue Y2K 1 January 2000 (New
York, NY: Time, 2000)
Inggris: ethnic cleansing